Kamu tahu, kan? Mama kamu itu bekerja keras siang malam, demi menyekolahkan kamu di tempat yang baik,” kata Albert.
“Tentu aja aku tahu. Sejak papa meninggal, mama selalu bekerja siang dan malam,” sahut Ella. “Makanya aku nggak pernah minta macam-macam. Pakai HP seken model jadul aja aku nggak masalah,” lanjut gadis itu. “Tapi kenapa bahas ini? Maksudnya aku harus balas budi pada mama, dengan merelakan kalian menikah?” lanjut Ella dengan wajah masam.
Albert memang tahu, selama ini Ella adalah anak yang sangat penurut. Gadis itu bukanlah cewek manja yang rewel dan banyak menuntut seperti remaja seusianya. Dia bahkan belajar dengan baik, agar bisa mendapatkan beasiswa. Sifatnya itu sangat berbanding terbalik dengan sikapnya beberapa hari ini.
“La, kalau kamu beroikir mama kamu itu egois, itu sama seli nggak benar. Kami ingin meresmikan hubungan ini demi kamu juga.”
Ella menggigit bibirnya. “Demi aku atau kalian berdua? Jadi maksudnya karena keluarga kami hidup susah, sah-sah aja gitu mama nikah sama berondong kaya?” ujar Ella dengan sengit. “Kalau beneran emang demi aku, ya jangan nikah, dong,” lanjutnya.
“Mama kamu kan masih muda. Dia juga berhak …”
“Mendapatkan perhatian dan kasih sayang, kan?” Ella memotong ucapan Albert.
“Ya,” sahut Albert sambil mengerutkan keningnya. Ternyata bocah SMA ini paham arah pembicaraan Albert ke mana.
“Boleh aja. Aku mengizinkan mama menikah, kok,” kata Ella. Albert memandang Ella dengan curiga. “Asal bukan kamu orangnya,” lanjut Ella lagi.
“Kenapa? Karena kamu menykaiku?” tanya Albert. Gadis remaja itu tidak menjawab. Dia malah membuang wajahnya ke kiri, menghindari pandangan pria itu.
Albert menggenggam tangan Ella, tapi gadis itu dengan cepat menepisnya. “La, coba lihat mataku dan bicara jujur. Kamu suka sama aku, kan? Sejak kapan?” Albert mengulang pertanyaannya.
“Ge’er banget kamu, berpikir aku suka padamu,” balas Ella.
“Coba, deh. Ngomongnya sambil lihat aku,” pinta Albert.
Ella menatap Albert dengan tajam. “Aku nggak suka denganmu,” jawab Ella dengan tegas.
Albert nggak merasakan apa pun dalam sorot mata Ella, selain kebencian yang amat dalam. Dia menjadi ragu, apa benar Ella tidak menyimpan perasaan sedikit pun padanya?
“Aku sayang sama kalian berdua, La. Aku siap jadi kepala rumah tangga dan nggak akan menyia-nyiakan kalian,” ujar Albert.
Ella benci mendengar kata-kata itu. Dia merasa dinding yang dibuat Albert dan mamanya semakin tinggi. Gimana hidupnya nanti jika mereka berdua jadi menikah?
“Kamu nggak dengar apa yang dibilang temanku tadi? Mereka pikir kita pacaran. Apa jadinya nanti kalau kamu dan mama jadi menikah?” Ella membuka mulutnya setelah hening cukup lama. “Aku nggak akan berubah pikiran, jadi jangan ganggu aku lagi,” lanjut Ella.
“Maafkan aku, La. Aku yang duluan …”
“Jangan sentuh aku!” Jerit Ella di tengah-tengah kalimat Albert. Dia menepis tangan Albert yang hendak menyentuh bahunya. Perut Ella terasa mual bersentuhan dengan pria itu. “Turnkan aku di sini!” pinta Ella.
“Nggak! Ini masih hujan lebat. Ghina bisa semakin khawatir kalau kamu sakit.” Albert menolak permintaan Ella.
“Jadi semua yang kamu lakukan, hanya karena mama?” ucap Ella dengan suara parau. Dia tahu Albert tidak menyukainya. Tapi mendengar pengakuannya tadi, membuat perasaan Ella semakin hancur.
Albert mengatur napasnya untuk meredakan emosi. “Baiklah, aku akan turunkan kamu di halte bis depan sana. Aku akan menunggumu selama sepuluh menit. Kalau nggak ada bis yang datang, kamu wajib ikut mobilku,” kata Albert.
“Loh, ini mobilmu?” tanya Ella.
“Iya. Kenapa?”
“Bukannya mobilmu itu Bvrgatti?” tanya Ella.
“Iya. Tapi kadang-kadang aku juga pakai mobil ini,” jawab Albert. Dia melirik ke arah gadis di sebelahnya. “Memangnya kenapa? kamu bakal mengizinkan aku menikah dengan Ghina, kalau aku punya Bvrgatti?” kselidik Albert.
“Brengsek. Aku nggak sematre itu, melihat orang hanya dari materi,” umpat Ella. Albert terkejut melihat sisi lain Ella yang jarang dilihatnya. “Aku tadi cuma merasa tertipu ketika kamu datang ke sekolah. Ku pikir bukan kamu yang datang,” jelas Ella.
“Memangnya kenapa kalau aku yang datang?” tanya Albert penasaran.
(Bersambung)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments