“Emangnya dia siapa, sih?” tanya Maira pula.
“Debt Collector,” jawab Ella sesuka hatinya. Wajahnya menunjukkan kebencian terhadap pria itu.
“Masa, sih? Ganteng gitu, kok,” gumam Naya tidak percaya.
“Ya makanya, dia pakai wajah gantengnya itu untuk menipu orang. Dia meninta bayaran yang sangat mahal, untuk membalas semua pemberian dia selama ini. Menyebalkan!” umpat Ella.
“Tapi kayaknya dia baik, deh. Kemarin aja dia khawatir banget, waktu dia tahu kamu di UKS,” sela Naya.
“Jangan percaya sama wajah tampannya. Emak-emak aja bisa tertipu sama ketampanannya. Benar-benar penipu bangs*t!” geram Ella.
Naya, Maira dan Melda melongo, melihat sikap Ella yang tidak seperti biasanya. Selama ini Ella adalah siswi yang baik dan sopan. Baru kali ini mereka mendengar Ella mengumpat kesal. Apa masalahnya memang sebesar itu?
“Jadi kamu beneran mau kerja? Memangnya boleh sama mama kamu?” tanya Imelda.
“Terus, apa nanti nggak mengganggu sekolahmu?” ucap Maira menambahkan.
“Yah, gimana lagi? Aku harus pintar membagi waktunya. Dan mamaku nggak boleh tahu,” jawab Ella dengan tegas. “Kalau ada lowongan kerja kabari aku, ya,” imbuhnya.
Maira, Naya dan Imelda menatap Ella dengan rasa iba, bercampur khawatir. “Pasti mamanya bakalan marah besar, kalau dia tahu Ella bekerja,” batin ketiga gadis itu.
...🥀🥀🥀...
Suasana kantin sekolah sangat riuh. Para siswa berdesak-desakan memesan makanan. Maklum saja, saat ini adalah jam istirahat kedua. Waktu yang rentan dengan rasa lapar bagi para siswa, setelah memeras otaknya di kelas.
Ella juga turut berjejal dengan para siswa tersebut. Berkali-kali dia mendekati ibu kantin, untuk mengatakan keinginannya. Tetapi Ella memiliki tujuan yang berbeda dengan para siswa lainnya.
“Ayolah, Bu. Aku membantu mengupas bawang, goreng bakwan atau mencuci piring aja juga nggak apa-apa kok, Bu. Ella membujuk ibu kantin untuk memberinya pekerjaan.
“Nggak bisa, La. Ibu bisa diusir sama kepala sekolah, kalau mengizinkan muridnya bekerja di kantin,” tolak ibu kantin. “Lagian tugas pelajar itu ya belajar, bukan bekerja,” tegas ibu kantin.
“Yah, ibu ...” ucap Ella kecewa.
Sudah seharian dia berjalan keliling sekolah dan bertanya pada semua temannya, untuk menemukan pekerjaan. Tetapi hasilnya masih nihil. “Uh, padahal kalau aku bekerja dan menghasilkan uang sendiri, pasti nggak akan dianggap remeh lagi sama Albert dan mama. Aku juga bisa bersikap seperti wanita dewasa,” keluh Ella.
“Kamu cari pekerjaan ya, La?” Seorang murid laki-laki mendekati Ella.
“Iya. Apa kamu punya lowongan kerja untukku, Niel?” tanya Ella dengan mata berbinar.
Cowok yang mendekati Ella itu adalah Daniel dari kelas IPS. Dia cukup popular di kalangan murid perempuan, karena menjadi kapten regu voli putra dan juga tim paskibra sekolah. Wajahnya juga cukup lumayan.
“Hm, ada sih? Tapi aku nggak yakin kamu bakal mau. Karena tempat ini banyak cowoknya. Tapi gajinya lumayan gede, sih,” ucap Daniel sambil mengukir senyum di wajahnya.
“Hmm, tempatnya banyak cowok tapi gajinya gede? Bukan pekerjaan illegal, kan?” selidik Ella.
“Ya bukan lah, La. Masa aku mau jerumusin teman sendiri,” sahut Daniel.
“Emang pekerjaannya apa, sih?” tanya Ella penasaran. Daniel lalu membisikkan sesuatu di telinga Ella.
“Umm, aku belum pernah mengerjakannya, sih. Tapi boleh, deh. Aku coba aja,” ujar Ella menerima ajakan Daniel tanpa rasa curiga. “Tempatnya di mana?” lanjut gadis polos itu.
“Ya udah, kalau gitu pulang sekolah nanti kamu ikut aku, ya. Hari ini gak apa-apa deh pakai seragam dulu. Tapi mulai besok bawa baju ganti, ya,” ucap Daniel sambil tersenyum misterius.
(Bersambung)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments