"Aku tidak mau main dengan anak ini," Demian bersikap terang-terangan keesokan harinya. "Aku hanya mau main dengan Cyzarine!"
Apa dia masih marah? pikir Chéri.
Terdengar cekikikan.
Chéri mengedar pandang.
Seisi ruangan menatapnya dengan ekspresi meremehkan.
Rafaél mendesah pendek. "Cyzarine belum datang—"
"Kalau begitu biarkan dia berlatih sendirian," sergah Demian memotong perkataan Rafaél. "Aku lelah mengulang-ulang adegan yang sama!"
BRAK!
Rafaél menggebrak mejanya.
Chéri menelan ludah.
Demian mendengus tipis. Tidak menggubris peringatan Rafaél.
Apa dia ingin membalas perbuatanku kemarin? Chéri membatin getir.
Rafaél beranjak dari tempat duduknya, kemudian berjalan pelan menghampiri Demian. "Coba katakan sekali lagi!"
"Apa kau tuli?" Demian balas menantangnya.
"Kau—" Rafaél merenggut kerah baju Demian dan mengepalkan tinjunya.
Chéri menerjang ke arah mereka. "Rafaél! Cukup!" Chéri menahan kepalan tangan Rafaél. "Aku tidak keberatan main belakangan," katanya berusaha menenangkan pria itu.
Demian mengedikkan bahunya, melepaskan diri dari cengkeraman Rafaél.
"Maaf, aku terlambat!" Suara Cyzarine menyelamatkan situasi.
Semua mata mengerling ke arah pintu.
"Persiapanku sedikit lebih lama, hari ini!" Cyzarine mengenakan gaun mewah, lengkap dengan polesan make-up dan tatanan rambut yang sempurna. Penampilannya hari ini begitu memukau.
Rafaél membeliak sebal. "Apa itu yang namanya baju latihan?"
"Si Cantik adalah putri dari keluarga berada. Jadi, mulai dari latihan aku sudah harus membangun atmosfer yang sesuai!" Cyzarine berkilah.
"Si Cantik bukan gadis menor," sanggah Rafaél.
"Aku akan berada di panggung, kalau tidak dipoles akan kelihatan pucat." Cyzarine bersikeras. "Apa kau mau kalau Si Cantik-mu kelihatan dekil?"
Rafaél mendengus dan menggeleng-geleng.
"Sudah jangan cerewet!" Cyzarine menyikutnya. "Ayo, kita mulai!"
Rafaél kembali ke mejanya dengan tampang masam.
"Pegang ini!" Cyzarine menyodorkan tas makeup-nya pada Chéri.
Chéri terhenyak dan menerimanya dengan spontan.
Cyzarine tidak peduli. Ia melangkah ke tengah ruangan tanpa menoleh lagi.
.
.
.
Babak 1.
Saudagar bertanya kepada anak-anaknya, "Apa yang kalian inginkan?" Sebab yakin akan mendapatkan banyak uang ketika muatan kapal sampai di pelabuhan.
"Rumah besar," jawab anak laki-laki yang pertama.
"Kalau ada, obat untuk memancungkan hidung," kata anak laki-laki yang kedua.
"Buku sejarah kerajaan-kerajaan di dunia," pinta anak laki-laki yang ketiga.
"Gaun indah bertatahkan berlian dan mutiara," pinta anak perempuan yang pertama.
"Suami yang kaya," jawab anak perempuan yang kedua.
Sang saudagar mulai kesal. "Bagaimana denganmu, Cantik?"
Si Cantik menyodorkan secangkir teh pada ayahnya.
Ayahnya pun tersenyum. "Tehnya nanti saja, tidak apa-apa. Katakanlah apa yang kau inginkan?"
"Kalau aku… bunga mawar saja." Si Cantik menjawab seraya menautkan jemarinya di depan dagu dan tersenyum pada ayahnya. "Satu tangkai juga sudah cukup. Aku ingin menanamnya di pekarangan rumah kita."
Betul-betul cantik, pikir Chéri. Ekspresi dan pose Cyzarine sangat sempurna.
Menjadikan sosok Si Cantik terkesan sebagai putri kesayangan Ayah. Sementara yang lain terlihat pecundang.
Sang saudagar tersenyum prihatin. "Aduh, Cantik! Kau ini ada-ada saja. Yang lebih mewah juga tidak apa-apa, kok!"
.
.
.
Babak 2.
Sang saudagar yang bangkrut karena kapalnya tenggelam, tersesat di hutan dan sampai di puri Si Buruk Rupa.
Puri itu terlihat sunyi tak berpenghuni. Tapi tamannya dipenuhi mawar.
"Mawar!" Sang saudagar memekik gembira. Seperti menemukan sungai di padang yang tandus. "Aku mungkin tak bisa membawakan oleh-oleh untuk yang lain, tapi kalau hanya mawar…"
Demian menerjang ke tengah ruangan, mengenakan topeng dan jubah berbulu. Itu adalah adegan pertama kemunculan Si Buruk Rupa. "Beraninya kau mencuri mawarku!" Suara dari dasar perut yang bergetar. Membuat siapa pun yang mendengar turut gemetar.
"Ma---maaf!" Sang saudagar ketakutan. "Aku---aku sungguh tidak tahu mawar ini ada pemiliknya!"
"Kenapa harus mawar? Padahal hanya mawar yang tidak boleh diambil dari taman ini!" Si Buruk Rupa menggeram seperti harimau. "Kenapa harus mawarku? Apa kau memiliki anak perempuan?"
"Aku… aku akan melakukan apa saja, asal kau tak memankanku!"
"Aku bertanya padamu, apa kau memiliki anak perempuan?"
.
.
.
Babak 3.
Si Cantik datang ke puri Si Buruk Rupa untuk menggantikan posisi ayahnya.
Ini adalah adegan Si Cantik yang paling penting, pikir Chéri.
"Ini adegan unggulan Cyzarine." Suara seseorang mengejutkan Chéri.
Chéri terperanjat dan menoleh.
Mikail tahu-tahu sudah berada di sampingnya, memperhatikan Cyzarine dan bersedekap. "Keahlian beraktingnya sangat menonjol di adegan ini," ia menjelaskan.
Sangat menonjol?
"Apakah ada orang di sini?" Si Cantik berteriak.
Chéri mengalihkan kembali perhatiannya pada Cyzarine.
Gadis itu terengah-engah seraya membungkuk. Satu tangannya memegangi perutnya, sementara tangan lainnya berpegangan pada bangku yang disediakan para kru di tengah ruangan. Merayap perlahan kemudian duduk seraya mendesah berat.
Chéri membekap mulutnya dan menahan napas.
"Ternyata tidak ada siapa-siapa!" Si Cantik tersengal-sengal. "Ayah pasti salah lihat! Katanya ada bintang besar yang memakai baju dan bisa bicara. Katanya dia menungguku dan ingin memakanku…"
"Dari tadi aku ada di sini…" Suara menggeram menyentakkan Si Cantik.
Si Cantik terperanjat dan menoleh ke sana kemari dengan gelisah.
"Di depan matamu!" Si Buruk Rupa keluar dari barisan penonton, berjalan perlahan ke arah Si Cantik.
Si Cantik terhenyak dan berdiri dengan menyentakkan tubuhnya. Memekik tertahan seraya membekap mulutnya.
Wujudnya benar-benar bukan manusia! Chéri menafsirkan ekspresi Cyzarine.
Si Cantik beringsut mundur. Berpegangan pada bangku dengan tangan gemetar.
Aku akan dimakan oleh monster ini, tapi aku sendiri yang bersedia datang kemari! Chéri menyimpulkan.
Ini adalah rangkaian adegan penting—adegan pertemuan pertama kedua tokoh utama. Chéri berusaha memusatkan konsentrasi dan mengingat-ingat setiap detailnya.
"Selamat siang, Buruk Rupa. Aku… datang untuk menggantikan ayahku." Tangan Cyzarine semakin bergetar di belakang tubuhnya. Tapi wajahnya terlihat begitu tenang.
Sebetulnya Si Cantik tidak kuat lagi, karena begitu ketakutannya. Chéri menyimpulkan. Tapi, walau jatuh miskin, ia tetap tidak membuang harga dirinya.
Ini adalah penafsiran Si Cantik dari Cyzarine!
Ini sama dengan imej Si Cantik yang ada dalam benakku!
Itu adalah interpretasi Si Cantik yang sangat tepat.
Cyzarine telah menyempurnakan imej Si Cantik yang ada dalam benakku.
Kalau begitu…
Aku tidak bisa menyainginya!
"Bagaimana ini? Aku tidak bisa berakting semenawan itu," Chéri mulai khawatir.
Mikail meliriknya.
"Apa yang sebaiknya kulakukan?" Chéri menatap Mikail dengan ekspresi gusar.
Mikail menariknya ke sisi ruangan.
"Aku harus bagaimana?" Chéri tak mampu mengendalikan dirinya.
"Dengar, Chéri!" Mikail menenangkannya "Kita tak butuh dua akting yang sama. Rafaél memilihmu karena dia berharap bisa melihat Si Cantik hasil interpretasimu. Bukan ingin melihat interpretasi yang tepat."
Si Cantik hasil interpretasiku?
Si Cantik milikku?
Si Cantik yang berbeda dari yang lain…
Si Cantik yang seperti apa? Mukanya seperti apa?
"Buktikan pada mereka kalau kau bukan sekedar anak emas!"
Kata-kata Mikail sebelumnya pun terngiang.
Kalau begitu…
Akan kuperlihatkan Si Cantik milikku yang tidak ada duanya.
Dengan penghayatanku sendiri…
Akan kutangkap jiwa Si Cantik!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments