Kekuatan Nitizen

DEMI KALIAN. Ini satu part lagi. yuk gass.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Moment ulang tahun Sekolah Merpati sebentar lagi akan tiba. Semua siswa berkumpul di ruang serbaguna untuk diberikan pengumuman tentang persiapan acara. Nana Park ditunjuk sebagai perwakilan dari seluruh siswa/siswi untuk membaca pidato nantinya. Nama Nana terpilih bukan hanya sekedar tunjuk, tapi alasan utamanya adalah ayah Nana, Jevander Park adalah penyokong utama dalam acara ini. Boleh dibilang, acara kali ini adalah miliknya. Selain sebagai pembaca pidato, Nana Park akan tampil mempersembahkan kebolehannya dalam bernyanyi dan menari balet.

Aku tidak akan biarkan itu terjadi.

Ezra mengepal kedua tangannya erat dengan seringai jahat saat semua peserta didik tengah bertepuk tangan mendukung Nana.

Banyak peserta didik terlibat dalam acara, rata-rata mereka yang merupakan anak sultan dengan berbagai jenis pembayaran yang sudah orang tua mereka berikan untuk sekolah ini. Maka tidak heran jika nama Ezra tidak tercantum untuk satu tugas pun.

Orang itu pasti sangat bangga karena putrinya menonjol hampir di segala bidang. Hah! Benar-benar membuatku iri. Ezra mulai membujuk hati dan pikiran jahatnya untuk menyusun sebuah rencana kecil.

.

.

Di posisi lain, Daniel sedang berada di ruang kepala sekolah. Dalam hati ia bertanya-tanya apa gerangan dia tiba-tiba dipanggil.

"Apa? Wawancara?"

Dua orang tamu yang kini duduk bersama dalam ruangan kepala sekolah menyampaikan maksud dan tujuan mereka bertemu Daniel. Keduanya datang dari perusahaan media yang tentu saja ingin melakukan wawancara eksklusif dengan remaja yang sedang virral ini.

Karena ulah nakal nitizen, Daniel mulai dilirik oleh banyak pihak, termasuk berbagai label agensi besar keartisan.

Memiliki ketampanan maksimal, tubuh tinggi, kulit cerah putih kemerahan membuatnya disukai banyak orang terlepas dari ketidakgengsiannya berdagang tisu.

Ingin menolak, tapi Daniel tertarik dengan bayaran yang sudah ditawarkan padanya tanpa basa basi.

Setelah berpikir sejenak, Daniel pun mengiyakan.

Tiba di kelas, Erwin mengintrogasi Daniel dengan wajah teramat sangat penasaran.

"Aku akan melakukan wawancara. Kuharap kalian semua tidak menonton."

Kalimat itu menuai tawa seluruh penghuni kelas. Daniel yang tidak banyak bicara tapi tetap terlihat keren, semua teman menyukainya. Mereka bahkan menggodanya dengan berbagai lelucon receh.

.

Kondisi dan situasinya sudah tidak tertolong. Dahsyatnya kekuatan nitizen menghantarkan Daniello Moza duduk di kursi eksklusif sebuah perusahaan media.

Wawancara siap dimulai.

Tentu saja Daniel harus menjawab beberapa pertanyaan.

Pertama-tama, Daniel diminta untuk menyebutkan nama lengkapnya ke arah kamera.

"Nama saya ... Daniello Moza."

Remaja itu terlihat ragu memperkenalkan dirinya kepada publik. tapi ... sudahlah.

Pertanyaan kedua seputar keluarga, jika berkenan. Sesungguhnya, ini juga hal yang ingin diketahui oleh para nitizen budiman seindonesia.

"Saya punya satu kakak perempuan dan satu adik laki-laki. Kami hanya punya bunda, dia seorang dokter anak."

Daniel sengaja tidak menyebutkan siapa nama anggota keluarganya. Biarlah itu menjadi rahasia, pikirnya.

.

.

"Jemput anak itu."

Setelah berembuk selama tiga hari berturut-turut tentang siapa model remaja untuk perusahaan 'Park Fashion' musim ini, semua pihak mengatur strategi pemasaran dengan cara endorsement atau menggunakan tokoh yang sedang terkenal untuk ajang promosi trand fashion musim terbaru dari perusahaan mereka.

Jevan memberi perintah kepada sekertaris dan Manager devisi periklanan perusahaannya untuk bergerak cepat mendapatkan remaja yang sedang virral di seluruh media sosial itu.

"Tunggu! Siapa nama anak itu?"

Jevan bertanya pada asistennya setelah kepergian sekertaris dan manager periklanan.

"Daniello Moza, Pak." jawab sang asisten.

Apa dia adalah anak itu? Teman kecil Arven yang dia buru seperti orang gila?

Jevan menyebutkan nama Roze Moza dan Daniel Moza secara bergantian dengan mulutnya.

Tidak ada yang kebetulan di dunia ini. Dia pasti Daniel putranya Roze.

Benar sekali. Setelah membandingkan wajah Roze dengan remaja virral itu, Jevan menumukan kemiripan yang sangat jelas pada wajah keduanya.

Roze, aku akan bekerja sama dengan putramu. Kuharap kau tidak keberatan.

Jevan merasa legah dan bahagia yang tidak ia tampilkan.

Dalam wawancaranya Daniel menyebutkan bahwa dirinya tidak memiliki ayah.

Roze sudah menjanda sekarang. Astaga... Kenapa aku merasa bahagia memgetahui hal ini.

Kembali Jevan bekerja dengan semangat.

.

Setelah diterpa oleh berbagai pertanyaan, termasuk soal berdagang tisu padahal ibunya seorang dokter, Daniel sudah menjawab semua yang dia ingin orang lain tahu. Namun alasan utama tentang kondisi adik kembarnya tidak ia publikasikan. Biarlah dirinya saja yang menjadi konsumsi publik, pikirnya.

Keluar dari ruang wawancara itu Daniel kembali dibuat terheran oleh pihak dari beberapa agensi yang datang menyapanya, menawarkan berbagai kontrak dengan keuntungan yang menggiurkan.

Kenapa hidupku jadi begini?

Saat di wawancara yang sudah berlalu Daniel sudah menjawab pertanyaan seputar terjun ke dunia entertainment seandainya ada pihak agensi yang tertarik untuk merekrutnya. Ia menolak dengan sopan jika dirinya tidak bersedia terikat oleh pihak agensi manapun.

Dunia hiburan? Hah! Sekedar menghibur diri sendiri saja aku tidak berbakat, bagaiaman mungkin bisa menghibur orang lain? Daniel terkekeh dalam hati, memikirkan kekonyolan yang sedang ia hadapi.

Tiba di lobi gedung itu, Daniel kembali mendapat kejutan. Seperti rombongan semut, orang-orang datang berbondong-bondong minta foto bersama. Dengan berat hati Daniel berpose dengan rombongan secara bergantian.

Kenapa aku diperlakukan seperti orang yang telah berjasa besar?

Pihak perusahaan melayani Daniel dengan sangat baik sampai anak itu masuk ke dalam mobil dengan selamat setelah berpose dengan fans beratnya.

.

Di rumah sakit.

Roze tercekat menatap layar televisi yang terpasang di lobi. Mimpi apa semalam sampai-sampai perusahaan media mewawancarai putranya?

Ini semua gara-gara dagang tisu.

Roze tidak melewatkan siaran itu sedikitpun.

Putraku tiba-tiba saja terkenal. Dia pasti kebingungan. Roze sangat paham akan bagaimana putranya.

.

Di ruangannya, Darriel tengah menonton saat kakak kembarnya berjalan diiringi beberapa staf yang melindunginya dari kerubungan fans yang mengejarnya.

"Kak, kau terlihat keren sekarang. Bagaimana rasanya menjadi artis?"

Darriel terus menscrool beranda tiktok dari ponselnya. Wajah tampan kakaknya itu tidak berhenti muncul dari beberapa akun yang berbeda. Sangat ramai diperbincangkan, Darriel bersyukur bahwa Daniel tidak mendapatkan hate coment disana. Mungkin ada saja, namun Darriel belum menemukannya.

Darriel menoleh ke arah pintu ketika seseorang mengetuk dan masuk tanpa dipersilakan.

Bukan seorang dokter, bukan juga seorang perawat. Darriel merasa sangat asing dengan orang ini.

"hai, Darriel!" sapa orang itu.

"Paman siapa?"

"Perkenalkan, aku paman Jungki."

"Paman mengenalku? Atau ..."

"Aku mengenalmu. Aku juga mengenal semua anggota keluargamu."

"Apa paman adalah teman kencan bunda?"

Jungki terkesiap. Ketiga keponakannya sama saja, kesan pertama saat pertama kali bertemu dengannya selalu mengira bahwa dirinya sedang mengincar bunda mereka.

"Aku adalah pamanmu. Satu-satunya." ucap Jungki, bangga.

"Pamanku? jangan berbohong. Bunda tidak punya siapa pun selain kami."

"Bagaimana kalau ternyata bundamu punya seorang adik laki-laki?"

Darriel menghembuskan napasnya panjang.

"Lalu kenapa paman mendatangiku? Kenapa tidak pergi ke bundaku?"

"Karena kedatanganku adalah rahasia. Aku tahu kau bisa bekerja sama jadi aku mendatangimu."

"Paman, waktuku tidak banyak. Aku tidak ingin main rahasia-rahasiaan seperti bocah. Silakan pergi, aku tidak ada waktu meladenimu."

Darriel yang biasanya ceria, berubah sikap menjadi sedikit dingin.

"Bagaimana kalau aku memiliki sesuatu yang menarik untukmu?"

"Apa itu? Paman mau bilang tentang ayahku?"

Luar biasa. Jungki terdiam. Anak ini mampu membaca pikiran orang.

"Aku tidak tertarik. Aku sudah tidak lagi berminat pada orang itu."

"Darriel, bagus kalau kau punya pendirian kuat dalam dirimu. Paman salut dengan itu."

Ponsel Jungki memberi tanda pesan.

[Paman, Ezra kembali. Apa masih mengingatku?]

Akhirnya dia sadar perlu menghubungiku. Jungki tersenyum membaca pesan Ezra.

Meski hanya membaca pesannya, Jungki dapat merasakan ada aura mencekam disana. Ia menebak bahwa gadis kecil itu telah tumbuh menjadi remaja dingin dengan level keberanian yang lebih meningkat.

Jevander Park, haruskah kekacauanmu dimulai, sekarang?

.

.

Bagaimana? Apa ini cukup bestie?

Semangat dong.. Oia, bagi yg udah ngirim dukungan, makasi makasi makasi. keberkahan akan selalu memyertai kalain.🥰

Terpopuler

Comments

Sweet Girl

Sweet Girl

Kecil menurut mu Ezra... tapi menggemparkan.

2024-02-07

0

anjelll124

anjelll124

bagaimana seorang perempuan seperti itu padahal bundanya kerja keras dalam mendidik tapi malahh iri anaknya

2023-09-29

0

shadowone

shadowone

🤣🤣🤣🤣🤣

2023-08-31

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!