Cerita Pada Mommy

Roze membuka pintu hendak keluar untuk berbelanja stok makan selama satu minggu mumpung anak-anak belum pulang dari sekolah. Ada pun Darriel, anak itu sedang menerima pelajaran dari guru privatnya.

Sedikit terkejut saat melihat beberapa Box tepat di muka pintu. Dilihat dari wujudnya, tampak seperti sembako.

Tidak merasa memesan sembako, Roze mengabaikannya begitu saja. Mungkin saja sembako salah alamat, pikirnya.

Di perjalanan, Roze terpaksa harus putar balik arah ketika menyadari dompetnya tertinggal.

Roze kembali ke rumahnya dan tampak seorang pria dengan rambut beruban berdiri di samping sebuah mobil, menatap lurus rumah itu.

“Anda siapa?”

Pria tua itu menoleh perlahan ketika mendengar seseorang bertanya.

Roze yang juga berdiri di samping mobilnya sendiri, merasakan kakinya bergeser ke belakang, terkejut melihat siapa yang berada di depannya.

Tuan Lee. Dia adalah orang itu. meskipun  dengan tampilan yang sudah sangat jauh berbeda, Roze masih sangat mengenalinya.

Wajah tua itu tampaknya ingin mengatakan sesuatu namun ia merasa tidak berdaya.

“ada perlu apa anda di sini?”

“Roze, ayah datang melihatmu.” Hanya sepotong kalimat saja sudah berhasil membuat pria tua itu berurai air mata.

“jadi Anda adalah orang yang menaruh box sembako di depan pintu rumah saya?” Roze berjalan melewati pria tua yang adalah ayahnya itu. ia memindahkan kotak demi kotak itu dan meletakkannya di depan pijakan tuan Lee. “Pergilah, bawa semua ini. Hidupku tidak begitu sulit sampai tidak mampu beli sembako.”

“Roze, ayah meberi itu untuk cucu ayah. Bukan hanya  sembako tapi itu –“

“jangan mengganggu anak-anakku. Mereka tidak punya siapapun selain aku. Jangan berani – berani mendekati mereka dan mengatakan omong kosong. Pergilah.”

“Roze, ayah ingin,-“

Lagi lagi Roze tidak memberi kesempatan bagi ayahnya untuk menuntaskan apa yang igin dikatakannya.

“aku bilang pergilah, bawa semua ini. Pergi jauh-jauh seperti yang kau lakukan saat aku masih kecil.”

Roze mengesampingkan rasa hormatnya dan dengan tegas mengusir ayahnya itu.

Kembali ia masuk ke mobil tanpa memikirkan tujuan sebelumnya. Ia melajukan mobil pergi menjauh.

Kau sudah terlambat. Kau sangat terlambat. Aku menunggu ayah hingga belasan tahun, tapi ayah tidak datang. Setidaknya ayah menjemputku pergi setelah bunda meninggalkan aku.

Akhirnya tangis Roze pecah, tangisan yang hanya dia seorang diri yang dapat mendengarnya, di dalam mobilnya yang masih terus bergerak dengan kecepatan sedang.

“Seandainya ayah membawaku hidup bersama, mungkin orang lain tidak terlalu jahat padaku. Kalau ayah membawaku pergi, mungkin saja Jevander Park tidak akan mengatakan selamat tinggal padaku. Ayah, kau menyebabkan aku seperti ini. Kau yang membuatkau haus kasih sayang hingga dengan mudahnya termakan rayuan pria itu. ayah! Kau yang menyebabkkan anak-anakku lahir tanpa ayah mereka.”

.

Tidak lagi pergi ke pasar, Roze berbelok arah menuju sekolah Daniel. Sengaja ia berparkir di tempat yang jauh dari jangkauan para siswa. Terlihat dua orang siswa keluar dari gerbang sekolah, berboncengan di atas motor butut.

Roze kembali menyalakan mesin mobilnya ketika dengan jelas ia pastikan bahwa salah satu dari remaja itu adalah putranya. Diikutinya motor itu sampai akhirnya berhenti dikawasan sebuah gedung perusahaan.

Membaca nama dari perusahaan itu saja sudah membuat Roze bisa menebak apa tujuan putranya kesana.

Jevander Park, apa kau bahkan menyadari bahwa dia adalah putraku? Haruskah aku mendatangimu dan mengatakan bahwa Daniel adalah anakmu yang kulahirkan? Jevan, aku tersiksa memikirkan perasaan anakku. Kenapa Jevan, kenapa aku seperti ini padahal putraku itu baik-baik saja?   

Air mata kembali turun, walau hanya dalam keheningan.

Mungkin terlalu mendalami kesedihan dan kekecewaanya sendiri terhadap sang ayah, memungkinkan Roze untuk berpikir bahwa anak-anaknya pun juga sama.

“Roze, sadarlah! Jangan menyalahkan orang lain atas ketidakberuntunganmu. Jaga Ezra, jangan sampai dia mengulang sejarah ini kelak. Kesialan ini, cukup sampai di dirimu saja.” Menyemangati dirinya sendiri, Roze kembali mejalankan mobil.

“lupakan. Lupakan orang-orang yang telah memberimu rasa sakit, Roze. Hanya fokus saja terhadap anak-anak yang sangat mencintaimu.” Mampu berbicara memberi dirinya sendiri dukungan, Roze kembali tersenyum. “Benar, lupakan hal yang menyakitkan.”

.

Roze termasuk sangat jarang menjemput Ezra sejak anak ini bersekolah disini. Selain karena pekerjaannya, putrinya sendiri pun menolak untuk di jemput. Hari ini area parkir dipenuhi oleh banyak sekali mobil.

“luar biasa, penghuni sekolah ini pasti berasal dari kalangan kelas atas.” Melihat mobil-mobil yang sedang terparkir merupakan mobil yang mustahil untuk dia beli, Roze yakin dan bertanya-tanya, apa jangan-jangan hanya putrinya seorang yang berasal dari kelas menengah.

Para siswa-siswi bubar dalam waktu bersamaan setelah acara ulang tahun sekolah itu berakhir. Dari kejauhan, Roze dapat mengenali putri satu-satunya itu. anak itu terlihat sangat bersemangat dengan senyum mengembang meskipun hanya berjalan sendirian tanpa seseorang yang mengobrol dengannya.

“Kau sangat senang sayang? Apa hal baik telah terjadi hari ini?”

Roze menantikan jawaban karena merasa penasaran. Dengan santainya Ezra menjawab, “aku sangat senang bunda, karena rasa sakit hatiku sedikit terbalaskan hari ini.”

Feeling Roze merasa, sedang ada pelanggaran yang telah dilakukan putrinya hari ini.

“Ezra, kau tidak menciptakan kekacauan dan  mempermalukan bunda lagi, kan?”

Anak itu tidak menyahut, dia hanya terus tersenyum seprti orang kurang waras.

(Itu loh muka menyebalkan si Ezra waktu bocah)

Kembali ke rumah bersama Ezra. Rupanya putra bungsu sedang sendirian saja setelah kelasnya usai. Darriel sedang menikmati makan siangnya ditemani siaran televisi.

.

.

Waktu sudah sore hari. Jevander sedang berada di rumah sakit pasca putrinya di diagnosa oleh tim medis pihak sekolah bahwa Nana mengalami keracunan minuman. Entah kenapa bisa hal itu terjadi, ia terpaksa gagal tampil di depan sang ayah hari ini. bahkan pihak sekolah berjanji untuk mengusut masalah ini hingga tuntas. Namun hal itu tidak penting lagi bagi Jevan. Yang terpenting hanyalah Nana Park harus segera sembuh.

"Seingatku, aku hanya minum segelas air jeruk di sekolah, Daddy,"  itulah kesaksian yang diberikan oleh Nana sebelum kondisinya berubah separah ini.

.

.

Di ruang pemotretan. Daniel bekerja dengan giat. Berbagai pose ia lakoni.

"tersenyum!" permintaan dari sang kameramen yang bertugas sebagai potografer.

Daniel tidak mengindahkannya. Ia stay dengan wajah datarnya.

beberapa kali sang fotografer memintanya tersenyum tapi remaja itu tidak mau tersenyum sedikitpun. Akhirnya ia menyerah membujuk Daniel dan memutuskan untuk melapor pada pihak perusahaan.

Manager periklanan dan pemasaran terpaksa turun tangan bahkan ditengah mereka sedang menikmati makan siangnya.

Ruang pemotretan berubah menjadi ruang rapat dadakan.

"Danielo Moza, kenapa kau tidak menuruti arahan fotografermu?"

"dia memintaku tersenyum."

"lalu kenapa memangnya? Di depan kamera kau harus tersenyum sesekali."

"Tidak tertulis dalam dokumen perjanjian bahwa aku wajib tersenyum." pembelaan yang sangat tidak masuk di akal.

"Tapi disana tertulis bahwa kau harus menuruti apa mau perusahaan."

"tapi tentang tersenyum, itu sangat berbeda."

"Apa maksudmu? Katakanlah!"

"Aku tidak ingin tersenyum."

"Apa? Ya ampun!" remaja virral satu ini cukup kepala batu dan sulit di bujuk rupanya. "Lalu, apa senyummu harus di bayar?"

"Ide yang tidak buruk, aku akan memikirkannya."

.

.

Jevan yang sedang mengerjakan beberapa pekerjaan, timben-tumbennya dikunjungi oleh sang ibu.

"Nak, apa kau sangat sibuk?"

"Mommy, duduklah. Pekerjaan cukup banyak." jawab pria itu seadanya.

Lama berbasa-basi, akhirnya sang ibu mulai mengutarakan maksudnya.

"Nak, apa kau benar-benar tidak akan menikah lagi? Sebenarnya ada apa denganmu ini?" ibu yang khawatir kalau saja putranya yang sudah berusia 40 ini mungkin tidak memiliki ketertarikan pada wanita. Seluruh keluarga sudah tahu bagaimana pernikahan yang pernah dijalani oleh Jevan.

"Nana tidak mau meninggalkanmu sebelum kau ada yang menemani. Meskipun dia bahagia dengan kita tapi kita tidak pernah tahu mungkin saja dia merindukan ayah ibunya diam-diam. Lagi pula ... Ibunya nana menelpon mommy. Suaminya menginginkan Nana kembali ke pelukan mereka."

"Mom, aku ... Memiliki seseorang yang aku cintai."

"Oh ya? Lalu?" ibunya tampak gembira dan bahagia. "Orang seperti apa dia?"

"Mom, dia seorang janda dengan 2 anak. Tidak, mungkin anaknya ada tiga."

"Ap-apa? Janda? Beranak tiga?" Jevan beranjak dari kursi kerjanya lalu duduk di hadapan sang ibu.

"Ka-kau mengenalnya dimana? Jevan, sudah sebesar apa anak-anaknya?" mommy tampak khawatir.

"Sebenarnya ... Dia ... Adalah mantanku saat di Amrik. Kami berpisah karena ... Aku meninggalkannya." sang mommy terdiam. Sudah 17 tahun meninggalkan Amrik, rupanya putra kesayangannya ini memiliki masa lalu yang belum beres.

"Lalu kenapa kau tinggalkan kalau cinta?"

Jevan menggeleng dengan wajah tertunduk penuh penyesalan.

"Apa karena perjodohanmu dengan mama Nana, kau tinggalkan kekasihmu?"

Jevan tetap saja diam.

"Kalau begitu bawa di ke hadapan mommy daddy. Kenalkan dia pada leluarga."

"Aku sangat ingin Mom, tapi ... Aku belum menemukan cara yang tepat. Dia ... Pasti tidak mudah memaafkanku."

"Tidak adakah pilihan lain selain janda dengan 3 anak? Jevan, menikahi janda tidak mudah. Kau harus bersedia dan siap menerima anak-anaknya juga. Tidak mudah memganggap anak orang lain seperti anak sendiri. Hati, pikiran, perasaan, semua itu harus siap, Van." mommy memberi sedikit pencerahan pada putranya.

"Aku pasti bisa, Mommy. Apa bedanya dengan Nana? Mommy pun menyayangi Nana kan?"

.

.

Terpopuler

Comments

inna the writer's

inna the writer's

kerja bagus

2024-07-01

0

inna the writer's

inna the writer's

iya benar jagalah Ezra

2024-07-01

0

Rusiani Ijaq

Rusiani Ijaq

visual nya keren 👍 pas banget menggambarkan Roze, Azra, Daniel and Darriel

2024-03-17

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!