Hei, kalian yang di sana! Tempat ini akan tutup sebentar lagi.” Seorang petugas keamanan berseru pada mereka berdua. “Jangan pacaran di sini! Kalau kalian tidak pulang juga, akan ku laporkan sebagai pasangan m#s*m,” lanjut pria berseragam itu.
“Sebentar, Pak. Kami akan segera pulang,” balas Albert. Petugas keamanan itu masih memantau mereka berdua.
“Kamu dengar, kan? Tempat ini akan segera tutup. Ayo pulang, setelah itu kita makan,” ajak Albert.
“Aku nggak lapar!” jawab Ella ketus.
“Perutmu nggak bisa berbohong, Ella. Aku bisa mendengar suaranya dari sini.” Albert tersenyum tipis melihat kelakuan lucu remaja di hadapannya.
“Aku bisa urus diriku sendiri. Pergilah duluan. Aku nggak mau pulang denganmu!” Ella terus melawan.
“Sudah kubilang, jangan bersikap kayak anak-anak begini, Ella. Kamu mau tidur di mana? Kamu pikir dunia luar ini aman, untuk remaja perempuan kayak kamu?” Albert akhirnya memarahi gadis manis bermata abu-abu itu.
“Aku bukan anak-anak lagi, Jadi berhenti mengatur hidupku.” Ella berteriak histeris.
“Aku tahu, kamu marah pada kami berdua. Tapi jangan menyulitkan semua orang begini? Dari sore tadi mama kamu nggak bisa berhenti menangis karena kehilanganmu. Apa kamu nggak kasihan melihatnya seperti itu?”
“Itu bukan salahku. Kalian berdua yang memulai masalah ini,” balas Ella.
“Apa kamu tahu, kenapa aku lebih memilih Ghina dari pada kamu? Sikapnya sangat dewasa. Dia sangat tegar, meski hidupnya berat sebagai ibu tunggal dan juga tulang punggung keluarga. Itu ‘kan alasan yang ingin kamu dengar dariku?” ucap Albert.
Kalimat Albert barusan merupakan pukulan keras bagi Ella. Gadis belia itu tidak menyangka, pria yang selama ini dikaguminya akan berkata seperti itu. Terlebih, saingannya adalah mamanya sendiri. “Apa dia nggak pernah melihatku sebagai seorang wanita?” tanya Ella dalam hati.
“Hei, kalian! Aku beri waktu lima menit lagi untuk selesaikan berantem manjanya. Setelah itu kalian harus keluar,” perintah petugas keamanan itu dengan tegas.
“Kami nggak pacaran, Pak,” teriak Ella dengan kesal. Dia lalu berjalan mendahului Albert.
“Kamu mau ke mana?” Albert menarik lengan Ella, dan memaksanya berhenti.
“Pergi dari sini. Jangan ikuti aku!” jawab Ella jutek.
“Tapi kamu salah jalan. Gerbang keluarnya ada di sebelah sana.” Albert menunjuk ke sebelah kanan.
Ella menggerutu dalam hati. Dia lalu berjalan sambil menutup wajahnya karena malu.
“Maafkan kami, Pak,” ujar Albert ketika melewati petugas keamanan, yang melotot tajam ke arah mereka berdua.
“Ya, ya. Ayo cepat keluar. Jangan diulangi lagi, ya,” kata Bapak itu dengan galak.
Albert mempercepat langkahnya untuk menyusul Ella. Bocah SMA itu berdiri di tepi jalan sambil memandang ke kanan dan ke kiiri. “Ngapain kamu?” tanya Albert.
“Cari angkot,” sahut Ella ketus.
“Angkot? Kamu nggak mau pulang bareng aku? Ini udah gelap loh, Ella. Mana ada angkot jam segini?” kata Albert.
“Ya udah, aku pesan ojek online aja kalo gitu,” kata Ella sambil mengeluarkan ponselnya dari dalam tas. Dia terang-terangan menolak ajakan Albert untuk pulang bersama.
Albert semakin cemas. Sikap Ella itu sangat mudah memancing orang untuk berniat jahat. “Kalau gitu aku aja yang pesankan ojolnya,” ucap Albert dengan lembut. Dia merebut ponsel Ella dan menyimpannya ke dalam tas gadis itu.
“Kenapa sih kamu sok perhatian padaku hari ini? Aku nggak sudi punya papa kayak kamu!” Ella berteriak histeris. Seluruh tubuhnya gemetar.
“Kenapa kamu menangis? Kalau orang lain yang melamar mama kamu, apa sikapmu juga seperti ini?” tanya Albert.
“Sebenarnya yang kamu cemaskan dari tadi bukan aku, tetapi mamaku, kan? Padahal dulu kamu juga nggak pernah memperhatikanku.” Ella tidak menjawab pertanyaan Albert.
“Jangan mengalihkan pertanyaanku, Ella. Kamu hanya bersikap gini sama aku, kan? Karena kamu suka padaku?” ucap Albert dengan lantang. Dia sudah mulai terpancing emosi.
Ella terhenyak dengan kalimat Albert barusan. Dia tidak mampu menatap wajah pria itu. Ella memilih pergi menjauh, tanpa menjawab pertanyaan dari Albert.
Albert membiarkan remaja itu pergi seorang diri. Menatap punggungnya yang berjalan terseok-seok di trotoar yang sepi. Albert hanya memantaunya dari kejauhan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments