"Aku takkan mengeluh jika memang anak itu benar-benar berbakat seperti kata Rafaél," tutur Demian Ivanov pada Sesha Montrosecova.
Demian Ivanov adalah pria kekar yang membawa secangkir minuman panas di ruang administrasi pada hari pertama Chéri tiba di Moskow. Dan Sesha Montrosecova adalah gadis yang menggantikan tugas Mikail selama pria itu pergi ke St Petersburg.
Kedua orang itu sedang berdiri di dekat pintu masuk ruang latihan memperhatikan Chéri yang tengah melakukan stretching di dekat railing.
"Dia sangat cantik," kata Demian. "Faktor itu bisa menarik perhatian publik."
"Aku harap juga begitu," Sesha menanggapi. "Kalau tidak gadis-gadis muda dan cantik lainnya akan merasa iri." Ia menambahkan seraya bersedekap. Tapi tatapannya tetap terfokus pada Chéri.
Chéri mengangkat sebelah kakinya ke atas, meluruskannya hingga membentuk garis vertikal.
Beberapa gadis yang tengah melakukan pemanasan di dekatnya terkesiap menatapnya.
"Yang pasti dia jauh lebih lentur dibandingkan kita," komentar seorang gadis yang baru masuk ruang latihan dan menguping pembicaraan Sesha dan Demian.
"Well, yeah!" Seorang pria di belakangnya menimpali. "Aku suka pakaian senamnya!"
Chéri sebetulnya mengenakan pakaian balet tanpa tutu---rok balet. Hanya bagian atas tubuhnya dilapisi sweater tipis berkerah lebar.
Gadis yang baru masuk tadi menghampirinya. "Hai, Chéri!" sapanya.
"Hai," balas Chéri seraya menurunkan kakinya.
Gadis-gadis lainnya mulai bergabung di belakang gadis yang menyapa Chéri tadi.
"Eh, Chéri! Apa benar kau tinggal bersama Rafaél?" Salah satu gadis bertanya terus terang.
Chéri melepaskan pegangannya dari railing dan menoleh pada mereka dengan mata terpicing.
Kerumunan gadis-gadis itu sudah bertambah sekarang.
"Aku…" Chéri menjawab ragu. "Aku hanya menumpang sementara sampai aku menemukan apartemen yang dekat dengan sekolah dan juga teater," jelasnya.
"Bukankah sebelumnya kau sudah bilang tidak mau bermain teater?" Gadis yang pertama menyapanya mulai menginterogasinya. "Apa sekarang kau berubah pikiran?"
"Rafaél memintaku datang ke sini untuk melihat latihan kalau aku tidak sedang ada jadwal di sekolah," jawab Chéri.
"Kamu jago balet, ya?" Tanya gadis yang lainnya antusias. "Sudah berapa tahun kau belajar balet?"
"Empat belas tahun," jawab Chéri.
"Wah! Hebat!" Seru gadis yang lainnya lagi.
"Tapi…" gadis yang pertama menyapanya menginterupsi. "Bagi orang yang sudah lama belajar balet, keahliannya dalam balet akan menjadi kelemahan saat ia memasuki dunia teater."
Apa katanya?
Balet akan menjadi kelemahan?
Chéri tidak menjawab, merasa tersengat oleh kata-kata gadis tadi.
Ruang latihan mendadak gaduh.
"Rafaél datang!" Seseorang berteriak seraya menghambur meninggalkan kerumunan.
Kerumunan itu langsung memburai. Gadis-gadis tadi berpencaran ke sana kemari.
Sebagian pura-pura sibuk pemanasan, sebagian lagi pura-pura baru selesai melakukan pemanasan dan kelelahan.
Gadis yang pertama menyapa Chéri membungkuk pura-pura memperbaiki tali sepatunya.
Rafaél menyeruak masuk ke dalam ruangan didampingi Mikail. Kedua pria itu melewati Chéri begitu saja dan tak satu pun dari mereka menoleh atau menyapanya.
Mereka mengabaikanku, pikir Chéri merasa terpukul.
Sementara semua orang mulai berkerumun di tengah ruangan membentuk lingkaran, Chéri tetap berdiri diam di tempatnya seraya memperhatikan kedua pria yang sudah dikenalnya itu dengan ekspresi terluka.
Rafaél menarik satu-satunya bangku, kemudian duduk di depan satu-satunya meja di tengah ruangan. Mikail berdiri tak jauh di sampingnya, sementara semua orang menjaga jarak, membentuk lingkaran di sekeliling mereka.
"Hari ini kita akan mulai dari babak yang pertama," kata Rafaél seraya meletakkan setumpuk naskah dan menyiapkan headphone.
Sampai sekarang Chéri masih belum tahu, apa sebetulnya kegunaan headphone tersebut.
Rafaél membagi-bagikan naskah di mejanya kepada beberapa orang. "Kalian akan terus mengulangnya sampai aku menyuruhnya berhenti. Jadi…"
"Excuse me!" Seseorang menginterupsi. "Katia tidak datang hari ini."
"Lagi?" Rafaél mengerang. "Apa sih, yang sedang dia kerjakan?" gerutunya. Ia mendesah pendek dan menatap naskah di tangannya seraya berpikir keras. "Kalau begitu, untuk sementara pemeran Jessifer akan diganti…" Rafaél menggantung kalimatnya dan mengedar pandang, menyisir kerumunan dengan tatapan mencari-cari yang tajam, seperti seseorang yang sedang berburu, tapi buruan apa yang sedang dicarinya? Chéri penasaran.
Lalu, diam-diam dan tanpa peringatan, pria itu tiba-tiba menatapnya, dan Chéri mendapati dirinya hanya membeku di bawah tatapan pria itu.
Chéri tak bisa bergerak, bahkan hampir tak bisa bernapas.
Berada di bawah pengamatan tajam pria itu, membuat Chéri merasa gemetar oleh sorot pandang sensualnya.
Dari seberang ruangan, kehangatan pria itu seolah menyelimutinya. Kemudian sebuah senyuman nakal tersungging samar di sudut bibirnya, "Kau yang akan memerankan Jessifer," katanya pada Chéri dan Chéri merasa lututnya mendadak goyah.
Semua mata dalam ruangan sekarang tertuju pada Chéri.
Seorang pria menghambur ke arahnya dan menarik Chéri ke tengah ruangan. Pria itu pernah berpapasan dengan Chéri di koridor saat ia menyerahkan surat-surat pada Mikail. Namanya Saul Evanskov.
"Aku sama sekali belum pernah bermain teater," Chéri mengaku.
"Jangan khawatir," kata Rafaél sembari menyodorkan naskah di tangannya pada Chéri. "Tidak ada yang mengharapkanmu berakting bagus, kok! Cukup baca dialog dan bergerak ke sana kemari sesuai perintahku seperti boneka kayu."
Deg!
Chéri menelan ludah. Dia suka sekali menyindir, batinnya masam.
Semua orang menatap Chéri dengan antusias. Membuat Chéri merasa dirinya seperti alien. Makhluk asing yang membuat orang penasaran.
"Ayo, mulai!" Rafaél memberi instruksi. "Letakkan marionette-nya di tengah!"
Seorang pria berusia dua puluh tahun melangkah ke depan dan meletakkan marionette di tengah-tengah lingkaran kerumunan.
Chéri membaca judul yang tertera pada sampul naskah di tangannya.
MARIONETTE.
Penulis naskah: Rafaél Moscovich
.
.
.
Bulan purnama merah membara di langit malam.
Hening!
Tiba-tiba…
Sound effect: Suara gemuruh disusul ledakan.
Perlahan-lahan lampu spotligh menyoroti marionette.
Marionette: "Di mana ini? Kenapa aku tertidur?"
Sound effect: suara kayu berkeretak.
Marionette: "Tubuhku tidak dapat bergerak. Aku takut!"
Sound effect: musik tegang.
Marionette: "Oh, pesawatku jatuh di planet yang tidak beradab—B-29 (bumi)."
"Marionette dalam cerita ini adalah makhluk luar angkasa yang jatuh ke bumi," suara seseorang membuat Chéri terperanjat.
Mikail tahu-tahu sudah berdiri di sampingnya.
"Marionette inilah sumber kekacauan yang mengelilingi semua makhluk luar angkasa yang memiliki kekuatan super," Mikail menambahkan.
Apakah Rafaél menyuruhku berakting sebagai makhluk luar angkasa? Chéri bertanya-tanya dalam hatinya, lalu mencuri pandang ke arah pria itu.
"Jessifer keluar dengan yang lainnya!" perintah Rafaél.
Chéri tidak bereaksi.
Rafaél menoleh pada Chéri dan menghardiknya. "Jessifer!"
Chéri terbelalak. Oh! Itu maksudnya aku, ya?
"Tidak perlu memaksakan diri untuk bermain bagus," Mikail menyemangati seraya meletakkan telapak tangannya di bahu Chéri. "Ucapkan saja dialogmu dengan jelas dan lantang!"
"Keras sekali suara tadi," dialog tokoh pria yang pertama---diperankan oleh Saul Evanskov.
"Aku rasa datangnya dari tempat ini," kata pria yang lainnya.
"Aku juga melihat cahaya yang sangat terang meluncur ke bumi," kata pria yang lainnya lagi.
"Jessifer!" salah satu dari tiga pria di depannya berteriak.
Chéri masih berusaha mempelajari naskahnya.
Yah, ada sesuatu di sana… ah, ada sesuatu di sana!
Bisa tidak, ya?
"JESSIFER!" Rafaél menghardiknya lagi.
Chéri mengucapkan dialog pertamanya dengan sedikit gugup. "Ah, ada sesuatu… di sana!"
"Tunjuk dengan tanganmu!" perintah Rafaél.
"Ah! Ada sesuatu di sana!" teriak Chéri sedikit terlalu bersemangat.
Mikail terkekeh di barisan penonton.
"Kalian pergi saja!" dialog tokoh yang diperankan oleh Saul. "Aku tidak enak badan. Pandanganku tiba-tiba kabur dan gelap. Aku tak bisa melihat apa-apa!"
"Aku ikut!" dialog Chéri. "Hari ini aku tidak takut dengan apa pun…"
Seisi ruangan menyimak Chéri dan memperhatikannya.
"Materi X akan jatuh," lanjut Chéri. "Tapi aku tidak khawatir meski akan banyak mayat bergelimpangan, karena…" Chéri menggantung kalimatnya menyadari semua orang sedang memperhatikannya.
Chéri menelan ludah dan berusaha memfokuskan konsentrasinya. "Saat aku memandang langit luas…" Chéri menengadah. "Aku melihat bintang jatuh berkerlap-kerlip."
Langit…
Bintang…
Chéri melambungkan imajinasinya dan berhasil menggambarkan sesuatu dalam benaknya.
Langit bertaburan bintang!
"Aku sudah tiga kali mengucapkan permohonanku," katanya penuh khidmat. "Pasti akan terwujud! Sesuatu yang bagus akan segera terjadi!"
Seisi ruangan mendadak hening.
Semua orang menahan napas dan menatapnya tanpa berkedip.
Rafaél terkesiap.
"Tadi, sesaat rasanya aku melihat bintang-bintang," bisik seseorang.
"Sama," bisik yang lainnya.
Chéri mengedar pandang dan menoleh pada Rafaél.
Rafaél menautkan jemari di depan mulutnya seraya tersenyum.
Rafaél tersenyum?
Chéri terkejut.
Pria itu meliriknya. Sepasang mata birunya berbinar senang.
Dia tersenyum padaku! Chéri berdebar-debar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
tintakering
mantap cheri 😊
2022-09-27
0