Wajah sembab Zifana tampak nyata, jangankan untuk mendekat dan mengusap air mata wanita itu, memandangnya saja Delon begitu jij*k.
Delon masih ingin memaki, masih ingin meng*mpati wanita itu. Dia ingin wanita itu sakit hati, itu bayaran yang impas untuk Zifana karna telah melukai sahabatnya.
"Sekarang katakan, apa tujuanmu sebenarnya? Apa yang kamu rencanakan untukku? Kau dendam karna aku ikut serta menghancurkan perusahaan keluargamu?" tanya Delon.
Zifana masih terdiam, tak bisa sedikitpun dia menjawab, hatinya terasa sesak. Terasa sakit, terasa kelu, dan itu semua karna ucapan menyakitkan dari mulut sadis Delon.
"Kau mau uang? Berapa banyak? Kau mau berapa? Katakan padaku Nona Zifana," ucap Delon lagi.
"Cukup!" bentak Zifana. Netranya menatap ke arah Delon yang memandangnya dengan sinis.
"Hapus air mata palsumu itu, aku tidak percaya. Aku tau wanita seperti apa kau, kau ib*is, tak punya hati, dan sekarang aku tau tujuanmu mendekati Elia, semua karna hartakan?" tanya Delon lagi. Dan lagi, ucapan Delon begitu menyayat hatinya. Menyakiti perasaanya.
Zifana menatap lelaki itu, dia menghapus air matanya. Dia menggelengkan kepalanya.
"Aku tidak pernah merencanakan apapun untuk Elia. Bahkan aku baru saja bertemu dengannya, aku juga baru tau dia putrimu," ucap Zifana.
"Cih,"
Delon berdecih seoalah tak percaya sedikitpun dengan apa yang dikatakan oleh Zifana.
"Apa masih bisa dipercaya ucapan dari mulut sampah sepertimu? Kau itu.... "
"Hentikan ucapanmu Tuan Delon," sentak Zifana.
Delon berhenti berbicara, dia menatap ke arah wajah Zifana. Wajah sembab yang berlinang air mata itu. Tatapannya masih sama, tatapan benci.
"Aku minta maaf, bila aku dulu mengusik Nada dan Radit, sehingga membuatmu terlibat dalam kejahatan yang aku lakukan. Tapi percayalah, saat ini aku berusaha untuk menjadi orang yang lebih baik bahkan sekarang aku kabur dari kakak dan papaku yang mencoba menjualku," ucap Zifana. Entah dipercaya atau tidak setidaknya dia akan tetap mengatakan kebenaran.
Delon mengalihkan pandangannya, Apa benar begitu? Miris sekali nasip wanita itu. Tapi dia tak mau kasihan. Bisa saja wanita itu membohonginya, pikir Delon.
"Aku ke sini karna aku ditawari menjadi pengasuh Elia, gadis kecil yang membuat aku nyaman di dekatnya. Aku menerimanya sampai pada saatnya nanti aku mendapatkan pekerjaan, saat ini aku tak punya apapun, butik dan beberapa perusahaan yang aku rintis diambil papa, entah diapakan dan akan dikemanakan aku juga tidak tau," ucap Zifana terdengar tulus.
Akan tetapi tetap saja Delon tak percaya pada perkataan Zifana. Dia bahkan tak peduli dengan Zifana. Lalu, kenapa harus membahas kejahatan Zifana? Bukankah itu tak penting? Bukankah yang penting baginya Elia nyaman? Lalu, jika benar Zifana merencanakan sesuatu bagaimana? Dia harus berhati hati, cukup mudah mengatasi wanita licik di depannya.
Apa tadi? Zifana bilang dia mau menerima ini sampai mendapatkan pekerjaan? Lalu bagaimana dengan Elia jika saat Zifana mendapatkan pekerjaan Vely belum bisa pulang?
"Lupakan itu semua, ada yang lebih penting dari itu," ucap Delon. Zifana menatap lelaki itu.
Delon mengabaikan tentang kejahatan Zifana dia menatap ke arah Zifana dengan tajam. Yang dia pikirkan hanya kebahagiaan Elia. Ya, yang penting Elia bahagia maka dia akan mengenyampingkan perasaan benci itu. Yang penting Radit dan Nada tak tau dulu.
Delon melempar map berwarna hijau dihadapan Zifana. Ada ide konyol untuk menjerat Zifana jika yang dikatakan jika dia akan dijual kakak dan papanya itu adalah sebuah kenyataan.
"Apa ini?" tanya Zifana sambil menatap ke arah map itu.
"Menjadi pengasuh Elia artinya harus menikah denganku," ucap Delon.
Deg
Zifana tampak terkejut dan menatap ke arah Delon seakan bertanya, menikah?
"Maksudku nikah kontrak, kau bisa membaca perjanjian di map itu," ucap Delon.
Zifana tampak terkejut, diraihnya map itu dengan tangan bergetar. Matanya membelalak sempurna saat membaca beberapa poin dalam surat itu, bagaimana bisa ini terjadi? Bukankah pernikahan bukan mainan? Lalu, apa ini? Zifana tampak mengusap air matanya dan menatap ke arah Delon.
Walau bagaimanapun, dia menginginkan pernikahan yang bahagia. Pernikahan yang indah, saling mencintai. Tapi kenapa keinginannya seakan pupus? Karma untuknya kah ini?
"Jadilah istri simpananku. Aku akan membantumu keluar dari segala masalah yang membelitmu! Aku terpaksa menawarkan hal yang menguntungkan kita bersama. Jika kau menolak, akan ku kembalikan kau pada orang tua serakahmu itu," ucap arzenio Delon Milantama dengan nada dinginnya.
Deg
Zifana hanya diam, Istri simpanan? Apa maksudnya? Zifana menggeleng. Dia ragu, tapi jika menolak dia akan dikembalikan kepada papa dan kakaknya? Bukankah itu sama saja? Dia akan dinikahkan juga. Zifana berpikir keras.
Jika menerima tawaran ini, disini setidaknya ada Elia yang bisa menghiburnya. Tapi bukankah kata bu kepala sekolah Ibu Elia masih ada? Bagaimana bisa Delon mengajaknya menikah?
"Tapi, bukankah kau beristri?" tanya Zifana.
"Itu bukan urusanmu, bukankah aku sudah bilang kau hanya istri simpanan? Kau tidak akan ku publikasikan, bahkan aku malu pada teman temanku, sahabatku, jika mempublikasikan memiliki istri seorang wanita jahat sepertimu," ucap Delon.
Deg
Zifana memejamkan matanya, tetesan air mata membasahi pipinya. Tapi dia harus kuat dan tahan, hanya istri simpanan? Dia bisa melanjutkan hidup setelah kontrak satu tahun itu.
"Cepat tanda tangani, atau aku panggil orangku untuk menyeretmu pada orang tuamu?" ucap Delon dengan tegas.
"Baik, aku akan melakukan apapun. Tapi tolong aku Tuan, jangan membawaku pada mereka," pinta Zifana Manda yang enggan bertemu dengan papa dan kakaknya yang gila harta.
"Bagus, tanda tangani surat itu, kita menikah besok," ucap Delon.
Zifana menatap Delon, menikah besok? Delon melihat keraguan di wajah Zifana. Dia memandang lekat wajah wanita yang sepertinya akan protes itu.
"Ada apa lagi?" tanya Delon sinis.
"Aku akan menandatangani dan akan mengasuh Elia, tapi aku minta satu hal padamu," ucap Zifana.
"Apa?" tanya Delon yang tampak penasaran itu.
"Karna hanya nikah kontrak dan hanya satu tahun, aku minta kita.... " Zifana menghentikan ucapannya.
Delon semakin penasaran dan maju mendekat sehingga keduanya hanya berjarak dua langkah saja. Zifana juga mundur, Delon tetap maju hingga mereka terhenti di pintu jendela, Dengan jelas mereka bisa saling memandang wajah dengan jelas dan entah jantung keduanya berdetak dengan cepat.
"Kita apa?" tanya Delon tepat di samping telinga Zifana. Zifana memejamkan matanya, sungguh hembusan napas Delon mampu menggetarkan hati Zifana.
...****************...
Like, komen hadiahnya mana? wkwkw. Tinggalkan jejak agar author semangat up.. wkwk
sambil nunggu up mampir di karya temen otor ya.. jgn lupa tinggalkan jejak
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments
⏤͟͟͞R Bellva
minta malam pertama yg tak terlupakan
2022-09-16
3
Wahyu Ningsih
ah Othor bikin gw Jungkir balik
2022-09-16
1
bunda s'as
tidur satu kamar tapi tidak satu ranjang 🙈🙈
2022-09-16
2