Entah di mana letaknya…
Entah kekuatan apa yang mereka miliki, tapi…
Pementasan ini memang sungguh sangat indah!
"Dua tahun yang lalu…" Vladimir menggumam tanpa mengalihkan perhatiannya dari pementasan. "Kau dan aku mengerjakan naskah ini bersama-sama. Tapi di tengah jalan kita malah bersitegang."
"Hah!" Rafael mendengus dan tersenyum sinis. "Bersama?" geramnya. "Bukankah yang kau lakukan hanya mencaplok naskahku saja?"
Vladimir akhirnya memalingkan wajahnya, menatap Rafaél melalui sudut matanya. Tapi ekspresi wajahnya sama datarnya dengan Rafaél.
"Yang membuat naskah asli Marionette adalah aku," desis Rafaél tajam. "Jangan lupa soal itu, Vladimir!"
Vladimir tersenyum tipis dan kembali mengalihkan perhatian pada pertunjukan.
"Katakan, dari mana kau mendapatkan naskah itu?" Rafaél bertanya setengah menggeram. "Ini tidak bisa dikatakan sebagai karya original."
Vladimir terkekeh. "Oh, ya?" katanya tanpa menoleh. "Penafsiran dan penyutradaraannya jauh berbeda dengan milikmu. Apanya yang tidak original? Lagi pula gaya penulisannya sama dengan karya-karyaku selama ini."
K e p a r a t! Rafaél membatin kesal. "Tentu saja sama," bisiknya geram. "Semua naskah Tsar Dramy penulisnya sama---aku. Kau tak pernah menulis naskah!"
Vladimir terkekeh.
Chéri melirik wajah kedua pria itu dengan mata terpicing.
Keduanya berwajah datar. Tapi kilat kemarahan terlihat jelas di mata Rafaél.
Gurat kegelisahan tersirat di wajah Vladimir Valensky, tapi dia berhasil menutupinya dengan senyum liciknya.
Rafaél tertunduk seraya memijat-mijat pangkal hidungnya. Mengatupkan kedua mata dengan ekspresi tak berdaya.
"Rafaél," Chéri menyentuh bahunya. "Apa kau baik-baik saja?"
Rafaél tidak menjawab. Hanya tertunduk dengan rahang mengetat.
"Ayo pulang," ajak Chéri.
Pria itu tetap bergeming.
Tepuk tangan meriah menggelegar dari bangku penonton.
Rafaél mengepalkan sebelah tangannya, sementara tangan lainnya mengusap wajahnya seraya mendesah berat. "Pementasan ini telah melangkahi karyaku," bisiknya parau. "Dan aku tidak menyadarinya."
"Dengar, Rafaél!" Chéri berusaha menyemangati. "Bagaimanapun juga ini adalah karyamu," bujuknya. "Tidak mungkin yang palsu lebih baik daripada aslinya."
Vladimir tergelak mendengar perkataan gadis itu. "Nona," katanya lembut. "Rafaél sudah mengaku kalah."
Chéri mengetatkan rahangnya dan melotot pada Vladimir. Pria ini ternyata jauh lebih tak berperasaan, batinnya geram.
"Lagi pula yang palsu selalu lebih inovatif dari aslinya," Vladimir menambahkan. "Apa kau tak pernah belajar? Bahkan ajaran palsu lebih sempurna dari ajaran Musa. Emas campuran selalu lebih berkilau dari aslinya. Teori pembenaran lebih masuk akal dari kebenaran." Vladimir menoleh pada Chéri.
Chéri mengerjap dan menelan ludah.
"Tampaknya kau sama sekali tidak mengerti apa-apa soal teater?" Vladimir mencemooh. "Saat Rafaél masih bergabung dengan Tsar Dramy, satu-satunya kelemahan Rafaél adalah tidak mampu menggambarkan perempuan. Karena jenius muda ini tidak pernah mengenal cinta."
Saat masih bergabung dengan Tsar Dramy?
Tidak mampu menggambarkan perempuan?
Tidak pernah mengenal cinta?
Chéri menoleh pada Rafaél.
Pria itu diam saja.
Oh, iya. Chéri baru ingat. Bukankah seseorang pernah bilang kalau dia pembenci perempuan?
"Kalau aku…" Vladimir tiba-tiba mencondongkan tubuhnya ke arah Chéri. "Tentu akan memperlakukanmu sebagai wanita," katanya seraya tersenyum. "Bukan boneka."
Chéri beringsut menjauhinya.
"Vladimir!" Seseorang berteriak dari kerumunan di belakang mereka.
Vladimir menoleh dan beranjak dari tempat duduknya dan berlalu dari ruang mixer.
Chéri memperhatikan pria itu dengan mulut terkatup. Apa yang terjadi? pikirnya. Perkataan pria ini…
Rafaél meliriknya.
Ah, sudahlah! Chéri mendesah pendek. Pria itu adalah pencuri, katanya dalam hati. Sebaiknya aku tidak termakan oleh kata-katanya.
Tiba-tiba sebuah karangan bunga melayang dari ambang pintu dan mendarat di pangkuan Chéri.
Chéri memekik tertahan seraya menoleh.
Vladimir menyeringai dari balik punggung para penonton dan mengedipkan matanya pada Chéri.
Rafaél menoleh pada pria itu dan menatap tajam---memberinya peringatan.
Tapi pria itu hanya melambaikan tangannya sepintas dan berlalu dari tempat itu.
"Aku akan mengembalikannya," kata Chéri seraya buru-buru bangkit.
Rafaél berusaha menahannya.
Tapi gadis itu sudah menghambur ke arah pintu dan menyelinap di antara kerumunan.
Rafaél mendesah berat dan menarik tubuhnya dari tempat duduk yang disediakan khusus untuk para monitoring. Tapi selama mereka menyaksikan pertunjukan, tempat itu diambil alih sepenuhnya oleh Vladimir. Jadi dua bangku di sisinya bisa ditempati Chéri dan Rafaél.
Sementara Chéri menggeliat-geliut di tengah lautan massa, berdesak-desakan di antara para penonton untuk mengejar Vladimir, pria itu sudah berdiri di atas panggung untuk menutup pertunjukan.
"Permisi!" Chéri mendesak beberapa penonton yang paling dekat dengan panggung. Beberapa di antaranya sedang berusaha memberikan karangan bunga pada Vladimir.
Whoa! Vladimir membatin takjub. Boneka Rafaél?
Gadis itu sudah hampir sampai di depan panggung, tapi seseorang mengikutinya, sementara beberapa orang yang lainnya berusaha menghalanginya.
Vladimir membungkuk ke depan dan merenggut gadis itu dari para penonton yang posesif dan menariknya ke atas panggung.
Chéri memekik terkejut.
Rafaél tersentak di tengah-tengah kerumunan. B a j i n g a n!
"Hei! Siapa dia?" Beberapa gadis memekik tak senang. "Beruntung sekali bisa menyerahkan bunga di atas panggung."
"Aku bukan mau memberikan bunga," erang Chéri.
Tapi suasana gaduh membuat suaranya tenggelam.
"Vladimir! Beri kami kehormatan yang sama!" Gadis-gadis yang berada paling dekat dengan panggung mulai berteriak histeris seraya melambai-lambaikan karangan bunga mereka.
"Luar biasa!" Vladimir berdecak kagum seraya meneliti Chéri dari atas sampai ke bawah, lalu kembali ke atas---ke wajahnya. Sementara sebelah tangannya masih mencengkeram tangan gadis itu. "Pantas saja, " katanya. "Kau memang terlihat memukau di atas panggung."
"Tutup mulutmu," hardik Chéri sembari menggeliat-geliut, berusaha melepaskan diri dari cengkeraman Vladimir. "Lepaskan aku!"
Pria itu tersenyum lebar dan menariknya lebih dekat lagi. "Proporsi tubuhmu sama sekali tidak ada kekurangannya. Sekarang aku mengerti kenapa Rafaél menyukaimu!"
Chéri menyentakkan tangannya. Tapi cengkeraman Vladimir seketat belenggu besi.
"Lihat itu!" Beberapa orang penonton berteriak ribut.
"Rafaél Moscovich!" Beberapa gadis kembali menjerit-jerit.
Chéri dan Vladimir mengikuti arah pandang mereka.
Rafaél sedang meniti tangga dan menerjang ke atas panggung seraya meninju wajah Vladimir. "Pencuri!" geramnya.
Suasana berubah riuh.
"Lho! Itu Rafaél Moscovich, kan?" Seorang aktris memekik di belakang Chéri. "Satu setengah tahun yang lalu, dia masih menjadi aktor utama di teater ini."
"Ah, kita beruntung bisa melihatnya!" komentar aktris yang lainnya, bersahut-sahutan.
Rafaél merenggut pinggang Chéri dan menariknya.
Vladimir berhasil menahan bahunya. "Ikutlah denganku," bisiknya pada Chéri. "Bersama Rafaél, kau hanya dijadikan boneka marionette!"
Rafaél menyentakkan pinggang Chéri dan menariknya ke pelukannya. Kemudian meninju Vladimir sekali lagi. Kali ini lebih keras dari sebelumnya, hingga menyebabkan Vladimir terjengkang dan jatuh terjerembab.
Semua orang di atas panggung berteriak gusar. Begitu juga dengan para penonton.
Rafaél mengacaukan jari tengahnya pada Vladimir, kemudian menuntun Chéri meninggalkan panggung dan membawanya pulang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments