Zifa dan Delon menuruni anak tangga demi anak tangga, keduanya tampak mesra. Mama Amel yang kini berada di bawah tampak terkejut dengan pemandangan di tangga itu.
Delon dengan wajah berwibawa dan berkarisma berjalan dengan tenang. Sedangkan Zifana yang begitu anggun dan menawan tampak tersenyum meskipun wajahnya menyisakan sembab.
Mereka tampak begitu serasi. Pikir mama Amel yang kini tersenyum karna melihat kebahagiaan yang tampak sekali di wajah Elia. Apa? Serasi? Bagaimana bisa Mama Amel berpikir seperti itu? Bukankah Zifa hanya calon istri kontrak? Bukankah menantunya adalah Vely? Bagaimana bisa dia berpikir seperti itu?
Mama Amel menggelengkan kepalanya. Mama Amel mencoba menepis segala hal yang terngiang di otaknya. Apa Delon berhasil meminta wanita itu untuk menikah kontrak dengannya? Pertanyaan mengiang di benak mama Amel yang takut jika Zifana menolak.
Mama Amel menatap ke arah Zifana. Meski sembab, wajah ayu itu tetap tersenyum, pada siapa lagi kalau bukan pada Elia cucunya. Mama Amel menghela napas panjang, dalam hatinya hanya berdoa tak akan ada masalah yang rumit dikemudian hari.
"Selamat malam Delon, selamat malam juga Zifa," ucap Mama Amel yang menyambut kedatangan mereka.
"Malam Ma," sahut Delon. Sedangkan Zifana hanya diam.
"Malam Papa, Malam Mama," sapa Elia.
Dengan wajah sumringah gadis itu berdiri dan menghampiri Zifa dan juga Delon yang kini berdiri di sana.
"Malam Sayang," Delon merentangkan tangan, Elia berlari ke arah papanya dan memeluk papanya.
Delon mengecup singkat puncak kepala putrinya kemudian mengangkat tubuh gadis kecil yang hampir berusia lima tahun itu.
"Kita makan bersama, Elia sudah lapar kan? " ucap Delon sambil duduk di kursi yang telah dipersiapkan oleh Zifana.
"Iya, Elia mau makan belsama papa, mama dan oma," ucapnya. Delon mengecup puncak kepala putrinya.
"Mama, kenapa masih beldiri? Sini duduk di samping Elia dan papa," pinta gadis kecil itu. Delon dan Mama Amel melirik ke arah wanita itu.
Zifana tersenyum, dia canggung sekali. Sangat canggung. Bahkan dia tak mengenal siapapun, dia hanya orang asing di keluarga ini.
"Zifa, apa yang kamu pikirkan? Duduklah!" Mama Amel tampak menatap ke arah Zifana, segera Zifana duduk.
Apa hanya mereka hanya berempat? Lalu dimana papa Delon? Entahlah, Zifana tak mau memikirkan yang bukan urusannya.
"Selamat menikmati hidangan," ucap kepala pelayan yang baru saja menurunkan beberapa makanan pembuka dan makanan penutup.
"Terimakasih Bi," ucap Mama Amel.
Mereka menikmati makan dengan lahab. Hanya dentingan sendok yang terdengar sampai pada akhirnya mereka menyelesaikan makan malam dengan tenang.
"Sayang, ini sudah malam. Sebaiknya kamu tidur ya," Delon yang baru saja selesai makan menatap ke arah Elia yang kini menghabiskan susunya kemudian meletakan gelas di atas meja dibantu oleh Zifana.
Elia tampak terdiam, Delon tau ada yang ingin disampaikan oleh putrinya. Delon menatap putrinya dan mendekat ke arahnya.
"Ada apa? Mau apa? Bilang pada papa," ucapnya. Zifana dan Mama Amel hanya diam mendengar interaksi ayah dan anak itu.
"Pa,"
"Hem," Delon mengangkat Elia dalam pangkuannya dan menatap ke arah putrinya yang cemberut itu.
"Papa dan Mama masih beltengkal ya?" tanya gadis kecil yang begitu cerdas itu.
Delon menatap Zifana yang diam dan tampak meletakan gelas minumnya di meja. Zifana yang tampak terkejut menatap ke arah Elia.
"Sayang, kenapa berbicara seperti itu?" tanya Delon.
"Papa dan mama diem dieman, apa papa tidak suka mama pulang, tadi Elia yang memaksa mama pulang. kalau papa malah, malah saja pada Elia. lihat, mama sepeltinya habis menangis, pasti papa malah malah sama mama," ucap gadis itu.
Deg
Zifana tampak memejamkan matanya, bagaimana bisa Elia tau dia menangis?
Zifana dan Delon tampak berpandangan. Delon menatap Zifana yang memang tampak habis menangis, dan semua itu karna ulahnya. Rasa sebal menggerogoti hatinya. Bagaimana bisa Elia sangat perhatian pada wanita itu?
Zifa yang merasa tidak enak kini menggeser duduknya dan duduk di kursi yang tadi ditempati oleh Elia. Dia harus membujuk Elia. Zifana kini berada tepat di samping Delon dan Elia. Sangat dekat karna wanita cantik itu menatap Elia dengan lekat.
"Sayang, mama dan papa tidak bertengkal, buktinya tadi papa menggandeng mama, Elia tidak boleh berprasangka buruk. Lagi pula mama menangis karna mama bahagia, bahagia karna papa dan mama bisa berkumpul dengan Elia," ucapnya dengan halus.
Delon memalingkan wajahnya, muak dengan ucapan Zifana. Sok baik baginya.
"Benal?" tanya Elia memastikan, Zifana mengangguk pelan. Elia tersenyum dan memeluk Zifana, menarik Zifana sehingga Kini mendekat. Delon yang semula memalingkan wajahnya kembali ke arah yang semestinya. Saat ini wajah Zifana dan Delon begitu dekat sekali.
Keduanya terkejut dan saling mengalihkan pandangannya. Dalam hati Delon hanya dongkol saat menyaksikan putrinya sangat luluh pada ucapan Zifana? Zifana, wanita itu menahan detak jantungnya yang bermaraton.
"Kalau begitu, malam ini papa dan mama temani Elia bobok," ucap gadis kecil itu.
uhuk uhuk
keduanya tersedak udara karna ucapan Elia.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments
Sadiah
😅😅😅,, biar rasa tuhh delon permintaan anak nya
2022-09-22
2
Yuniarti Kartika Sari
Bru sempet buka hp....pas buka ada notiff lngsung cuzzz ...semangat zifa..wlwpun Delon sllu berburuk sangka padamu dan menganggapmu pura2 baik...buktikan kedepannya ke dellon klo km bener2 tulus menyayangi Elia...
2022-09-17
4
nurcahaya
besoknya kesedak es batu
2022-09-17
1