Hampir setengah jam Agnes menangis dan tidak ada yang bisa mendiamkan gadis itu. Bahkan, banyak dari mereka sampai mendes*h kasar karena pusing dengan tangisan Agnes yang benar-benar seperti anak kecil. Oma Mila yang hanya diam pun pada akhirnya memiliki sebuah ide. Dia meminta pelayan untuk mengambilkan satu box ice cream di kulkas. Ternyata sangat ampuh, saat pelayan tersebut menyodorkan ice cream itu, tangisan Agnes mereda seketika dan gadis itu tampak semringah. Mereka benar-benar merasa heran. Tingkah Agnes tersebut tidak sesuai dengan umurnya yang bahkan sudah menginjak angka dua puluh tujuh tahunan.
"Ini enak sekali." Agnes terus saja melahap ice cream tersebut tanpa peduli pada mereka yang saat ini sedang menatapnya.
"Kalau kamu mau lagi, di kulkas masih ada." Oma Mila menawarkan, tetapi Agnes menggeleng cepat.
"Aku tidak mau. Kata papa aku tidak boleh terlalu banyak makan ice cream. Nanti perutku bisa sakit," ucap Agnes. Menghabiskan ice cream tersebut, setelahnya meminta tisu untuk membersihkan bibirnya.
"Sudah puas?" tanya Andra setengah kesal. Agnes mengangguk cepat sembari tersenyum lebar.
"Nona, apa kamu tahu di mana Papamu sekarang?" tanya Eldrick yang sedari tadi hanya diam. Menatap Agnes secara lekat, Eldrick sangat yakin kalau Agnes adalah putri dari Anjani karena sebagian besar wajah Agnes menuruni garis wajah Anjani. Berbeda dengan Margaretha yang lebih mirip dengan Affandra.
"Papa sedang di luar kota selama seminggu. Mungkin tiga hari lagi dia pulang," jawab Agnes polos.
"Kamu yakin papamu sedang di luar kota? Bagaimana kalau ternyata papamu itu berbohong?" tanya Eldrick lagi. Wajah Agnes yang barusan tampak semringah pun kini beralih menatap Eldrick penuh tanya.
"Papaku tidak akan berbohong!" Lagi-lagi, Agnes bersidekap sembari mengerucutkan bibirnya. "Papaku itu lelaki baik dan jujur."
"Kamu yakin, Nona? Bagaimana kalau ternyata papamu adalah seorang pembohong bahkan pembunuh," ucap Andra tanpa sadar. Eldrick menatap Andra tajam, tetapi Andra tetap terlihat tenang.
"Apa maksudmu?" tanya Agnes. Menatap Andra penuh selidik. Andra hendak membuka suara lagi, tetapi Eldrick segera melarangnya. "Kenapa kamu diam saja! Katakan apa maksudmu!" Suara Agnes mulai meninggi.
Opa Jo berbisik pada Eldrick yang langsung mengangguk tanda paham, sedangkan yang lain hanya penasaran karena tidak tahu apa yang dibisikkan oleh Opa Jo.
"Nona, apa kamu tahu rumah ini?" Eldrick menyodorkan laptop milik Opa Jo tepat di depan Agnes.
"Bukankah ini rumah Mama Anjani," gumam Agnes. Namun, mampu membuat Eldrick sedikit tersentak.
"Kamu tahu tentang Nyonya Anjani?" Eldrick menatap lekat ke arah Agnes yang saat ini sedang mengangguk cepat.
"Meskipun aku baru sekali melihat wajahnya, tapi papa bilang itu rumah Mama Anjani yang sekarang sudah menjadi milik aku," kata Agnes jujur.
"Apakah papa kamu yang mengatakan itu?" tanya Eldrick lagi. Kali ini, hanya Eldrick yang berbicara dengan Agnes, sedangkan yang lain hanya sebagai pendengar saja.
"Ya, papa bilang mama yang mewariskan rumah itu. Aku tidak tahu apa yang membuat papa dan mama berpisah karena kata papa, mereka berpisah saat aku masih bayi. Jadi, aku tidak pernah merasakan kasih sayang dan pelukan seorang mama." Suara Agnes terdengar parau karena menahan tangis. Mereka yang mendengar itu pun menjadi tidak tega. Seolah ikut merasa sedih dan membayangkan betapa sakitnya hidup tanpa kasih sayang dari seorang ibu.
"Saat papa bilang mama meninggal dunia, entah mengapa aku merasa sangat sedih. Meskipun aku tidak pernah bisa memeluknya, tapi hatiku bergetar saat mendengar itu. Bahkan, papa sering mengajakku menjenguk makam mama untuk menabur bunga dan mengirimkan bunga," papar Agnes. Dia seperti anak kecil yang benar-benar berbicara dengan polos dan jujur.
"Apa papamu mengatakan hal apa yang membuat Nyonya Anjani meninggal dunia?" Eldrick terus saja melontarkan pertanyaan.
Agnes mengangguk cepat, "Papa bilang mama meninggal karena kecelakaan."
Cih!
Eldrick berdecih. Merasa geram karena ternyata Janu bisa berbohong seperti itu. Walaupun merasa sangat marah, tetapi Eldrick berusaha untuk tetap terlihat tenang agar Agnes tidak ketakutan dan dia bisa mengorek banyak informasi dari gadis polos itu.
"Nona, asal kamu tahu kalau papamu itu sekarang tidak di luar kota, tetapi ada di rumah ini." Eldrick menunjuk laptop milik Opa Jo dan menunjukkan gambar rumah Anjani.
"Jangan bercanda! Mana mungkin papaku ada di sana. Dia ada di luar kota!" bantah Agnes tidak terima.
"Kalau kamu tidak percaya, silakan buktikan saja, Nona." Eldrick berbicara tegas.
Agnes pun bangkit berdiri dan hendak pergi, tetapi Andra langsung menahan langkah gadis itu.
"Kamu mau ke mana?" tanya Andra penuh selidik.
"Aku akan membuktikan ucapan lelaki itu. Apakah papaku ada di sana atau tidak!" Agnes tampak kesal karena Andra menghalangi.
"Duduk dulu, Nona. Kita akan ke sana bersama-sama. Tapi sebelumnya ada satu hal yang ingin aku minta padamu," ucap Eldrick. Menatap Agnes penuh meminta.
Agnes pun menurut dan kembali duduk di tempat semula. Dia menatap heran ke arah mereka semua.
"Nona, papamu sekarang sedang menyekap nona mudaku."
"Menyekap nona muda?" Agnes mengerutkan kedua alisnya.
"Ya. Jadi, kuharap kamu mau bekerja sama. Aku akan membebaskanmu, tapi dengan syarat kamu akan membantuku melepaskan nona muda," pinta Eldrick. Menatap penuh harap ke arah Agnes.
Andra pun mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan foto Margaretha kepada Agnes. "Tolong bantu kita lepaskan dia yang sekarang sedang disekap papamu."
Agnes meraih ponsel Andra dan menatap foto itu dengan sangat lekat. Merasa tidak asing dengannya.
"Etha! Bukankah ini foto Etha!" teriak Agnes menunjuk foto Margaretha, sedangkan mereka tercengang saat mendengarnya. "Ya, aku tidak salah. Ini adalah Etha."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
nurcahaya
wow. ...kejutan yg mngejutkan bukan
2022-09-14
0
titissusilo
mrk nih sodara 1 ibu ye kn Thor Rita...
2022-09-13
1
Dwi Aafiyah Imtinan
yeah putus lanjut thorr semangat double up sih
lagi seru2 nya
2022-09-13
0