Naya mengikuti langkah orang-orang yang mengusung peti jenazah Bapak dan Ibunya. Air mata terus membasahi pipinya.
Hanif dan Abi-nya yang langsung turun tangan menguburkan jenazah kedua orang tua Naya. Saat ini wanita itu di peluk mertuanya.
"Umi, aku udah nggak punya siapa-siapa lagi. Kenapa kedua orang tuaku pergi secepat ini dan sekaligus berdua? Dengan siapa aku mengadu lagi jika ada masalah," ucap Naya pelan sambil terisak.
"Jangan berkata begitu, Sayang. Abi dan Umi, kami ini orang tua kamu. Ada Hanif juga."
Setelah Hanif azan dalam liang lahat ibunya Naya, perlahan tanah mulai menutupi jenazah ibunya. Naya melepaskan pelukan mertuanya dan berlari menuju liang lahat.
"Ibu, Naya ikut," teriak Naya. Wanita itu sepertinya ingin masuk ke liang lahat ibu-nya. Hanif yang telah berada di atas, langsung memeluk Naya.
"Istiqhfar Naya. Kamu tidak boleh begini. Kamu harus ikhlas dan rela melepaskan kepergian Bapak dan Ibu," ucap Hanif dan memeluk tubuh istrinya itu.
Tubuh Naya lemas, untung Hanif cepat menangkap tubuh istrinya itu dan memeluknya. Naya melihat tanpa kedip saat tubuh kedua orang tuanya mulai dikuburkan dengan tanah.
Setelah selesai penguburan dan para pelayat mulai pulang, Naya duduk diantara kuburan kedua orang tuanya.
Naya menaburkan bunga ke atas pusara kedua orang tuanya. Sambil menangis, Naya terus membacakan doa.
Untuk setiap bunga yang aku taruh di atas makammu, aku teringat semua hal yang telah kamu lakukan untuk membuat hidupku seindah dan seharum rangkaian bunga. Aku rindu kamu, Bapak dan Ibu.
Naya memeluk papan yang bertuliskan nama kedua orang tuanya itu. Naya memanjatkan doa untuk kedua orang tuanya.
Setelah berdoa, Hanif mengajak Naya pulang. Di rumah keluarga dan pelayat masih berkumpul.
Naya masuk ke kamar dan duduk di tepi ranjang, pikirannya tampak menerawang entah kemana.
Hanif membiarkan Naya sendiri di kamar, dan Hanif keluar menemui para pelayat. Malam ini juga keluarga Naya kembali ke Kampung. Mereka hanya merental mobil untuk satu hari saja.
...----------------...
Tidak terasa telah seminggu Naya kehilangan kedua orang tuanya. Abi dan Umi-nya Hanif, telah kembali ke kampung halaman mereka.
Hanif juga telah kembali bekerja dan pergi ke lokasi. Malam ini Naya duduk di sofa yang berada dekat jendela kamar. Matanya memandangi langit tanpa kedip.
Hari demi hari langit menjadi terlihat lebih indah. Tahukah kamu alasannya? Karena sekarang mamaku hidup di sana. Ibuku adalah seorang malaikat cantik di langit. Aku rindu kamu, Bapak,Ibu.Aku tidak benar-benar memahami kata-kata aku merindukanmu sampai aku menggapai tangan Bapak dan Ibuku dan tangannya sudah tidak ada.
Naya mengusap dengan pelan air mata yang tumpah membasahi pipinya. Dia merasa sangat kesepian. Walau Naya telah terbiasa ditinggalkan Hanif bekerja, namun rasanya sangat berbeda. Saat ini Naya merasa sedih, merasa sendiri, tidak ada tempat untuknya mengadu dan bercerita.
Bapak, Ibu,datanglah ke mimpiku, aku sangat ingin bertemu dengan kalian. Bisakah kita bertemu, walau sebentar saja? Ada begitu banyak yang ingin kuceritakan.Tetesan air matamu, membuat hatiku layu. Maafkan aku Bapak Ibu karena aku belum bisa membuat kalian bangga. Sekarang aku tahu mengapa kamu selalu memintaku untuk kuat karena kamu tahu aku bakalan butuh kekuatan untuk menanggung kepergianmu. Aku merindukanmu, Bapak,Ibu.
Setelah lelah menangis, akhirnya Naya terlelap di sofa tempat dia duduk.
...----------------...
Hanif menyiapkan sarapan buat Naya. Sejak kepergian kedua orang tua Naya, suaminya itu lebih perhatian. Dia selalu menyiapkan sarapan buat Naya.
Setelah sarapan siap di santap, Hanif memanggil Naya. Meminta istrinya itu sarapan.
"Aku masak nasi goreng kesukaan kamu.Nasi goreng ikan teri dengan cabe hijau," ucap Hanif. Dia mengambilkan sepiring buat istrinya itu.
"Aku belum lapar, Mas," ujar Naya.
"Sudah seminggu kamu jarang makan. Nanti kamu bisa sakit. Padahal Mas setiap hari membuat sarapan untukmu."
"Aku emang tidak lapar, Mas."
"Biar Mas yang suapin. Tapi tunggu sebentar, Mas mandi dulu."
Hanif mengecup dahi Naya, sebelum melangkah masuk ke kamar. Setelah Hanif pergi, Naya mengaduk nasi yang ada di piring tanpa ada niat memakannya.
Tiba-tiba ponsel Hanif berdering, Naya melihat sekilas ke ponsel milik suaminya. Naya membaca nama yang tertera di ponsel suaminya itu.
"Istri kedua," gumam Naya dengan diri sendiri.
"Siapa istri kedua yang Mas Hanif maksudkan ini?"
Karena penasaran Naya, menekan tombol hijau untuk menerima panggilan dan menghidupkan pengeras suaranya.
"Mas Hanif, udah berangkat belum. Aku udah siapkan sarapan buat kamu. Aku buatkan mie goreng yang seperti yang aku buat di apartemen kemarin."
Naya kaget mendengar ucapan wanita yang menghubungi suaminya itu. Naya mematikan sambungan ponsel itu ketika melihat Hanif keluar dari kamar.
...***************...
Bersambung.
Selamat Pagi semuanya. Mama mengharapkan dukungan dari semuanya untuk novel ini dan novel terbaru mama yang berjudul KEKASIH PENGGANTI SANG CEO.
BLURB KEKASIH PENGGANTI SANG CEO
Pamungkas Bagas Dhefin Adibrata atau yang lebih akrab dipanggil Bagas seorang CEO muda yang tampan.
Bagas memiliki seorang kekasih bernama Latika Fiona Eleanor yang lebih akrab di panggil Tika.
Bagas mengajak Tika menikah, namun di tolak wanita itu karena lebih memilih karirnya. Mereka sepakat mengakhiri hubungan dan Tika meninggalkan Bagas ke luar negeri untuk mengembangkan kariernya.
Suatu hari Bagas bertemu seorang wanita yang mirip Tika. Wanita ini bekerja sebagai CS di sebuah mal.
Latisha Elanora Felicity, atau Tisa di ajak buat bekerja di perusahaan milik Bagas.
Akankah nanti cinta bersemi di antara Tisya dan Bagas?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Yunerty Blessa
belum hilang kesedihan Naya... Hanif curang di belakang Naya
2024-08-31
0
novi 99
sudah main ke apartemen ...
apa jangan-jangan nikah sirih , aduh dasar Hanif ngapain nikahi janda klo istri sendiri ada ... apalagi punya bini tau nya masak mie ... hancur tu usus.
Kenzo , ada janda bening segera otw
2023-04-09
0
BayiiVel🌟
beneran brgsk sih hanif ini..
2023-02-27
0