Mengincar Bundaku?

"Bunda, tidak perlu bersedih. Ayah mungkin tidak menyayangi Bunda, tapi kami akan selalu mencintai bunda. Ayo lupakan apa yang sudah terjadi di masa lalu." Daniel mengusap air mata sang bunda dengan jari-jari mungilnya sementara Ezra sudah terlelap dalam mimpi setelah kelelahan menangis.

"Sayang, trima kasih karena kamu selalu mengerti Bunda, Nak. Ini pasti sulit bagimu untuk terlihat lebih dewasa dari usiamu. Bunda beruntung punya kamu, sayang."

"Ya, Bunda sangat beruntung memiliki aku. Akan kubuktikan saat besar nanti aku akan menggantikan Bunda mengambil tanggung jawab penuh di keluarga ini. Seperti kataku, bunda hanya perlu bernapas untuk tetap hidup. Ezra, Dariel sama Bunda, aku akan mengurus kalian bertiga." tuturnya penuh percaya diri seperti ada angin baik yang merasukinya, si acuh sangat banyak bicara.

"Sayang, kamu jangan lupa, Ezra itu kakakmu sayang, kamu harus memanggilnya kakak. Ezra, dia yang bertanggung jawab di bawah bunda. Dia akan mengurusmu karena dia kakakmu. Hmm," Roze berusaha tersenyum.

"Seharusnya Bunda melahirkanku lebih dulu. Anak ini menindasku mengatasnamakan dirinya seorang kakak, sementara aku tidak boleh melawan. Pokoknya aku yang akan memimpin keluarga biar Ezra tidak berani lagi bertindak sesuka hati lagi terhadapku." si irit bicara itu seperti sedang mengungkapkan unek uneknya.

"uuuh, Daniel-ku sangat menggemaskan. Oke, bunda akan mengandalkanmu, jadi cepatlah besar ya Nak,"

Daniel hanya mengangguk dengan wajahnya yang kembali datar.

.

.

Di tempat lain, Jungki sedang berbaring terlentang di atas kasur empuknya sembari melamun. Kedua matanya terfokus pada lanngit-langit kamar, sementara pikirannya terus berterbangan ke mana-mana.

Ayah, sebenarnya apa yang telah terjadi di masa lalu? Kenapa ayah hanya memantau kak Roze dari kejauhan? Kenapa ayah dan anak harus terpisah?

Jungki merasa sangat senang mengetahui bahwa ia memiliki seorang kakak perempuan meskipun berbeda ibu. Namun sayang, untuk saat ini ia tidak boleh megatakan yang sebenarnya.  Saat tengah memikirkan semuanya, kembali ia teringat akan keponakan kecilnya.

Ezra pasti sangat sedih setelah melihat ayah yang dia tunggu selama ini rupanya memiliki anak perempuan lain. Pria brengsek itu, bisa-bisanya dia menitip benih di rahim kakakku tanpa niat bertanggung jawab?

Api-api amarah terasa menyala saat memikirkan kenyataan di masa lalu, dimana kakak perempuannya itu ditinggalkan begitu saja dan Jevan malah memilih wanita lain untuk dinikahi, membiarkan Roze berjuang sendirian untuk ketiga anak itu.

Kakak pasti sangat sedih saat ditinggalkan. Dia bahkan tidak punya siapapun disisinya.

Jungki dan Jevan tidak pernah terlibat dalam situasi tegang sedikitpun. Keduanya cenderung bekerja sama dengan baik sebagai rekan bisnis. Meski terpaut usia 5 tahun, baik Jungki maupun Jevan bisa dibilang sangat akrab karena sudah terbiasa sejak bertemu dalam setiap kerja sama bisnis selama beberapa tahun belakangan ini. Bahkan kini keduanya bekerja di kantor yang sama dengan jabatan yang berbeda.

Tunggu saja Jevan Park, akan kubuat kau dihukum oleh anak-anak itu.

.

.

Sepulang dari bioskop, dengan rasa penasaran tinggi Jevan merencanakan pertemuan empat mata dengan Arven, keponakannya. Bertemu tak sengaja dengan masa lalunya hari ini benar-benar menyita pikirannya. Setelah membujuk anak itu dengan setengah mati akhirnya Arven mengikuti permintaan sang paman untuk menginap bersamanya dan Nana malam ini.

"Apa temanmu yang namanya Daniel itu juga hadir di acara ulang tahunmu besok?"

Jevan memulai pembicaraan. Keduanya kini berada di kamar berdua saja.

Arven menjawab 'ya' seraya mengangguk.

"Apa kau kenal ayahnya? Siapa nama ayahnya?"

"Ayahnya sama seperti papaku paman, ayahnya sangat sibuk bekerja. Kata Daniel ayahnya tinggal di luar negeri."

"Luar negeri? Di negara mana?"

Arven menggeleng. "Daniel sangat pendiam, paman. Dia tidak mengatakan dimana itu. Kenapa? Apa paman juga tertarik untuk berteman dengannya?"

"Boleh juga, tidak ada salahnya kalau paman berteman dengan temanmu, ya kan?"

Arven kembali mengangguk dengan wajah sumringah.

"Lalu, apa kau tau di mana alamat rumahnya?"

"Tidak tahu." Arven menggeleng.

"Terus, kau tahu tentang bundanya?"

"Bunda Daniel seorang dokter anak." Arven menoleh curiga pada pamannya. "Apa paman menyukai bunda-nya?"

"Hei! Mulutmu ini jangan asal bicara." elak Jevan.

"Lalu kenapa paman bertanya tentang bundanya? Apa paman mau bernasib sial?"

Jevan terperanga tak percaya. Apa maksud bocah ini? "bernasib sial? Apa maksudmu?"

"Paman ingat laki-laki menyebalkan yang mendekati mama-ku? Wajahnya hancur dipukul papa. Kalau Paman berani dekati bunda-nya Daniel Paman akan habis ditangan ayahnya."

Bocah tampan ini, wajah polosnya menjelaskan peristiwa yang telah lalu dengan wajah serius. Arven sangat tidak ingin adik mama-nya ini mengalami hal yang sama jika mendekati istri orang lain. Apa lagi hal ini berurusan dengan  keluarga Daniel.

Jadi kau sudah sangat bahagia dengan hidupmu, Roze? Jevan menyentuh dadanya.

Kenapa perasaanku rasanya tergangu? Memikirkan kebahagiaanmu terasa menyakitkan. Padahal akulah yang mengucapkan selamat tinggal.

Jevan menyelimuti Arven yang sudah terlelap lalu menyusul anak itu ke alam mimpi.

.

.

.

Keesokan harinya . . .

Hari Sabtu adalah hari libur sekolah. Sangat menyenangkan bagi anak-anak yang menyukai tidur lama agar bisa bangun terlambat. Namun berbeda dengan Daniel, anak itu tetap bangun lebih awal seperti biasanya. Pukul 6 pagi Daniel sudah bermain basket di lapangan basket yang tidak jauh dari tempat tinggalnya. Ia tak peduli jika harus bermain sendirian ataupun bersama teman.

#Jangan berpikir Daniel memainkan bola basket besar yang berbobot 1 kg. Anak itu memiliki bola basket ukuran anak-anak seusianya.#

Setiap Sabtu pagi biasanya Daniel hanya bermain seorang diri. Jika Darriel tidak sedang dirawat maka adik kembarnya itulah yang menemaninya di lapangan meski hanya jadi penonton. Jujur, Daniel lebih suka bermain di pagi Sabtu dari pada sore hari. Mengapa? Karena jika sore hari teman-temannya di komplek ini selalu di jemput oleh ayah mereka saat waktunya pulang. Tak dapat dipungkiri ada perasaan iri ketika melihat teman-teman dijemput oleh ayah mereka bahkan kerap bermain basket bersama.

Daniel tak pernah berandai-andai punya ayah, hanya saja hati kecilnya sesekali merasa terusik ketika melihat kedekatan teman-temannya dengan para ayah mereka.

Memikirkan tentang itu Daniel teringat akan kesedihan bunda dan tangis frustasi kak Ezra ketika membahas tentang ayah. Orang yang baru ia ketahui sebagai sosok laki-laki yang seharusnya bertanggung jawab untuk keluarga kecilnya ternyata seorang pria sukses dan memiliki segalanya serta sangat menikmati hidup bahagia bersama keluarganya sendiri di luar sana, sementara bunda bekerja keras sendirian mengurus Darriel yang entah kapan akan sembuh.

Huf huf huf.

Daniel duduk dengan kaki selonjoran setelah lelah bermain. Keringat membasahi sekujur tubuhnya. Duduk sendirian ditemani bola yang ia letakkan disebelahnya, kedua tangan sebagai penyanggah punggungnya.

Menghapa ada orang jahat seperti Jevan Park? Apa yang tidak dia sukai dari bunda-ku? Kenapa bunda harus ditinggalkan?

Aku berjanji, aku tidak akan menyusahkan bunda selama aku hidup. Bunda sudah sangat lelah dengan perilaku buruk kak Ezra dan Darriel yang sakit-sakitan. Aku tidak boleh menambah beban bunda.

Drepp.

Seseorang tiba-tiba saja duduk di sebelah Daniel dengan ekspresi wajah bersahabat.

"namamu Daniel, kan?" orang itu mengulurkan tangannya untuk berkenalan namun diabaikan oleh Daniel. Anak kecil yang terlihat menyebalkan.

"Panggil aku paman Jungki." sambungnya kemudian. Daniel hanya membisu.

"Kau suka basket ya, pantas tubuhmu cepat tinggi." paman di sebelahnya tak berhenti mengoceh seolah mereka sudah lama akrab. Daniel benar-benar tidak tertarik dengan tipe orang semacam ini.

"Masih kecil tapi kau bersikap sangat dingin. Kau benar-benar mirip ibumu, bocah."

"Sebelumnya anda mendekati Ezra. Pagi ini mendatangiku. Apa Anda mengincar bunda-ku?"

Raut wajah Jungki yang tadinya ramah, berubah seketika. Dan Daniel menganggap perkataannya barusan sudah tepat sasaran.

.

.

Semangat ah, satu lagi tar sore ya... Awas loh klo ga dipantengin🤭

Terpopuler

Comments

Rusiani Ijaq

Rusiani Ijaq

sangat menarik

2024-03-17

0

Sweet Girl

Sweet Girl

hmmm kenak luuuu

2024-02-07

0

Sweet Girl

Sweet Girl

bwahahahaha kasihan deh... dicuekin anak ketil....

2024-02-07

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!