Angin berdesir dengan lembut, membuat dedaunan kering menari-nari di udara. Burung-burung kecil berlompatan di batang ilalang, bercuit-cuit memanggil teman-temannya untuk segera pulang. Sinar mentari tampak berwarna lembayung, bersembunyi di ufuk barat.
Drrrttt! Drrrttt! Ella melihat layar ponselnya, lalu menyimpannya embali ke dalam tas. Drrrttt! Drrrttt! Ponselnya terus bergetar, tetapi Ella tetap mengabaikannya.
“Aku nggak boleh berlama-lama di sini. Mereka pasti akan datang mencariku,” gumam Ella. “Pa, aku pulang dulu, ya. Besok aku datang lagi,” ucap Ella berpamitan pada papanya. Jemarinya yang mungil, mengusap matanya yang basah. Tak lupa dia mengusap batu nisan yang bertuliskan nama Avel Erlangga, papanya yang telah meninggal beberapa tahun lalu.
Kaki kecil Ella melangkah keluar area pemakaman yang tertata rapi, dengan perasaan berat. Dia masih belum ingin pergi dari sisi papanya yang tertidur panjang. Ini pertama kalinya dia datang ke sini seorang diri, tanpa ditemani mamanya. Emosinya yang terkumpul sejak tadi malam, akhirnya tercurah di hadapan makam sang ayahanda tercinta.
Ella berjalan terseok-seok, dari area pemakaman menuju ke jalan raya. Beberapa pasang mata dari pangkalan ojek menatapnya dengan aneh. Gadis berseragam SMA, keluar dari area pemakaman sendirian, membuat mereka berpikiran liar. Tetapi Ella tidak peduli. Dia terus berjalan mencari angkot yang membawanya ke tempat lain.
...🥀🥀🥀...
“Turun di mana, Dek?” tanya supir angkot pada Ella.
“Hutan kota aja, Bang,” jawab Ella.
“Loh, hutan kota udah kelewatan dari tadi, Dek. Angkotnya cuma sampai depan kampus aja, abis itu putar lagi,” protes supir angkot.
“Eh, masa?” Ella memperhatikan seisi angkot. Tanpa disadari, ternyata hanya tinggal dia penumpang angkot tersebut. Kapan penumpang yang lain pada turun?
“Gimana, Dek? Mau ikut saya puter lagi? Tapi ntar turunnya di seberang hutan kota aja, ya,” tawar sang supir angkot.
“Eh, nggak usah, Bang. Saya turun di depan kampus aja,” jawab Ella kemudian.
Supir angkot itu hanya menganggukkan kepala. Dia memperhatikan Ella yang bermata bermata bengkak dan merah. “Aku nggak lagi bawa bocah SMA kabur dari rumah, kan? Kayaknya dia nggak punya tujuan, deh. Bisa berabe kalau aku samapi dituduh bawa lari bocah remaja,” batin supir angkot itu cemas.
Beberapa saat kemudian, Ella telah sampai di tempat tujuan. “Ugh, malu banget jadi perhatian gini,” gumam Ella.
Gadis remaja berkulit putih itu berjalan sambil menundkkan kepala dalam-dalam. Hanya dia sendiri yang mengenakan seragam sekolah. Terlebih, saat ini sudah hampir magrib. Para mahasiswa yang kuliah sore, sudah beranjak pulang.
Bocah berseragam SMA itu duduk di bawah pohon tepi trotoar. Udara sejuk kembali menyapa tubuhnya. “Huft, seenggaknya mereka nggak menemukanku di sini,” pikir Ella.
Sebenarnya dia tidak memiliki tujuan sama sekali, persis tebakan supir angkot tadi. Ella hanya merasa nggak nyaman untuk pulang ke rumah, setelah bertengkar hebat dengan mamanya tadi malam. Tadi pagi dia juga pergi ke sekolah lebih cepat, untuk menghindari mamanya.
“Duh, jadi teringat kejadian tadi malam lagi, kan?” rutuk Ella.
Albert Candra Putra adalah majikan Ghina Delisia, ibunda Ella. Pria berusia dua puluh lima tahun itu merupakan pengusaha muda yang sukses meniti karirnya dari nol. Pria itu selalu membuat Ella merasa nyaman dan tenang ketika mendengar suaranya. Wajahnya yang tampan dan senyumannya yang manis, mengingatkan Ella pada idolnya dari Negeri Ginseng.
Meski sangat mustahil karena perbedaan kasta yang jauh, tapi Ella pernah berharap bahwa Albert akan mengetahui perasaannya yang selama ini terpendam. Tapi siapa sangka, Albert justru memilih sang mama sebagai calon pendampingnya. Pupus sudah harapan Ella untuk sekedar menjadi pengagum rahasia Albert. Ini bukan sekedar cerita cinta bertepuk sebelah tangan, tetapi gebetan jadi calon ayah tiri. Ugh, berat!
Hingga matahari terbenam, Ella masih duduk di bawah pohon angsana tersebut. Kampus sudah sangat sepi, tidak ada lagi mahasiswa yang berlalu lalang. Bocah remaja itu lalu mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang.
Drrrrtttt! “Halo?”
“Halo Bibi. Apa kabar?” tanya Ella dengan suara parau.
“Bibi sehat, kok. Kamu sendiri gimana kabarnya? Udah lama banget nggak main ke rumah Bibi,” kata Bibi Sri, Kakak dari almarhum ayah Ella.
“Aku … Nggak baik-baik aja, Bi,” ucap Ella jujur. Air mata mulai menggenang di pelupuk matanya.
“Lho, ada apa, Nak? Ceritakan sama Bibi. Kamu ada masalah di sekolah?” tanya Bibi Sri.
“Nggak kok, Bi. Ini soal mama. Apa Bibi tahu, kalau mama mau menikah lagi?” tanya Ella sambil berurai air mata.
“Nikah lagi? Kapan?” tanya Bibi Sri. Wanita itu terkejut mendengar berita besar dari keponakannya tersebut.
“Aku nggak tahu nikahnya kapan. Tadi malam calonnya datang ke rumah. Bibi bisa tebak nggak siapa calonnya?” tanya Ella setengah menyindir.
“Bibi ngak tahu. Emangnya siapa?” tanya Bibi Sri semakin penasaran.
“Albert Candra Putra,” jawab Ella dengan lantang dan tegas.
“Albert?” Bibi mengingat-ingat nama itu. “Astaga! Maksudmu Al, majikan kalian? Anak kuliahan itu?” seru Bibi.
“Iya, Bi. Albert yang itu. Tapi ngomong-ngomong, dia udah tamat kuliah,” jelas Ella.
“Ya Tuhan …” gumam Bibi.
“Gimana menurut Bibi?” tanya Ella.
Bibi Sri menarik napas panjang. Ini pertanyaan yang sangat sulit. “Kalau menurut kamu sendiri gimana?” Bibi membalikkan pertanyaannya pada Ella.
“Udah pasti aku nggak setuju. Dia lebih cocok jadi anak mama, daripada suami mama,” sahut Ella dengan cepat.
“Pasti semua ini terasa berat banget bagimu. Lalu gimana hubunganmu dengan ibumu saat ini?” tanya Bibi cemas.
“Tadi malam kami bertengkar. Lalu sampai sekarang aku belum bicara dengan mama,” ungkap Ella.
“Astaga! Nanti Bibi akan coba bicara baik-baik dengan ibumu. Kamu tetap sabar, ya. Bersikaplah seperti biasa dengannya. Gimana pun juga dia ibumu, Nak,” nasehat Bibi Sri.
“Ugh, menyebalkan,” gerutu Ella dalam hati. Dia kecewa dengan tanggapan Bibi Sri, yang tidak memihak dirinya. Dia berharap Bibi Sri akan marah bersar pada mamanya, dan memaksa membatalkan rencana pernikahan tersebut. “Apa pikiran orang dewasa aneh semua, ya?” pikirnya kesal.
(Bersambung)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments
syieqah fieqah
sakitnya tu.. klo aku pun akan panas bila crush yg di suka tpi crush suka mak kita sendri..sad life
2022-11-05
3