Setelah berpakaian rapi, Hanif menuju dapur mencari keberadaa Naya. Namun, Hanif tidak menemukan keberadaan istrinya itu.
Hanif mencoba mencari ke rumah keluarga dan ruang tamu, namun istrinya juga tidak dapat ditemui.
Hanif melihat pintu kamar tamu yang terbuka sedikit. Hanif berjalan menuju kamar dan melihat Naya yang sedang menangis, duduk di tepi ranjang.
Hanif mendekati Naya dan berlutut dihadapan istrinya itu. Hanif menggenggam tangan Naya.
"Sayang, maafkan Mas. Kamu pasti menangis karena tadi. Mas tidak bermaksud membentak kamu."
"Aku ingin Mas Hanif seperti yang dulu lagi. Setelah ini, apakah Mas Hanif bisa tinggalkan semua itu. Kita kembali ke kampung dan hidup seperti dulu lagi. Aku juga telah Wisuda. Aku akan menjadi guru. Gajinya bisa buat tambahan untuk kebutuhan kita."
"Naya, Mas sudah mulai nyaman dengan pekerjaan saat ini. Cobalah mengerti, Naya. Semua ini juga untuk masa depan kita dan anak-anak."
Hanif berdiri dan duduk di samping Naya. Tampak pria itu menarik napas dalam sebelum melanjutkan ucapannya.
"Mas memang salah, tidak bisa membagi waktu. Namun memang begitulah pekerjaan di dunia hiburan. Jam kerjanya tidak menentu."
"Aku lebih suka Mas kerja seperti dulu aja. Ada banyak waktu buat kita berdua. Aku juga nggak akan berpikir negatif lagi dengan Mas Hanif."
"Naya, cobalah percaya dengan Mas. Jika kamu tidak percaya, tentu aja akan timbul rasa curiga. Mas rasa hanya itu yang perlu kamu lakukan saat ini. Kita sarapan lagi ya? Mas nanti bisa telat sampai lokasi."
Hanif berdiri dan menarik tangan Naya pelan, mengajaknya juga berdiri. Hanif melihat hidangan masakan istrinya. Nasi lemak dan ayam goreng serta lalap juga sambal terasi.
Sudah lama rasanya Hanif tidak makan masakan istrinya. Pria itu duduk, Naya menyajikan di piring.
Tampak Hanif makan dengan lahapnya. Melihat itu hati Naya sedikit terobati. Biasanya makanan yang dia masak akan Naya habiskan seorang diri.
"Enak banget. Udah lama rasanya Mas tidak makan selahap ini."
"Mas terlalu sibuk akhir-akhir ini."
"Apa lagi bulan depan. Mas akan main sinetron kejar tayang dan sebagai pemain utama. Mas harap kamu mengerti dengan kesibukan Mas. Bukannya ingin melupakan kamu, itu semua karena tuntutan pekerjaan."
"Mas, aku seminggu lagi wisuda.Sebelum wisuda kedua orang tuaku akan datang. Apakah Mas bisa mengurangi kesibukan saat orang tuaku ada di sini?"
"Baru aja Mas katakan, jika Mas itu akan main di sinetron kejar tayang."
"Bapak dan Ibu hanya dua hari di sini. Cobalah minta izin untuk pulang lebih awal."
"Aku nggak bisa janji, Naya. Karena awal-awal shooting pasti akan lebih memakan waktuku."
"Hanya dua hari Mas."
"Walau seharipun. Aku pendatang baru. Aku ingin mencari nama, biar produser tetap memakaiku sebagai pemain. Bersyukur aku sudah diberi peran utama. Sekali lagi Mas mengharapkan pengertian darimu."
Naya hanya diam mendengar ucapan Hanif. Jika diteruskan obrolan ini, pasti akan lebih menyakitkan baginya.
Setelah sarapan, Hanif langsung pamit. Naya hanya memandangi kepergian suaminya itu dengan perasaan yang tidak menentu.
...----------------...
Hari ini wisudanya Naya. Hanif janji akan datang setelah minta izin dulu ke lokasi.
"Apa Mas tak minta izin dari kemarin?" tanya Naya.
"Mas lupa minta izin. Nanti Mas datang sebentar aja ke lokasi. Setelah itu langsung ke kampus."
"Mas, kenapa Bapak dan Ibu belum datang. Padahal dua jam lagi aku sudah akan wisuda."
"Mungkin Bapak dan Ibu langsung ke kampus. Buat kejutan untukmu, Sayang."
"Semoga saja, Mas. Karena dari kemarin hatiku udah gelisah. Pikiran ini terus terbayang Bapak dan Ibu."
"Kamu selalu saja berpikir negatif. Sama seperti dengan Mas. Sebaiknya kamu buang semua pikiran buruk itu. Kita harus berpikir positif agar tidak selalu curiga."
"Iya, Mas. Mas aku pergi dulu. Aku harus cepat ke kampus. Persiapan untuk wisuda. Mas jangan lupa hadir ya."
"Baik, Sayang."
Naya pergi dengan menggunakan taksi menuju kampus. Dari tadi dia selalu memikirkan kedua orang tuanya. Seharusnya kedua orang tua Naya telah berada di sini. Tapi saat Naya menelepon ke kampung, saudaranya mengatakan telah berangkat.
...----------------...
Tanpa Naya tahu, kedua orang tuanya mengalami kecelakaan dan telah tiada. Kecelakaan merenggut nyawa kedua orang tua Nya.
Saudara Naya baru saja mendapat kabar mengenai kecelakaan itu. Mereka belum memberitahukan pada Naya agar wanita itu bisa hadir di acara wisudanya terlebih dahulu.
...****************...
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
fitriani
y allah😭😭😭😭😭😭
2023-01-04
0
Musniwati Elikibasmahulette
bawa makanan pagi sama siang ke lokasih Suting
atau pergi temani suamimu ketika
jam makan
2022-12-24
0
Dede Sarinah
sedih banget 😭😭😭 nasibmu nara
2022-11-29
0