Batin Margaretha bergejolak dan pikirannya berkecamuk saat teringat semua ucapan Andra barusan. Sejak Andra mengatakan siap bercerai dengannya padahal ijab kabul saja belum terlaksana, Margaretha mendadak gelisah. Antara mengiyakan permintaan itu atau menolaknya. Margaretha terus saja berusaha meyakinkan hatinya. Dia yakin saat ini Andra masih menunggu jawabannya.
Setelah hatinya merasa yakin, Margaretha pun segera menghubungi Andra lewat panggilan suara meskipun mereka saat ini berada di bawah atap yang sama. Entah mengapa, Margaretha masih merasa enggan terhadap lelaki itu.
"Ndra. Gue setuju buat nikah sama lu. Tapi, lu harus menepati janji lu kalau kita hanyalah suami-istri di atas kertas. Tidak ada hak dan kewajiban yang harus kita lakukan sebagai pasangan." Margaretha berbicara dengan suara berat. Andra pun hanya mengiyakan dan langsung mematikan panggilan tersebut.
"Semoga gue kagak salah ambil keputusan. Untuk sementara waktu hanya ini yang bisa gue lakukan sampai keadaan gue bener-bener aman." Margaretha mendes*hkan napas ke udara secara kasar. Lalu berusaha memejamkan mata. Namun, pikirannya tiba-tiba terusik. Teringat ketiga sahabatnya. Haruskah dia menghubungi mereka atau diam saja, tetapi Margaretha khawatir mereka akan memberondong dengan banyak pertanyaan. Margaretha juga tidak ingin sahabatnya tahu jika pernikahan tersebut hanyalah sebatas perjanjian dan dia tidak mau merasa malu nantinya jika harus bercerai dengan Andra.
Sementara itu, di ruang tamu Andra menghela napas panjangnya berkali-kali. Ada kegelisahan yang dia rasakan saat ini. Dia sudah yakin akan menikahi Margaretha, dan gadis itu juga sudah setuju, tetapi kenapa hatinya masih saja merasa tak tentu. Andra mengacak rambutnya agar pikiran buruknya tersebut segera pergi.
"Lebih baik aku bikin kopi." Andra pun segera ke dapur untuk membuat secangkir kopi sebagai teman begadangnya malam ini.
***
Di sebuah kantor urusan agama, Andra dan Margaretha sudah berada di sana untuk melangsungkan ijab kabul. Tidak ada pesta yang megah atau sekadar gaun mewah. Margaretha hanya memakai baju biasa, begitu juga dengan Andra.
Sejak tadi, Margaretha menatap Andra yang tampak gelisah menunggu penghulu datang. Jujur, dalam hati Margaretha merasa kecewa. Ini tidak seperti yang dia inginkan. Setiap wanita pasti ingin pesta pernikahan yang meriah dengan dihadiri oleh anggota keluarga dan para kerabat. Namun, Margaretha hanya sendiri. Tidak ada siapa pun yang menemani karena dia benar-benar tidak menghubungi sahabatnya.
Di tengah rasa kecewanya, Margaretha pun harus merasakan sakit saat melihat Patricia hadir di sana. Namun, gadis itu tidak datang sendirian, melainkan bersama dengan seorang lelaki tampan berkulit putih bersih. Patricia tersenyum sembari berjalan mendekat, Margaretha pun membalas senyuman itu.
"Kenapa kamu tidak dandan, Nona?" tanya Patricia terheran saat melihat penampilan Margaretha.
"Cukup seperti ini. Lagi pula, ini hanya ijab kabul saja," sahut Margaretha, berusaha terlihat baik-baik saja.
"Ndra! Kamu emang lelaki sialan!" Patricia menendang tulang kaki Andra hingga lelaki itu mengerang kesakitan.
"Patrick! Sakit! Kamu gila!" Andra terus saja mengusap kakinya yang terasa nyeri. Tendangan Patricia benar-benar kuat.
"Kamu yang gila! Udah tahu mau ijab kenapa kamu tidak belikan gaun atau sekedar menyewa perias," omel Patricia. Memukul bahu Andra kencang hingga lelaki itu lagi-lagi mengaduh. Sementara lelaki yang barusan bersama Patricia pun hanya terkekeh.
"Jangan ketawa kamu, Ken!" Andra mendelik ke arah lelaki yang saat ini sudah menutup tawanya.
Margaretha hanya diam menyaksikan pemandangan yang menyakitkan. Dia merasa seperti orang asing di sana. Dalam hati dia menyesal tidak memberi tahu sahabatnya. Seandainya saja dia mengajak mereka bertiga ke sini, pasti dirinya tidak akan merasa sesepi ini. Margaretha pun pada akhirnya hendak menghubungi ketiga sahabatnya. Namun, baru saja membuka layar ponsel, Margaretha terkejut saat Patricia sudah menarik tangannya dan keluar dari ruangan itu.
"Patrick!" teriak Andra, mengejar Patricia.
"Ken! Katakan kepada penghulu untuk datang mengijabkan di kontrakan. Aku akan sulap nona ini menjadi cantik." Patricia masuk ke mobil bersama Margaretha tanpa peduli pada Andra yang terus saja memanggilnya.
"Emang dasar lelaki sialan! Tidak bisa menjaga perasaan cewek! Kalau aku yang jadi mempelainya udah kutembak dia!" Patricia terus saja mengomel, sedangkan Margaretha menggeleng dan bergidik saat mendengarnya.
"Maafkan sahabatku, Nona. Dia memang kalau urusan cewek suka lola. Maklum, jomlo abadi," ucap Patricia, menoleh sekilas ke arah Margaretha sembari tersenyum simpul.
"Tidak apa. Memang seharusnya seperti ini saja karena pernikahanku dengan Andra hanyalah sebatas perjanjian agar Andra bisa menjagaku. Aku yakin kamu tahu itu, Nona." Margaretha menghela napas panjangnya dan duduk bersandar menatap ke luar jendela. Patricia yang melihat itu pun menjadi tidak tega.
"Tidak ada yang tahu dalamnya hati seseorang, Nona. Mulut memang berkata tidak, tetapi hatinya? Hanya dia dan Tuhan yang tahu. Bisa saja sudah tumbuh benih cinta, tapi belum disadari. Meskipun bagi kalian ini adalah pernikahan perjanjian, tapi aku ingin yang terbaik untuk sahabatku. Bukan menjadi pernikahan paling mengenaskan sepanjang masa," ucap Patricia panjang lebar. Margaretha hanya membisu karena tidak tahu harus berbicara apa lagi.
"Padahal bagiku, lebih baik tidak ada yang menjaga kalau terpaksa. Aku tidak apa jika harus mati di tangan lelaki yang sudah membunuh orang tuaku. Justru dengan itu aku bisa bertemu mereka," keluh Margaretha. Dia tersentak saat tubuhnya tiba-tiba terhuyung ke depan karena Patricia mengerem secara mendadak. Margaretha terkejut saat melihat sebuah mobil berhenti menghalangi jalannya.
"Sepertinya pernikahan kalian bocor dan ada yang akan menggagalkan. Tunggu di sini dulu, Nona." Patricia melepas sabuk pengamannya dan hendak keluar, tetapi Margaretha menahan gadis itu.
"Jangan keluar, mereka pasti orang jahat." Margaretha tampak khawatir. Patricia hanya tersenyum sembari mengeluarkan pistol dari balik jaketnya. Margaretha yang melihat itu pun sontak membuka mata lebar.
"No-Nona." Lidah Margaretha mendadak kelu.
"Tetaplah di sini dan kunci pintu sampai aku selesai. Aku harap kamu mengikuti perintahku, Nona." Suara Patricia yang memerintah terdengar sangat tegas dan penuh penekanan. Margaretha pun mengangguk mengiyakan dan menjalankan apa perintah Patricia saat gadis itu sudah keluar dari mobil. Margaretha berharap semoga tidak terjadi apa-apa.
🤪🤪🤪
Thor! Kenapa cerita Margaretha malah gini? Padahal ketiga sahabatnya enggak terlalu kejam, deh!
Wkwkw sesuai kata Othor kalau cerita Margaretha bakalan tegang ya 😂 berasa Othor punya dendam ke Margaretha 🙈
Buat yang penasaran sama Patricia, bisa dibaca di novel Othor yang berjudul "Perjuangan Cinta Nona Muda" dan kalian akan tahu siapa orang tua Patricia 😁
Hayukk kita tegang-tegangan lagi. Ini belum sampai di puncak ya guys. Tetap semangat, Thor!
Crazy up! Crazy up! Crazy up! 😂😂😂
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
Arie Chrisdiana
terlalu panjang thor critanya smp 300 lbh episode
2023-11-13
0
INA
aq nunggu yg tegang n seru2 gni kk
2022-12-14
1
𝐀⃝🥀senjaHIATᴳ𝐑᭄⒋ⷨ͢⚤🤎🍉
hoo niih kak othor kok cerita markonah mengenaskan begini seeeh🤭.ga kaya kurap suketi sama zaenab.kasian markonah 😅
2022-10-09
0