“Sebenarnya aku membawamu ke sini untuk memanfaatkanmu.”
“Maksudmu?” Kedua mata Ella membesar. Ucapan Daniel barusan sangat mengejutkannya.
“Sebelumnya warnetku sepi banget, karena udah banyak yang punya HP dan laptop sendiri. Karena kamu ada di sini, warnetku jadi rame lagi.”
“Huh, ku pikir dimanfaatin kayak apa. Hatiku udah ciut duluan tadi,” sahut Ella sambil tertawa. “Justru aku yang makasih, udah nerima aku kerja di sini,” lanjut Ella.
“Emang sih, pengap banget. Cowok-cowok juga nggak ada yang ganjen, karena pada sibuk main game. Tapi tetap aja aneh. Apa cowok-cowok kalau ngumpul selalu begitu, ya?” kata Ella. “Tapi Al kok beda? Dia selalu tampak rapi dan wangi. Dia juga nggak merokok,” celetuk Ella.
“Al itu siapa? Cowok kamu, ya?” ucap Daniel tertawa kecil.
“Ih, bukan. Dia tuh cuma cowok nggak penting,” bantah Ella dengan cepat.
“Oh, ya?” gumam Daniel nggak percaya. “Nggak semua cowok kok kayak gitu, tergantung circle pertemanannya juga,” jelas Daniel.
“Tapi beneran, lho. Ini pertama kali aku ke warnet,” ungkap ella.
“Masa? Kamu punya laptop sendiri, ya? Ada wifi juga di rumah?” tanya Daniel.
“Nggak punya, kok. Selama ini kalau butuh laptop untuk bikin tugas, Al selalu pinjemin laptop ke aku sekalian wifinya,” kata Ella.
“Al lagi? Siapa sih dia? Cowok ganteng kemarin, ya?” goda Daniel.
“Eh, gawat. Aku kenapa ingat-ingat cowok itu terus, sih?” gumam ella dalam hati. Dia sedikit menyesal karena selama ini terlalu bergantung pada Albert. Sekarang pria itu malah menjadi calon ayah tirinya.
“Udah sore banget, nih. Aku pulang, ya. Besok aku datang lagi, deh,” ucap Ella mengalihkan cerita.
“Kamu beneran masih kuat kerja di sini? Kalau nggak kuat nggak apa-apa, kok. Nggak usah dipaksain, daripada kamu sakit,” ucap Daniel.
“Aku bisa, kok. Besok aku bawa masker dan baju ganti,” ucap Ella dengan semangat.
...🥀🥀🥀...
“Uhuk! Uhuk!” Ella terbatuk-batuk selama duduk di dalam angkot. Asap rokok dari warnet tadi masih melekat di seragam sekolahnya.
“Aku baru tahu kalau warnet sepengap itu. Mana isinya cowok semua lagi,” batin Ella. Dia meneguk air mineral untuk meredakan batuknya.
“Sebenarnya aku nggak kuat di sana, tapi mau cari kerja di mana lagi? Cari kerja ternyata susah banget. Apa mama dulu juga begini, waktu papa meninggal?” batin Ella lagi.
Ella masih sangat ingat, mamanya dulu mengambil beberapa pekerjaan sekaligus untuk membayar biaya rumah sakit ayahnya. Ghina juga harus menyisihkan uang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Nnggak jarang, Ghina harus pulang larut malam, setelah toko atau rumah makan tempatnya bekerja tutup. Ghina juga udah kenyang jadi omongan tetangga julid yang selalu melihatnya pulang malam.
“Nggak, aku nggak boleh menyerah. Aku dan mama aja udah cukup untuk membiayai hidup kami berdua.” Ella terus bertekad untuk tidak menerima Albert menjadi calon ayah tirinya.
"Adak turun di simpang mawar, kan? Udah sampai, nih," ujar supir angkot membuyarkan lamunan Ella.
"Eh, iya. Hampir aja kelewatan lagi." Ella buru-buru turin dari angkot dan membayar ongkos.
...🥀🥀🥀...
“Assalamualaikum.”
“Waalaikumussalam.” Ghina membuka pintu untuk melihat tamunya yang datang. “Eh, Mbak. Ayo silakan masuk. Udah lama banget Mbak nggak main ke sini.” Ghina menyambut kakak iparnya dengan hangat.
“Ya begitulah. Seharusnya aku lebih sering mampir ke sini, untuk melihat keadaan adek dan keponakanku,” kata Sri Rahayu, kakak kandung dari almarhum suami Ghina. “Ella masih belum pulang?”
“Belum, Mbak. Dia kan udah kelas tiga, makin sibuk,” jawab Ghina.
“Oh, Gitu,” gumam Sri. “Lihatlah, rumahmu kayaknya semakin banyak yang bocor. Harusnya kamu bilang kalau butuh bantuan.” Sri melihat ke langit-langit yang mulai lapuk.
“Ya maklumlah,Mbak. Namanya juga cuma tinggal berdua. Dan dua-duanya kami sibuk. Nanti kalau ada uang lebih, aku mau cari tukang untuk renovasi,” jawab Ghina. “Oh iya, Mbak mau minum apa? Aku bikinkan teh, ya.”
“Nggak usah. Mbak mau langsung aja. Kamu pasti tahu tujuan Mbak datang ke sini, kan?” kata Sri tanpa basa basi.
Ghina menundukkan kepalanya. “Ya, kayaknya aku bisa menebaknya. Maafkan aku, Mbak,” ujar Ghina lirih.
“Mbak benar-benar terkejut waktu mendengar kabar rencana pernikahan kamu. Tetapi Mbak lebih terkejut lagi, waktu Ella kabur dari rumah,” ujar wanita paruh baya tersebut. Dia menatap Ghina dengan tajam.
(Bersambung)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments