Kamu Siapa?

Jungki menggendong Ezra menuju tempat tinggal anak itu yang tidak jauh dari taman. Masih terdengar sisa-sisa tangis kesedihan anak perempuan itu. Dipeluknya tengkuk Jungki dan menenggelamkan kepalanya di pundak pria muda itu.

"nah, kita sudah tiba." jungki menurunkan Ezra.

"terima kasih, Paman." ucapnya, serak.

"Oke, masuklah sebelum bunda tiba di rumah lebih dulu." diacaknya rambut halus Ezra.

Melihat anak itu telah menghilang di balik pintu, Jungki pun langsung balik kanan untuk cabut dari sana.

"kamu siapa?"

deg deg deg.

Sumpah demi apa pun, hampir saja Pria itu terjatuh tepat setelah membalikkan tubuh siap untuk  meninggalkan pekarangan rumah minimalis type 36 itu.

Dua pasang mata menatapnya dengan dingin.

"Niel, masuklah lebih dulu. Bunda akan menyusul."

Danniel pun menurut. Ia berjalan melewati Jungki yang masih mematung. Anak itu bahkan tidak memberi salam atau sekedar basa-basi.

Jungki terlihat salah tingkah. Ini adalah kali pertama ia berhadapan sedekat ini dengan kakak perempuannya, Roze. Rasanya sangat tidak adil karena Roze tidak mengenalnya sebagai adik.

Haruskah aku memperkenalkan diriku? Mengatakan bahwa kita kakak beradik?

Kalau saja tidak mengingat pesan sang ayah untuk tetap merahasiakan siapa dirinya, Jungki ingin sekali berterus terang. Namun, ia juga takut karna sudah pasti Roze tidak akan mudah menerima dirinya dengan baik.

"Kenapa diam? Apa yang telah kau lakukan terhadap putriku? Kenapa kau menggendongnya? Apa hubungan kalian? Jangan berani-berani menyentuh anak orang lain."

Roze yakin jika tidak ada apa-apanya, Ezra tidak akan seakrab itu dengan orang asing. Terlebih lagi pria di hadapannya ini adalah seorang pria muda. Siapa yang tahu orang macam apa pria ini.

"Hai, Kak, em...-"

"Jangan sok akrab. Aku tidak punya adik." Roze mematahkan sapaan itu dengan perkataan tegas. Tidak mudah baginya untuk bersikap ramah pada orang asing.

Ahhh! Beginikah rasanya patah hati? Kakak menolakku bahkan sebelum aku jujur siapa diriku.

Perkataan Roze tanpa perasaan terasa sangat sakit, bagai tombak yang ditancapkan dengan sekuat tenaga menancap di jantungnya.

"maaf, aku ... tadi ... aku melihat anak itu bermain sendirian di taman. Oh ya, aku tinggal di dekat taman. Maaf jika itu membuat anda tidak nyaman." Jungki memberi senyum kecil di nujung kalimatnya.

Meski pria ini terlihat gelagapan dengan kata-kata acak yang keluar tak beraturan dari mulutnya, Roze berusaha ingin mempercayainya. Ia tidak sanggup membayangkan hal-hal aneh yang menimpa putrinya. Lagi pula, Ezra memang sering main di taman sendirian karena tidak ada anak-anak di komplek ini yang mau berteman dengannya.

"kau boleh pergi." dengan dinginnya Roze meminta Jungki pergi, tanpa basa-basi menawarkan pria itu masuk untuk meminum segelas teh mungkin, ia berjalan melewati Jungki, persis seperti bocah laki-laki sebelumnya.

"maaf,"

Tap-

Ros berhenti melangkah. Kenapa lagi orang ini bilang 'Maaf' batinnya.

"Namaku, Lee Jung Ki."

Jungki berinisiatif memperkenalkan diri meskipun Roze hanya berdiri di tempat tanpa membalikkan tubuh. Setelah itu Roze melanjutkan langkah. Jungki menatap kepergian kakak satu-satunya itu dengan perasaan haru. Sampai Roze menghilang di balik pintu Jungki pun pergi.

.

.

Masuk ke dalam rumah Roze melangkah cepat untuk mencari keberadaan Ezra.

"Ezra, sayang ..!"

Ceklek,

Membuka pintu kamar. Terlihat dua pemandangan yang sungguh berbeda dari dua manusia kecil itu. Daniel yang sedang membaca buku, sedangkan Ezra yang sedang menggulung tubuhnya dengan selimut.

Roze melangkah masuk menghampiri Ezra. Sayup-sayup terdengar isakan tangis dari balik selimut. Ada apa ini? Tentu saja Roze tidak tinggal diam. Disibaknya selimut itu hingga mendapati putrinya sedang menangis.

"Sayang, kamu kenapa, Nak? Ezra kenapa menangis?"

Ezra tak menghiraukan bundanya malah menutup wajah dengan bantal.

"Niel, kenapa kakak kamu?"

Daniel hanya menaikkan bahu tanda tah tahu.

Banyak pertanyaan yang terpikirkan oleh Roze. Apa yang sudah dialami gadis kecilnya ini? Siapa yang berani membuatnya menangis? Biasanya anak inilah yang menyebabkan orang lain menangis.Apa pria tadi? Apa Ezra telah diapa-apakan oleh pria muda itu?

"Ezra, kamu sakit sayang? Sakit dimana, nak? Apa paman tadi menjahati Ezra? Ayo bangun, cerita sama bunda."

Roze memaksa tubuh kecil itu ke pangkuannya. Ezra terus sesegukan di dalam pelukan sang bunda.

"Ezra ...! Tumben kamu menangis, sayang ..."

"Bunda ... kapan ayah akan pulang? Apa bunda yakin ayah sedang sibuk bekerja?" wajah sedih Ezra menuntut jawaban dari bunda yang kini hanya membalas tatapannya tanpa mengatakan apapun.

"Bunda, ayahnya Arif juga bekerja di luar kota. Tapi Arif bilang ayahnya menelpon setiap hari."

Arif adalah anak tetangga yang ayahnya juga tidak di rumah karena alasan bekerja di luar kota. Bukan karena Arif mengatakan langsung pada Ezra, melainkan Ezra hanya mendengar sekilas saat anak tetangganya itu bercerita pada teman lain.

"Ezra, apa Ezra sangat merindukan ayah?" akhirnya sang bunda mulai bersuara. Ezra berubah sedikit tenang. Ia pun mengangguk.

"Bunda, Ezra sudah lelah menunggu ayah. Apa ayah memang tidak akan pulang?"

Deg deg, deg deg,

Roze merasa hatinya hancur saat setelah mendengarkan pertanyaan polos putrinya. Anak sekecil ini bagaimana bisa mengajukan pertanyaan yang mampu mengoyak perasaan? Roze merasa seolah dunia benar-benar tidak memihak padanya. Haruskah ia mematahkan hati putrinya yang memang telah rapuh? Menunggu selama ini ternyata telah membuatnya lelah. Ezra menunggu tanpa ada yang memintanya menunggu.

"Ezraaa, maafkan bunda, Nak ... bunda telah membuatmu menunggu tanpa kepastian."

Apa yang sedang bundanya rasakan, Ezra mungkin tidak mengerti. Tangan kecilnya menghapus airmata yang mengalir menggenangi pipi mulus ibunya itu. Dalam hatinya bertanya-tanya, bagian mana yang membuat bunda Roze bersedih, kenapa kini dirinya yang terlihat lebih sakit?

"Bunda, sorry karena membuat bunda sedih. Jangan sedih lagi, Bunda, Bunda tidak salah. Mulai sekarang Ezra tidak menunggu ayah lagi. Jadi berhentilah bersedih." tuturnya lembut.

"Sayang, sebenarnya ayah tidak akan pulang, Nak. Ayah ada di suatu tempat dan kita memang tidak bisa bersama dengannya."

Roze mulai menjelaskan dengan bahasa yang mudah di cernah oleh putrinya.

"Maaf ya sayang, selama ini Bunda berbohong." Roze kembali memeluk putrinya, memberinya pelukan terhangat berharap bisa mengalahkan api amarah milik anak kecilnya itu.

"Bun, Ezra, ini minum dan sudahi drama menyedihkan ini." seperti biasa Daniel memang lebih dulu bertindak. Menyaksikan bunda dan kakaknya menangisi pria itu membuatnya merasa tak suka. Lagi pula untuk apa menangisi orang yang sedang bahgia dengan hidupnya? Hanya membuang energi positif. Itulah yang anak tampan itu pikirkan.

"Niel. Duduklah di sini." bunda Roze menepuk tempat disebelahnya. Ketiganya kini duduk bersebelahan dengan posisi Roze ditengah keduanya. Dipeluknya kedua anak itu bersamaan masing-masing dengan tangan kanan dan kiri.

Situasi ini tidak pernah terjadi sebelumnya. Suasana haru hampir tidak pernah terjadi dalam keluarga kecil ini.

"Sayang, kalian memang tidak bisa memiliki ayah kalian. Tapi ... dimana pun ayah berada, dia tetap ayah kalian. Kalian tidak boleh membencinya. Jangan ada perasaan benci dalam hati anak-anak bunda terhadap siapapun, oke?"

"Bunda, kenapa ayah meninggalkan kita?" mungkin masih penasaran, Ezra masih bertanya dan berjanji ini adalah pertanyaan terakhirnya tentang ayah.

"Ezra, Niel," terus diusapnya kepala dua anak itu. Baik, inilah waktunya untuk mengatakan yang sebenarnya meski mungkin tidak semuanya.

"Sayang ... dengar dan ingat ini baik-baik Nak, ketika seseorang telah dewasa, mereka bebas memilih. Ayah punya pilihan yang lebih baik untuk hidupnya, dan itu bukan bersama bunda."

.

.

Bestie... yuk bisa yuk lemparin bunga kek🤭

Aku menantikan apapun dari kalian😁

Terpopuler

Comments

Rusiani Ijaq

Rusiani Ijaq

😭😭😭 sedihhhh

2024-03-17

2

stela

stela

😭😭😭😭

2023-03-25

0

Alya Yuni

Alya Yuni

Ezra nnti kau besar bru ksu tau ap yg trjdi
jdi ank it jngn buat ibumu mrah ikuti kata ibumu

2023-03-25

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!