Hanif berjalan dengan tergesa mendekati Naya, Hanif ingin memeluk Naya. Namun istrinya itu melangkah mundur tidak ingin Hanif peluk.
"Sayang, apa yang terjadi? Kenapa kamu mengikuti Mas."
"Jelaskan apa maksud dari semua yang aku lihat tadi!"
"Kamu duduk dulu, Sayang. Nanti Mas bisa jelaskan semuanya."
"Aku mau Mas jelaskan sekarang juga!"
"Sayang, sebentar lagi giliran Mas yang akan shooting. Kita bicara setelah ini. Sekarang kamu duduk dulu."
"Jika Mas tak bisa menjelaskan sekarang, lebih baik kita akhiri pernikahan kita sampai di sini. Aku nggak mau setiap hari dihantui rasa curiga."
"Naya, jangan berkata begitu. Dosa! Kamu pasti tau, jika perceraian itu sangat dibenci Allah."
"Jelaskan sekarang Mas!" ucap Naya dengan suara mulai tinggi.
Kru film dan pemain lain mulai berkumpul, Kenzo memohon pada sutradara untuk memberikan waktu pada Hanif menyelesaikan masalahnya dengan Naya.
Kenzo dan kru lainnya meninggalkan ruangan dan memberikan waktu buat mereka bicara bertiga.
"Jika perceraian itu dibenci Allah, apakah Mas sudah lupa jika berbohong itu juga dosa. Apa lagi melakukan zina. Apa Mas lupa jika Citra bukan mahrom bagi Mas?"
Naya memegang dadanya yang terasa sesak karena menahan tangis. Naya tidak mau terlihat lemah dihadapan Hanif dan Citra.
Naya berjalan mendekati Citra yang masih duduk di tempatnya semula. Naya menarik napas dalam, sebelum mengatakan sesuatu. Saat ini rasanya Naya ingin memukul Citra, namun Naya sadar semua ini bukan hanya salah wanita itu. Hanif-lah yang lebih bersalah dari semua ini.
"Katakan dengan jujur, ada hubungan apa antara Mbak Citra dengan Mas Hanif? Mbak Citra tahu'kan jika Mas Hanif itu suamiku. Seharusnya sebagai seorang wanita yang terhormat, Mbak tidak mendekati pria yang beristri."
"Maaf Naya. Aku telah mencoba untuk membuang perasaan kagumku pada Mas Hanif, namun semakin aku mencoba, rasa itu makin besar. Aku tau jika ini salah, tapi aku tidak bisa menolaknya. Bukankah cinta itu anugerah, dan datangnya juga seizin Tuhan. Cinta itu tidak pernah salah."
Tubuh Naya terasa lemah mendengar ucapan Citra. Naya berpegang pada kursi disambungnya. Naya terduduk di sana. Hanif mendekati Naya dan berlutut dihadapan wanita itu.
"Naya maafkan Mas. Semua ini salah Mas. Kamu boleh marah."
"Apa maksud dari ucapan Mbak Citra? Apakah itu artinya memang ada hubungan khusus antara Mas dan Mbak Citra?"
"Kami telah menikah dua minggu yang lalu," ucap Citra.
Mendengar ucapan Citra itu tubuh Naya semakin lemah. Wanita itu bersandar ke sofa. Air mata sudah tidak bisa ditahannya lagi.
"Apa itu benar Mas? Kenapa kamu tega membohongi aku?"
"Naya, Mas ingin mengatakan ini denganmu. Namun Mas tidak tega karena kamu sedang berduka atas kepergian Bapak dan Ibu."
"Apa Mas kira kebohongan yang Mas lakukan ini tidak membuat hatiku luka? Lebih sakit dari kehilangan kedua orang tuaku. Belum kering rasanya air mata ini atas kepergian kedua orang tuaku, Mas tambah luka hati ini dengan pengkhianatan."
Naya mencoba berdiri walau tubuhnya terasa lemah. Hanif menahan dengan memegang kedua tangan istrinya itu.
"Naya, Mas melakukan semua ini agar Mas tidak melakukan dosa. Semua untuk menghindari zina."
"Itu bukan alasan Mas. Jika ingin menghindari dosa, Mas tinggalkan pekerjaan ini. Itu yang terbaik. Bukan malah menikahi lawan jenis." Naya menarik napas dalam sebelum melanjutkan ucapannya lagi.
"Jika alasan kamu untuk menghindari dosa dengan menikahi lawan main, apakah nanti setiap lawan main akan kamu nikahi juga. Berapa wanita yang akan kamu nikahi, Mas?" tanya Naya dengan suara sedikit tinggi.
"Naya, maafkan Mas. Semua memang salah Mas."
"Dari awal aku sudah katakan, tinggalkan pekerjaan ini. Aku tidak mengharapkan uang banyak, karena aku tau dunia seperti ini tidak tepat buat Mas."
Naya berdiri dari duduknya. Di hapus air mata yang tumpah di wajahnya dengan kasar.
"Aku sadar selingkuh adalah perbuatan yang salah. Tapi maafkan aku, aku tidak bisa memaafkan kesalahanmu yang itu,Mas.Aku benci pengkhianatan. Tinggalkan aku. Maafkan aku yang tidak bisa lagi sejalan denganmu," ucap Naya.
Naya berjalan meninggalkan ruangan itu. Hanif mengejar Naya dan menahan tangannya.
"Naya, Mas tidak mau kita berpisah. Mas janji akan adil untuk kamu dan Citra."
"Sesekali aku ingin kau bercermin dan melihat seseorang yang pantas mendampingimu. Apakah aku, orang yang bersedia hidup bersamamu, ataukah dia, orang yang kau anggap menarik meski sebenarnya pengganggu. Pria yang mencari wanita lain setelah sukses, tidak menyadari bahwa wanita lain kemungkinan besar menjadi jalan menuju kebangkrutan."
Naya melepaskan pegangan tangan Hanif dan berlari menuju jalan raya dan langsung masuk ke taksi yang kebetulan parkir di depan lokasi shooting. Hanif hanya terpaku melihat kepergian istrinya itu.
...****************...
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Yunerty Blessa
mana ada adil, selalu nya di Citra saja....itu bukan keadilan tapi nafsu
2024-08-31
0
Yunerty Blessa
jangan bagi muka lagi Naya
2024-08-31
0
Yunerty Blessa
astaga Hanif....
2024-08-31
0