Setelah makan malam, Naya mengatakan pad Abi Hanif jika ada yang akan Naya bicarakan. Naya meminta waktu pada kedua mertuanya itu.
"Maaf, Abi, Umi, ada yang ingin aku bicarakan dengan kalian berdua. Apa aku bisa minta waktunya Abi dan Umi?" tanya Naya.
"Tentu saja Abi dan Umi ada waktu. Kenapa sepertinya serius sekali?"
"Memang sedikit serius apa yang akan aku katakan ini Abi."
"Naya, apakah harus sekarang ini juga mengatakan pada Abi dan Umi. Apa tidak bisa di tunda?"
"Tidak bisa, Mas. Lebih cepat Abi dan Umi tahu semuanya, akan lebih baik. Buat apa menundanya lagi."
"Naya, Mas mohon padamu. Maafkan Mas," ucap Hanif lagi.
"Ada apa sebenarnya ini? Kalian sedang bertengkar?" tanya Abi.
"Sebaiknya kita bicara di ruang keluarga aja Abi."
Naya mengajak Abi dan Umi menuju ruang keluarga. Tampak Hanif duduk gelisah dengan menundukan kepala.
"Katakan sekarang,apa sebenarnya yang terjadi?" tanya Abi.
"Sebelum aku meneruskan pembicaraan ini, aku mau minta maaf jika apa yang akan aku katakan nanti, akan menyakitkan hati Abi dan Umi."
"Jangan membuat Umi makin penasaran. Ada apa sebenarnya."
"Abi, Umi, aku dan Mas Hanif akan berpisah. Aku mohon Abi dan Umi mengerti dengan keputusan yang aku ambil ini."
Abi dan Umi tampak kaget mendengar ucapan Naya. Sedangkan Hanif hanya diam menunduk.
"Apa yang kamu katakan Naya? Tidak boleh sembarangan mengucapkan kata perpisahan."
"Aku mengatakan yang sebenarnya, Abi. Aku telah memutuskan berpisah dari Mas Hanif."
"Hanif, bisa kamu jelaskan ini. Kenapa Naya memutuskan untuk berpisah?" tanya Abi dengan suara sedikit tinggi.
"Maaf Abi, aku yang salah. Aku telah melukai perasaan Naya."
"Katakan saja dengan jujur. Jangan berbelit!" bentak Abi.
"Aku telah menikah siri dengan lawan mainku tanpa meminta izin. Naya tidak bisa menerima semua itu dan memutuskan kami berpisah. Tapi percayalah Abi, aku masih sangat mencintai Naya. Aku melakukan pernikahan ini agar terhindar dari dosa."
Abi Hanif langsung berdiri dari duduknya dan tanpa di duga, Abi langsung menampar pipi Hanif. Suami Naya itu kaget dan memandangi wajah Abi dengan heran.
"Dari awal kamu akan terjun ke dunia ini, Abi udah melarang. Namun kamu berjanji tidak akan terpengaruh dan akan menjaga Naya. Belum kering tanah kuburan dari kedua orang tuanya namun kamu telah menyakiti hati Naya. Apa yang kamu cari dengan pernikahan itu?" ucap Abi dengan emosi.
Umi mendekati Naya dan menggenggam tangan menantunya itu.
"Sejak kapan Hanif melakukan pernikahan itu."
"Kapan tepatnya aku nggak tahu, Umi.Aku juga mengetahuinya dua hari ini."
"Siapa wanita yang kamu nikahi itu? Dari awal Abi katakan, jaga Naya. Jangan jadikan alasan takut berbuat dosa untuk melegalkan pernikahan siri itu. Jika kau emang takut dosa, jangan dekati yang namanya zina. Jangan dekati lawan main yang bukan mahrom bagimu!" ucap Abi dengan suara yang masih tinggi.
Abi kembali duduk, pria paruh baya itu memegang dadanya yang terasa sesak setelah marah.
Umi memandangi Hanif, dan menarik napas sebelum akhirnya bicara.
"Apa kamu tidak memikirkan perasaan Naya saat akan berbohong? Umi sebagai sesama wanita bisa merasakan sakit hatinya Naya. Jika memang kamu akan menikah, jujur saja. Kalau emang istrimu tidak mengizinkan dan tidak ridho untuk di madu, kamu harus memilih. Istri pertama atau calon istri kedua," ucap Umi pelan. Kembali Umi menarik napas menahan sesak di dada.
"Walau poligami diizinkan dalam agama, tapi pelaksanaannya tidak semudah yang kita ucapkan."
"Maafkan Hanif,Umi. Hanif sudah katakan pada Naya, jika Hanif akan berusaha berbuat adil. Jika emang Hanif tak sanggup, Hanif rela berpisah dari Citra, bukan Naya."
"Kamu pikir hati wanita itu barang cobaan. Jika sudah tidak cocok bisa dibuang. Seharusnya kamu berpikir jika tidak semua wanita bisa menerima poligami. Walau pernikahan kamu sah secara agama tapi hukum tidak. Naya bisa menuntut kamu dan Citra," ujar Umi.
"Kau pikir poligami itu mudah. Kau harus benar-benar bersikap adil. Abi yakin ini tidak dapat kau penuhi, maka itu Naya minta pisah."
Abi kembali menarik napas sebelum melanjutkan ucapannya yang terjeda. Naya hanya diam, dia memberikan kesempatan pada kedua mertuanya bicara.
"Syarat poligami dalam Islam adalah adil. Syaikh Yusuf al-Qardhawi mengatakan adapun syarat yang diletakkan oleh Islam untuk bolehnya berpoligami adalah kepercayaan seorang muslim pada dirinya untuk bisa berlaku adil di antara para isterinya, dalam masalah makan, minum, berpakaian, tempat tinggal, menginap dan nafkah. Apakah kamu telah berlaku adil dan memenuhi syarat itu?" tanya Abi.
Hanif hanya diam seribu bahasa karena sadar jika semua itu belum dapat dipenuhi.
"Sekarang Abi tanya dengan Naya, kenapa kamu menuntut perceraian. Kamu tahu'kan Naya, perceraian itu sangat dibenci Allah."
"Aku tau Abi. Namun aku tidak mau berbuat dosa lebih banyak jika aku bertahan dalam poligami ini,karena aku tidak ridho. Aku pasti akan selalu curiga jika Mas Hanif lebih lama dengan istrinya itu."
"Adapun mengenai sang istri yang meminta cerai, jika suaminya tersebut melalaikan hak-hak sang istri dan tidak menunaikannya, maka boleh bagi sang istri untuk meminta cerai. Adapun jika sang suami menikah lagi, dan dia sudah berlaku adil kepada istri-istrinya dan menunaikan apa yang wajib baginya, maka sang istri tidak boleh meminta cerai," ucap Abi.
"Maaf Abi dan Umi, aku merasa Mas Hanif tidak adil. Makanya aku meminta cerai. Waktunya banyak dihabiskan dengan Citra dari pada aku. Dan juga Mas Hanif sudah tidak bisa memberikan aku nafkah batin secara adil."
"Namun, hukum istri meminta cerai adalah haram jika tanpa alasan syar'i. Sebab, dalam sebuah hadis Rasulullah SAW bersabda: “Siapa saja perempuan yang meminta (menuntut) cerai kepada suaminya tanpa alasan yang dibenarkan maka diharamkan bau surga atas perempuan tersebut,” (HR. Abu Dawud, Al-Tirmidzi, dan Ibnu Majah)," ucap Abi lagi.
Lama Naya dan kedua orang tua Hanif berbincang. Kedua mertuanya masih ingin Naya menjadi menantu mereka.
Namun, Naya tetap dengan pendirian awal jika dia ingin berpisah dari Hanif.
"Jika memang kamu telah bertekat bulat untuk berpisah, kami tidak bisa melarangnya. Karena yang akan menjalankan rumah tangga itu kamu." Abi akhirnya pasrah , karena Naya sudah tidak bisa di bujuk.
Kebahagiaan dan kesedihan dalam hidup ini akan datang silih berganti. Setiap hari kamu bisa bertemu dengan orang-orang baru dan berpisah dengan orang lama. Terkadang tak semua pertemuan bisa memberi kebersamaan. Bahkan ada yang berakhir dengan perpisahan yang menyakitkan.
...****************...
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Haerul Anwar
bacot Abi goblok
2024-12-06
0
Yunerty Blessa
tepat sekali
2024-08-31
0
Yunerty Blessa
akhirnya.... tunggu balasan buat mu Hanif 😒
2024-08-31
0