Hanif menjalankan mobilnya menuju tempat pemakaman umum. Hanif berpikir pastilah istrinya ke tempat kuburan kedua orang tuanya.
Saat Hanif sampai di pemakaman, pria itu melihat Kenzo yang sedang payungi istrinya. Hanif mendekati mereka berdua.
"Naya, kamu pasti kehujanan. Bajumu basah. Kita pulang dan segera ganti bajumu. Nanti kamu bisa masuk angin."
Hanif mendekati Naya dan membuka jaketnya. Hanif pasangkan ke badan Naya. Wanita itu memandangi wajah suaminya. Jika saja tidak ada masalah di antara mereka pastilah Naya akan langsung memeluk dan mengecup pipi suaminya.
"Kenapa kamu bisa ada di sini?" tanya Hanif dengan Kenzo.
"Aku sengaja mengikuti Naya untuk pastikan dia pulang dengan selamat. Aku takut Naya nekat menyakiti dirinya sendiri karena kejadian tadi."
Hanif memandangi wajah Naya. Mata istrinya tampak merah karena menangis.
"Sayang, maafkan Mas. Kita pulang sekarang. Di sini dingin. Ini juga sudah hampir magrib."
"Aku memang akan pulang. Banyak yang harus kita bicarakan. Terima kasih Kak Kenzo. Aku harus pulang."
Kenzo menganggukkan kepalanya menjawab ucapan Naya. Dia memberikan senyum pada Naya.
"Hati-hati. Ingat kata-kataku tadi," ujar Kenzo.
Naya membalas senyuman Kenzo. Setelah itu berjalan meninggalkan Kenzo sendiri.
Dalam perjalanan menuju kediaman mereka, Naya hanya diam. Pandangannya tertuju keluar jendela. Saat Hanif ingin menggenggam tangannya, Naya menariknya.
Hanif menarik tangannya kembali. Pria itu tampak menarik napas dalam sambil melirik ke arah Naya.
Sampai di rumah, Naya mengganti pakaiannya yang basah dan setelah itu keluar menemui Hanif yang duduk di sofa ruang keluarga.
"Aku ingin kita pisah, Mas. Aku tidak bisa berbagi cinta karena kamu tak akan bisa berlaku adil memberi. Dan ketika cinta dibagi, pasti akan ada yang tersakiti."
"Naya, maafkan aku. Aku akan berusaha berlaku adil. Jika saat ini kamu melihat aku lebih banyak menghabiskan waktu bersama Citra itu semua hanya karena tuntutan pekerjaan. Aku dan Citra kebetulan satu profesi jadi sering bersama."
"Apapun alasan kamu, aku tidak bisa menerima, Mas. Besok kita pulang ke kampung. Jika Mas tidak ada waktu, biar aku saja yang pulang. Aku harus mengatakan semua ini. Agar Abi dan Umi tidak bertanya lagi saat kita berpisah."
"Naya, jangan katakan perpisahan terus. Mas tidak akan berpisah denganmu. Jika kamu emang tidak menginginkan cinta terbagi, Mas akan lebih memilih berpisah dengan Citra dari pada harus berpisah denganmu."
"Sudahlah, Mas. Lebih baik aku saja yang mundur. Jika aku tetap bertahan itu juga tidak akan baik untuk rumah tangga kita. Aku akan selalu dihantui rasa curiga setiap kamu pergi. Mungkin Tuhan hanya mempertemukan kita hingga hari ini."
Hanif berdiri dari duduknya dan berlutut dihadapan Naya. Hanif menggenggam tangan Naya.
"Naya, Mas mohon padamu. Berilah Mas kesempatan sekali lagi. Akan Mas buktikan bisa berbuat adil."
"Sakit hati yang begitu dalam hingga mungkin tidak pernah bisa dimaafkan adalah ketika engkau menduakan cinta pasanganmu. Berselingkuh mengejar kebahagiaan bersama orang lain. Aku terluka mengetahui kebenaran menyakitkan ini. Mengapa Mas memilih orang yang baru bertemu denganmu saat telah menjadi suamiku."
"Naya, bagaimana Mas harus menjelaskan semuanya lagi. Mas melakukan pernikahan itu juga untuk menghindari dosa."
"Aku minta pisah juga untuk menghindari dosa. Aku tidak mau berburuk sangka terus denganmu, Mas."
Naya berdiri dari duduknya, dengan lantang Naya berkata ingin berpisah dari Hanif.
"Aku ingin melayangkan gugatan cerai dan aku harap Mas segera tanda tangan!"
"Naya, apakah memang tidak ada lagi kesempatan buat Mas untuk membuktikan jika Mas akan bisa berlaku adil."
"Cermin yang retak tidak akan pernah bisa utuh kembali. Begitu juga hatiku ini. Hatiku sudah terlanjur sakit. Jika aku paksakan untuk bersama, tidak akan baik untuk kesehatan mentalku."
Naya berjalan menuju kamar tamu. Hanif masih berlutut, tidak percaya dengan apa yang akan terjadi. Pernikahan dirinya dan Naya akan segera berakhir.
Jika takdir wanita hanya menemani dari awal hingga pria capai kesuksesan kemudian ditinggalkan, maka kemungkinan wanita akan melihat pria hancur dengan pasangan barunya. Suatu saat semua akan berbalik. Yang menyakiti akan disakiti. Yang mengkhianati akan dikhianati. Yang melukai akan dilukai. Yang meninggalkan akan ditinggalkan. Jangan pernah meninggalkan seseorang yang baik untuk orang yang kini kau anggap terbaik. Pada saatnya nanti, jika kau akhirnya memilih pergi. Kau mungkin akan sadar bahwa yang terbaik sebenarnya sudah ada padamu sejak lama.
...****************...
...Bersambung...
Sebagian Quote diambil dari Google. Terima kasih untuk semuanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Yunerty Blessa
sangat setuju dengan nasihat nya....
2024-08-31
0
Yunerty Blessa
padan muka kau Hanif, terima lah kerana semua kesalahan datang nya dari kau 😏
2024-08-31
0
Yunerty Blessa
sudah tiada kesempatan... kerana masa yang banyak kau bagi dengan Citra...
2024-08-31
0