Hanif tersadar dari lamunannya. Pria itu berlari mengejar taksi yang ditumpangi Naya. Namun langkahnya telat, taksi sudah mulai berjalan meninggalkan halaman lokasi shooting itu.
Citra yang mengikuti langkah Hanif memeluk lengan pria itu. Hanif memandangi Citra dengan mata yang menahan tangis.
"Ini semua salahku. Seharusnya sebelum kita menikah, aku meminta izin Naya dulu."
"Bukankah pernikahan tetap sah walau tanpa izin istri pertama."
"Tapi itu sama aja aku membohongi Naya. Aku harus menyusul Naya."
"Menurutku, sebaiknya Mas biarkan saja Naya sendiri. Dia juga butuh waktu untuk merenung. Jika Mas bicara dengan Naya, aku rasa akan semakin besar masalahnya. Karena saat ini hati Naya sedang panas."
"Aku nggak akan bisa tenang sebelum bicara dengan Naya," ujar Hanif.
"Sebentar lagi scene-nya Mas Hanif. Mas bisa menyusul Naya setelah itu. Bila perlu aku akan menemani kamu. Semua ini juga karena salahku. Aku juga ingin minta maaf, jika kehadiranku membuat Naya marah dan terluka. Seperti yang pernah aku katakan dengan Mas, aku rela dinomorduakan. Aku sadar jika aku yang datang belakangan."
"Aku akan katakan semuanya pada Naya. Jika kamu tidak masalah jika dijadikan yang kedua, tidak diprioritaskan."
Citra tersenyum dan mengelus lengan Hanif agar pria yang dicintainya itu bisa tenang. Citra mengajak Hanif masuk.
Sutradara mengatakan jika sudah saatnya scene Hanif. Hanif kurang konsentrasi saat berakting. Dia banyak melakukan kesalahan.
Sementara itu, tampak Naya yang berjalan pelan memasuki tempat pemakaman umum. Naya bersimpuh di samping pusara Bapak dan Ibunya.
Naya membacakan doa buat kedua orang tuanya. Setelah itu tampak wanita itu bicara sambil memegang batu nisan.
"Bapak, Ibu, semenjak kepergianmu, rasanya hidup aku begitu rumit. Aku sangat ingin menceritakannya pada kalian. Bapak Ibu, tanpamu, di sini rasanya sangat berbeda. Aku merindukanmu, nasihatmu, senyummu, serta canda tawamu. Andai Bapak dan Ibu ada di depanku saat ini, mungkin aku sudah memeluk kalian dan menceritakan keluh kesahku," ucap Naya.
Air mata mulai tampak tumpah membasahi pipinya yang mulus.
"Aku harap jika Bapak dan ibu dapat mendengarku, aku ingin mengatakan bahwa aku sangat merindukan kehadiranmu. Aku akan dengan sukarela mengorbankan hidupku untuk bisa melihatmu sekali lagi. Aku rindu melihat wajah cantikmu, Ibu," ucap Naya selanjutnya.
Langit tampak mulai gelap, sepertinya akan turun hujan. Namun, Naya seolah tidak peduli. Naya masih terus mengobrol di kuburan Bapak dan Ibunya.
Hujan akhirnya turun membasahi bumi dengan derasnya, seperti air mata Naya yang membasahi pipinya.
"Semoga hujan kali ini bisa mengobati luka dan membasuh lara atas peninggalan kejadian yang aku alami. Hari ini, hujan semakin deras membasahi bumi. Dan tangis yang terisak semakin tak terbendung. Apakah kita sudah sampai pada tujuan?Tetesan hujan membuatku mengingat kembali masa itu. Masa disaat aku adalah prioritasmu, namun sekarang aku sadar jika aku sudah tidak berarti lagi untukmu," ucap Naya.
Hujan yang turun membasahi tubuh Naya, namun wanita itu masih tetap bersimpuh di dekat pusara kedua orang tuanya.
Tiba-tiba Naya merasa hujan reda karena tidak terasa lagi membasahi tubuhnya. Naya menengadah kepalanya. Naya kaget melihat seseorang yang sedang memayungi dirinya.
"Kak Kenzo!" ucap Naya kaget.
Ternyata Kenzo yang telah membentangkan payung untuk Naya. Tangis Naya makin deras melihat Kenzo.
Kenzo mengulurkan tangannya membantu Naya berdiri. Saat ini Naya dan Kenzo berdiri dengan saling berhadapan.
"Lihatlah dirimu dalam cermin, kamu memiliki banyak sekali kelebihan yang membuatmu bisa mendapatkan banyak hal. Jika dia bukan salah satu yang bisa kau dapatkan dalam hal ini, tak perlu terus mengutuki. Mungkin akan datang seseorang yang lebih baik untukmu nanti," ucap Kenzo.
Naya masih saja terisak. Saat ini dia sangat membutuhkan seseorang tempatnya mengadu.
"Jika satu pintu tak terbuka bagimu maka percayalah masih banyak pintu lain yang terbuka lebar untukmu. Daripada hanya memikirkan cinta yang tak jelas lebih baik kamu menggunakan waktumu untuk berkarya dan mengerjakan hal-hal yang lebih berguna. Masa depanmu masih jauh di depan sana, kenapa tidak itu saja yang kamu kejar? Kamu masih muda, jangan buang waktu percuma."
"Apa salahku? Kenapa Mas Hanif melakukan ini? Aku telah berusaha menjadi istri yang baik. Jika aku ada kekurangan, kenapa Mas Hanif tidak jujur saja mengatakan jika dia ingin menikah lagi."
"Jangan menyalahkan dirimu. Jangan tangisi mereka yang meninggalkanmu demi orang lain. Jika merasa cukup terbelakang melepasmu, kau harus cukup cerdik melupakannya. Ketika seseorang yang kamu perjuangkan justru malah sebaliknya, percayalah ada orang yang lebih tepat di sana menunggu kamu melepaskannya."
Kenzo mengajak Naya berteduh di sebuah gazebo yang ada di area pemakaman.
Sementara itu Hanif sedang mencari Naya di dalam rumah mereka. Setelah mencari Naya keseluruhan ruangan, namun tidak dapat menemukan keberadaan Naya. Hanif mulai merasa kuatur.
Kemana perginya Naya. Dia tidak memilik saudara di sini. Maafkan Aku, Naya. Aku tidak bisa menempati janjiku. Air mata masih saja membasahi pipimu.
...****************...
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Yunerty Blessa
buat apa kau cari lagi.... pergilah puas kan diri mu dengan si jalang Citra
2024-08-31
0
Yunerty Blessa
mantul Kenzo... nasihat Naya agar bisa lebih baik dari lagi
2024-08-31
0
Yunerty Blessa
syabas Kenzo
2024-08-31
0