Naya tampak telah berpakaian rapi dengan tas koper di tangan. Hanif yang melihatnya, langsung mendekati.
"Kamu mau kemana, Naya?" tanya Hanif dengan wajah keheranan.
"Aku mau pulang ke kampung, menemui Abi dan Umi."
"Apakah tidak bisa di tunda? Kenapa kamu ingin bertemu Abi dan Umi?"
"Untuk bicarakan tentang rumah tangga kita. Aku tidak mau nanti Abi dan Umi akan menjadi salah sangka jika tiba-tiba mendengar aku telah menggugat cerai kamu, Mas."
"Naya, jangan katakan itu lagi. Kita tidak akan berpisah. Mas tidak menginginkan itu."
"Jika emang Mas tidak pernah ingin kita berpisah, kenapa Mas membohongi aku?"
"Mas hanya menunggu waktu yang tepat untuk bicarakan semua ini."
"Jika waktu yang tepat menurut Mas itu tidak pernah ada, apa Mas tidak akan pernah jujur?"
"Bukan begitu maksud Mas, Naya. Ketika Mas akan mengatakan itu, kamu sedang berduka. Mas tidak sampai hati untuk berkata yang sebenarnya."
"Alasan yang Mas berikan bagiku kurang tepat. Apapun itu, Mas tetap telah membohongi aku. Maaf Mas. Aku tidak bisa menerima kebohongan dalam bentuk adapun. Aku akan pergi sekarang."
"Naya, Mas ikut jika emang kamu ingin pulang kampung. Tunggu sebentar."
Hanif berlari masuk ke kamar dan mengganti pakaiannya. Setelah itu Hanif langsung meghampiri Naya yang telah menunggu kehadirannya.
Hanif mengajak Naya masuk ke mobil dan menjalankan perlahan meninggalkan halaman rumah mereka.
...----------------...
Hingga menjelang magrib Hanif dan Naya sampai di rumah mertuanya. Naya langsung menyalami dan mencium tangan kedua orang tua Hanif itu.
"Mandilah segera! Kita ke mesjid bersama. Kenapa nggak pernah ngomong kalau mau pulang?" tanya Umi.
"Tiba-tiba aja Naya pengin pulang,Umi."
"Sudahlah,sekarang kamu mandilah!" perintah Umi lagi.
Hanif masih duduk di sofa ruang keluarga. Hatinya masih memikirkan ucapan Naya.
Apakah Naya serius ingin perpisahan? Aku tidak ingin pisah dengannya.
"Hanif ... Hanif ...," panggil Abi. Hanif yang sedang melamun kaget mendengar panggilan Abi.
"Ada apa,Abi?" tanya Hanif.
"Seharusnya Abi yang bertanya,ada apa denganmu? Kenapa melamun? Pergilah mandi! Kita ke mesjid bersama. Tetangga di sini pasti sudah sangat merindukan suara kamu saat memberikan tausyiah."
"Baik, Abi. Aku mandi dulu, nanti aku menyusul ke mesjid."
"Jangan lama mandinya. Sebentar lagi azan magrib."
"Baiklah Abi."
Abi dan Umi pergi ke mesjid duluan. Mereka meminta Naya dan Hanif menyusul. Karena kamar mandi yang ada di kamar yang mereka tempati biasa digunakan Naya, Hanif mandi di kamar lain.
Serakah mandi, Hanif mengajak Naya ke mesjid. Ternyata kedatangan Hanif telah diketahui tetangga dari Abi-nya.
Banyak tetangga ke mesjid. Mereka ingin mendengar tausyiah dari Hanif yang saat ini telah menjadi seorang aktor.
Hanif menyapa satu persatu warga yang dikenalnya. Banyak remaja putri yang datang ke mesjid hanya untuk sekadar melihat dan mendengar Hanif memberikan tausyiah.
Di antara para gadis, ada seorang yang bernama Fani. Gadis remaja yang sangat menyukai Hanif.
Gadis itu memang diketahui sangat mengagumi dan menyukai Hanif. Fani pernah berkata, jika dia rela menjadi istri kedua Hanif jika pria itu memang menginginkan.
Fani tersenyum semringah melihat Hanif dan Naya. Dia dengan seorang temannya mendekati Hanif dan Naya yang sedang bicara dengan warga lain.
"Selamat malam ustad Hanif. Udah lama rasanya tidak melihat Ustad. Sekarang udah jadi aktor terkenal. Sombong, nggak mau ke kampung lagi."
"Bukannya saya tidak mau pulang kampung. Hanya saja saya sedang sibuk."
"Ustad hebat, jadi aktor terkenal. Cocok berperan sebagai suaminya Mbak Citra. Aku fans beratnya. Titip salam buat Mbak Citra Ustad."
"Insya Allah saya sampaikan jika bertemu. Saya dan istri mau masuk dulu. Sebentar lagi akan terdengar suara azan. Tidak baik mengobrol."
"Baik Ustad. Jangan lupa habis solat magrib, Ustad harus memberikan tausyiah," ucap gadis temannya Fani.
"Jangan panggil saya Ustad. Malu. Saya bukan Ustad."
"Kalau gitu kami panggil Mas Hanif aja. Apa boleh Mbak Naya? Nggak marah'kan?" tanya Fani.
"Boleh saja. Kenapa saya harus marah," ucap Naya sambil tersenyum.
Hanif dan Naya kembali pamit buat masuk mesjid, untuk melaksanakan solat magrib.
Setelah solat magrib, Hanif memberikan sedikit tausyiah. Para tetangga tampak sangat antusias mengikutinya.
Naya hanya tersenyum dari tempat dia duduk melihat semua antusiasme warga. Dulu Naya juga sama dengan remaja lainnya. Begitu antusias dan bangga saat Hanif duduk memberikan tausyiah.
Jika saja aku dan Mas Hanif tidak sedang dalam masalah, pasti aku akan sangat bangga melihat dirinya di sana. Aku akan menjadi wanita paling bahagia karena menjadi istrinya.
Setengah jam Hanif memberikan tausyiah, setelah itu Hanif dan Naya tetap di mesjid hingga waktunya solat isya.
Setelah solat isya barulah mereka pulang. Umi dan Abi telah terlebih dahulu pulang. Saat akan pulang masih saja ada remaja yang menghadang Hanif untuk sekadar mengajak mengobrol. Naya hanya bisa menyapa dengan tersenyum.
"Mas Hanif, boleh minta tanda tangannya nggak. Takutnya makin tenar, susah minta tanda tangannya."
"Ada-ada aja. Emang saya aktor ternama?"
"Emang Mas Hanif sudah jadi aktor ternama'kan? Semua orang di Indonesia mungkin sudah banyak yang mengenal Ustad."
"Saya tidak setenar itu," ujar Hanif lagi.
Suami Naya itu masih saja melayani para remaja mengobrol. Hingga Naya menegurnya.
"Mas, nanti Abi dan Umi kelamaan menunggu," ucap Naya.
"Maaf semuanya. Saya pamit. Abi dan Umi telah menunggu di rumah untuk makan malam. Perut saya juga udah lapar. Assalamualaikum." Pamit Hanif dengan semua remaja putri yang mengerumuninya.
Hanif dan Naya berjalan beriringan menuju kediaman orang tuanya Hanif. Tampak para remaja kurang suka saat Naya mengajak suaminya itu pulang.
...****************...
Bersambung
Selamat Pagi semuanya. Jangan lupa mampir juga ke novel terbaru mama.Mama sangat mengharapkan dukungan dari semuanya. Ini novel ikut event. Jadi mungkin updatenya tidak bisa setiap saat karena masih menunggu feedback dari editor. Terima kasih.
Judul. KEKASIH PENGGANTI SANG CEO.
MAMPUKAH DIA BERSAING DENGAN MASA LALU SANG CEO YANG HANYA MENJADIKANNYA PELAMPIASAN!
Pamungkas Bagas Dhefin Adibrata adalah seorang CEO MUDA yang tampan.
Dia memang sempurna dan idaman semua orang, tapi tidak ada yang tahu bahwa dia pernah merasakan sakitnya cinta ketika kekasihnya memilih memutuskan hubungan dengannya karena ingin melanjutkan karir.
Namun siapa sangka. Bagas bertemu dengan seorang wanita lain yang memiliki hampir semua kesamaan dengan Mantan Kekasihnya.
Akankah Bagas melupakan mantan kekasihnya dan menjalin hubungan dengan wanita yang baru saja dia kenal.
Dan jika itu terjadi, mampukah sang Kekasih Pengganti bersaing dengan Masa Lalu Bagas?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Yunerty Blessa
banyak betul saingan Naya...
2024-08-31
0
Yunerty Blessa
jangan bagi kesempatan lagi Naya
2024-08-31
0
Yunerty Blessa
syabas Naya.... jangan bagi kesempatan lagi buat seorang pengkhianat
2024-08-31
0