Di sebuah taman yang indah, Zifana menatap ke arah langit yang cerah, telunjuknya mengarah sempurna pada burung yang beterbangan bebas di angkasa. Tangan kirinya memegang erat pada gadis kecil yang kini ada dalam gendongannya.
"Elia bahagia?" tanya Zifana.
Gadis kecil itu menganggukkan kepalanya. Dia benar benar bahagia, karna ini adalah hari pertamanya bermain dengan seorang yang dipanggilnya mama. Seseorang wanita yang dia pikir adalah ibunya sendiri. Lama merindukan belaian hangat seorang ibu, membuat gadis kecil itu terpaku pada perhatian seorang Zifana Manda yang sangat menghangatkan hatinya.
"Elia bahagia Ma, telimakasih mama mau menemani Elia main, Elia mau mama selalu menemani Elia. Tidak meninggalkan Elia lagi, Elia sangat sayang mama," ucap Elia.
Zifana merasakan apa yang gadis itu rasakan. Takut kehilangan? Pasti. Tapi ini salah, dia bukan wanita yang seharusnya ada di dekat gadis itu. Lalu, bagaimana cara menjelaskan pada gadis kecil ini? Mampukah dia menghancurkan hati bahagia gadis di gendongannya? Tidak, dia tak akan pernah sanggup.
"Lihatlah Nak, burung itu berlarian ke sana ke mari untuk mencari kebahagiaan. Kamu tau Nak, ibunya pasti sangat bahagia saat melihat anaknya bahagia seperti itu, jadi Elia harus bahagia jika anak cantik mama tidak mau melihat mama bersedih," ucap Zifana yang kini menatap ke arah Elia yang masih tampak bahagia itu.
Elia memeluk erat Zifana, dia tersenyum bahagia dalam dekap hangat wanita itu.
"Elia, apa kamu sudah puas bermainnya? Sebaiknya kita pulang, ganti baju dulu. Lihat, baju sekolahmu kotor, kamu bisa kembali bermain dengan mama nanti di rumah," ucap suara yang kini berada tepat di belakang Elia dan Zifana.
Keduanya menoleh, Zifana memutar langkah hingga keduanya tampak bisa melihat dengan jelas ke arah Mama Amel yang kini berdiri sambil menyedekapkan tangannya di depan dada.
"Oke oma," ucap gadis kecil itu dengan girang.
"Ma, turunkan Elia. Elia mau jalan kaki, nanti mama capek," ucap gadis kecil itu sambil mengarahkan pandangan matanya yang menggemaskan itu ke arah Zifana.
Zifana tersenyum, segera wanita cantik itu menurunkan Elia dari gendongannya.
"Oma, Mama, Elia tunggu di mobil ya," ucapnya kemudian melangkah pergi.
Kini, dua wanita cantik berbeda usia tampak berpandangan, Mama Amel menatap Zifana dengan tajam. Dia tersenyum sinis sambil menyerahkan sebuah amplop coklat pada Zifana.
"Ini adalah bayaran awal untuk pekerjaanmu, kau akan mendapatkan yang lebih lagi jika kau bisa memerankan apa yang aku minga dengan sempurna," ucap Mama Amel dengan tenang.
Deg
Zifana menatap ke arah Mama Amel dan juga melirik ke arah amplop coklat berisi uang itu.
"Terima saja, aku tau model-model orang rendahan semacam dirimu! Kau pasti membutuhkan ini bukan?" tanya Mama Amel sinis sambil mengamati Zifana dari ujung kaki hingga ujung kepala.
Zifana menghela napas panjang, hatinya terasa sesak dan sakit. Netranya menatap seorang perempuan paruh baya yang sangat cantik dengan pakaian berkelas dan tampak sangat elegan.
Dipastikan memang orang dudepannya adalah orang sosialita seperti dirinya dulu dan juga pengunjung butiknya. Dulu? Ya, bahkan saat ini dia tak punya apapun.
"Maaf Nyonya. Tapi, untuk saat inu saya tidak berfikir demikian, bisa melihat Elia bahagia itu sudah lebih dari cukup," ucap Zifana.
Zifana memejamkan matanya, sangat menyakitkan dituduh seperti itu. Namun, dia harus sabar menghadapi orang itu. Semakin dilawan pasti akan semakin memperpanjang pembicaraan. Saat ini yang dia butuhkan adalah ketenangan bersama Elia.
Mama Amel kembali menyodorkan amplop coklat dan mengambil cek dari tasnya.
"Ambil dan isi berapapun yang kau mau, tapi ingat posisimu. Apapun yang terjadi nanti setelah kau memutuskan mau ikut aku. Jangan harap kau bisa berubah pikiran," ucap Mama Amel dengan nada yang tegas.
Zifana hanya memandang amplop dan cek yang diberikan padanya. Zifana tersenyum dan memandang ke arah wanita di depannya.
"Maaf nyonya, saya tidak bisa menerima sebelum saya mengerjakan pekerjaan saya. Sebaiknya kita segera pulang, Elia sudah menunggu," ucapnya kemudian melenggang pergi.
Mama tampak mengepalkan tangannya, darahnya seakan mendidih. Wanita cantik di depannya benar-benar menyulut emosinya. Dia mengamati wajah Zifana yang kini sangat tenang.
"Dasar wanita murahan, aku pastikan aku akan membuat hidupmu menderita jika nanti mencoba kabur," batin Mama Amel.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Assalamualaikum... maaf Author lama up. kesibukan di duta sangat menyita waktu. Like komen hadiahnya yuk. Biar author tambah semangat. 😍😍😍😍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments
Muniroh Mumun
zifana bisa berkaca skrng ...begitukah sifatnya dulu ...merendahkan org sesuka hati ...sakit ..pasti .....akhirnya tau rasanya di rendahkan ..... tp yg bikin aku heran. ......kok emakny Delon jg ikutan buta ya ....menantu tersayangnya itu beneran sakit apa gmn sih ......
2023-01-31
0
Maria Lamur
judes amat Mpok. udah baik zifana nolongin kamu. pasti anaknya juga nanti ngeselin dan galak kayak emak nya
2022-10-25
1
Wilana wilana
kok oma sipatnya gitu y,udah butuh tapi sok angkuh,buktikan zifana klu u tak semurah itu,zifakn orng berkelas juga.
2022-09-30
2