"Jessifer! Lari, kemudian meloncati sungai," perintah Rafaél pada Chéri. "Setelah itu Jessifer menengok ke belakang dan kalian berdua saling berpandangan," jelasnya seraya menunjuk pada Saul.
Kalau hanya akting loncat, sih… aku juga bisa! pikir Chéri enteng. Kemudian melakukan semuanya sesuai instruksi.
Berlari, meloncat dan menengok ke belakang!
Seisi ruangan tiba-tiba tergelak.
Chéri mengerutkan dahi dan mengedar pandang.
Kenapa mereka tertawa?
"Ulangi sekali lagi!" Rafaél menginstruksikan.
Chéri mengulanginya sekali lagi. Seisi ruangan kembali tertawa.
Wajah Rafaél berubah masam. "Ulangi," geramnya.
Chéri mengulanginya lagi, kali ini sedikit lebih bertenaga.
Tapi Rafaél memerintahkan untuk mengulanginya lagi hingga berkali-kali.
"Lagi!"
"Lagi!"
Dan…
"Lagi!"
Apa yang salah? pikir Chéri tak mengerti.
Berlari, meloncat dan menengok ke belakang… gerakannya kan, mudah!
Rafaél menarik bangkit tubuhnya dengan sikap geram. "Lagi!" perintahnya.
Chéri terdiam. Napasnya sudah terengah-engah. Sebaiknya aku harus bergerak seperti apa? pikirnya semakin tak mengerti.
"Kenapa diam?" Rafaél menggebrak meja di depannya. "Ayo, lakukan lagi!"
Aku tambah tak mengerti, batin Chéri getir.
"CHÉRI!" Rafaél melangkah ke tengah dan menghampirinya.
Chéri beringsut dengan wajah cemas. Apa dia akan menamparku?
"Musik waltz ketukan ketiga, adegan kedelapan!" Rafaél berteriak pada soundman.
Musik diputar!
"Coba jalan!" perintah Rafaél pada Chéri.
Sebenarnya… apa yang dia ingin aku lakukan? Chéri tak habis pikir. Tapi ia tetap berjalan.
Musik berhenti.
Chéri juga berhenti dan menoleh pada Rafaél.
Rafaél berjalan ke arah Chéri dan berhenti tepat di depannya seraya bersedekap. "Sudah mengerti?"
Chéri melengak, masih belum mengerti.
"Caramu berjalan benar-benar seperti fashion model," tutur Rafaél. "Balet telah merusak dirimu."
Balet merusakku?
Chéri menatap Rafaél. "Kenapa kau bicara begitu?"
Balet bagiku adalah segalanya, katanya dalam hati, merasa terluka oleh kata-kata pria itu.
"Masih mau mencobanya?" Rafaél tidak menggubris pertanyaan Chéri.
Chéri menelan ludah.
"Ayo, coba jalan sekali lagi!" Rafaél mendorong pinggangnya. "Berjalanlah dengan wajar!" Ia menambahkan.
Wajar?
Jadi biasanya cara berjalanku tidak wajar?
Padahal aku melakukannya tanpa memikirkan apa-apa!
"Apa itu yang namanya wajar?" Rafaél mendengus sinis. "Balet sudah terlalu melekat di setiap gerakanmu."
Chéri berbalik dan melotot pada Rafaél.
Mikail menatap wajah keduanya dengan wajah tegang.
"Orang normal, meski mereka berjalan di depan game center atau bahkan di dalam diskotek sekalipun, ada kalanya mereka tetap berjalan seperti barisan tentara," kata Rafaél.
Oh, bagus! pikir Chéri makin kesal. Jadi sekarang aku juga tidak normal?
"Latihan-latihan balet telah membuat tubuhmu bereaksi otomatis pada musik." Rafaél menambahkan. "Bahkan pada saat kau memaksakan diri untuk tidak melakukannya, saat soundman memutar musik waltz tadi, tetap saja secara halus gaya berjalanmu menyesuaikan diri dengan irama waltz. Entah itu loncat atau berjalan, gerakanmu tetap terlalu indah---terlalu diatur!"
Terlalu indah?
Terlalu diatur?
"Apakah indah itu tidak boleh?"
"Indah, kalau berlebihan akan menjadi tidak alami," sergah Rafaél. "Satu hal yang perlu kau tahu, pemain teater yang tidak bisa bergerak dengan benar di atas panggung, tidak berharga!"
Chéri membeku, kehabisan kata-katanya.
"Sudahlah! Kau hanya mengganggu saja!" Rafaél merenggut naskah dari tangan Chéri, kemudian berbalik memunggunginya dan kembali ke meja. "Peran Jessifer diganti Anna!"
Chéri menyingkir dari tengah lingkaran kemudian menyeruak membelah kerumunan dengan tampang cemberut.
Mikail membuntutinya.
Rafaél mengawasi gadis itu melalui ekor matanya.
"Lho! Kau mau pergi?" Gadis yang menggantikan tugas Mikail di ruang administrasi menegur Chéri.
"Aku sudah tidak dibutuhkan lagi, kan?" Chéri melewatinya. "Tak peduli seberapa mahir bakat yang kumiliki, di dalam teater aku tetap saja seorang amatir."
Sampai sekarang Chéri masih belum tahu di mana sebenarnya letak bakatnya. Tapi bagaimanapun juga, Rafaél menemukan bakat itu dalam dirinya.
"Kasihan!"
Terdengar cekikikan.
"Tampangnya kelihatan syok."
"Salah besar kalau dia mengira bisa langsung bermain bagus dari awal," desis beberapa gadis terdengar sinis.
Bukan itu yang membuatku syok, pikir Chéri. Tapi ekspresi Rafaél yang seolah mengatakan, "Aku tidak membutuhkanmu!"
"Bagaimana kalau ternyata dia seorang talent dengan insting yang bagus dalam dunia teater?" Mikail Volkov menyela gadis-gadis yang sedang berbisik-bisik itu.
Gadis-gadis itu tercekat serempak.
"Kalau dipikir-pikir, sejak kecil, selama belasan tahun, tubuhnya terus ditempa oleh latihan-latihan balet. Hal itu menjadikan dirinya seorang ahli dalam bergerak. Di antara kalian…" Mikail menggantung kalimatnya dan mengedar pandang, menatap satu per satu wajah gadis-gadis di sekitarnya. "Apakah ada yang seperti itu?"
Gadis-gadis itu tertunduk.
"Anak itu bukan pemula biasa!" Mikail menandaskan. Lalu berjalan keluar meninggalkan ruang latihan.
.
.
.
"Chéri! Jangan melamun!" Alla Petrova, guru balet di Royal Academy, menepuk-nepukkan kedua tangannya seraya berteriak.
Chéri terperanjat dan menoleh padanya.
"Aku menyuruhmu berdiri di sana!" Alla menudingkan telunjuknya ke arah barre. "Dari tadi kau mengganggu tarian kelompokmu!"
"I'm so---sorry!" Chéri menyingkir dari formasi.
Bagaimana aku bisa lupa kalau sekarang sedang berada di sekolah balet?
Chéri menepuk dahinya dan mendesah pendek. Padahal saat-saat seperti inilah yang paling aku tunggu-tunggu. Tapi semuanya masuk telinga kiri keluar telinga kanan.
Perkataan Rafaél ternyata berpengaruh cukup besar!
Dia pasti salah, pikirnya tak mau terima.
Dia bilang tubuhku terlalu mudah bereaksi pada musik, buktinya sekarang aku tidak dengar apa-apa karena terlalu fokus memikirkan perkataannya.
Seketika sebuah gagasan melintas dalam kepala Chéri. Ia berjalan ke sudut ruangan tempat di mana ia meletakkan tasnya, mengeluarkan stocking cadangan dan mengikat kedua pergelangan kakinya.
Aku harus melepaskan musik dari dalam kepalaku, tekadnya. Lalu berjalan ke barre dengan kaki terikat.
Fokus pada hal lain supaya gerakanku tidak mengikuti irama, katanya pada diri sendiri. Aku harus mengatur langkahku supaya tidak terlalu lebar.
Terlalu diatur…
Terlalu indah!
Alla Petrova menoleh pada Chéri dengan mata terpicing. "Anak ini sedang apa, sih?" erangnya tak habis pikir.
Keahlian dalam balet akan menjadi kelemahan dalam teater?
Tunggu!
Chéri menghentikan langkahnya dan berpikir keras, mencoba mengingat-ingat sesuatu yang tampaknya berkaitan dengan masalah teater dan balet.
Ah, aku ingat sekarang. Waktu masih sekolah di St Petersburg, pernah ada seorang aktor yang belajar sebentar di sekolahnya. Katanya dia hanya ingin belajar gerakan patah-patah.
Ada juga seorang atlet figur skating. Katanya dia ingin belajar cara menampilkan ekspresi yang kuat.
Itu dia, pikir Chéri. Untuk gerakan yang sesuai dengan peran, balet justru akan menjadi kekuatan.
Kalau aku bisa menghayati peranku saat berakting, musik tak akan menyesatkanku. Aku hanya perlu fokus pada peranku!
Dengan begitu…
Konsentrasi terhadap peran…
Akan menjadi spesialisasiku!
Untuk pertama kalinya pada hari itu, Chéri akhirnya tersenyum.
Alla Petrova kembali meliriknya dan mengerang sekali lagi. Anak ini sebetulnya sakit apa, sih?
Chéri balas menatapnya seraya tersenyum lebar.
"Apa kau salah minum obat?" Alla menggeram pada gadis itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
tintakering
kasih obat yg tepat bu...😁
2022-10-04
0