9 Tahun Berlalu

Ya ampun thor... Cepet bgt sih 9 tahun.

Ya gitu deh, selamat membaca ya ...

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

"dr. Roze Moza, ini adalah hadiah ulang tahunmu."

Di ruangan direktur rumah sakit, Roze menerima sebuah amplop berwarna Putih.

"Hadiah? Terima kasih, Dok," ucapnya, mengira amplop itu berisi lembar-lembar uang merah.

Ya, hari ini adalah usia Roze yang ke 40.  Meski telah mencapai angka 4 tapi Roze masih terlihat fresh dan awet muda.

Banyak hal telah terjadi selama 9 tahun terakhir ini. Anak-anak tumbuh dengan baik dalam pengawasan Roze sebagai single mother untuk ketiga buah hatinya.

Di usia ke 40 ini, Roze tidak pernah berharap akan dimutasikan kembali ke rumah sakit pusat yang beroperasi di ibu kota.

Kembali ke tempat itu lagi tidak menutup kemungkinan ketiga anaknya akan kembali merasakan luka lama yang telah sembuh.

Roze beserta anak-anaknya sudah sangat nyaman dengan suasana kota kecil ini. Anak-anak sudah tumbuh menjadi remaja yang ceria dan bahagia.

Ya, walau pun Daniel tetap dengan mode dinginnya, serta Ezra si pemarah dan sensitif, tapi ketika bersama bunda, anak-anak itu akan bersikap manis.

Darriel, di usia 15 tahun ini kondisi kesehatannya masih begitu-begitu saja. Tapi keceriaan dan sikap ramahnya tidak pernah pudar sedikitpun.

“Pihak rumah sakit juga memikirkan tentang kondisi putramu.”

Kembali sang direktur mengemukakan pendapatnya karena Roze tak kunjung merespon tentang surat mutasi yang baru saja selesai ia baca.

“Kau pikirkan baik-baik, rumah sakit di pusat jauh lebih lengkap dan tentu sangat memadai untuk menunjang pengobatan putramu.”

Jika ini sudah menyinggung tentang Darriel, Roze akan cepat bergerak.

“Roze, iyakan saja demi Darriel.”

Roze menyemangati dirinya sendiri lalu menganggukkan kepala. “saya bersedia untuk kembali ke pusat, Direktur.” Ujarnya mantap.

Roze baru tiba di rumah menjelang malam. Anehnya, tidak ada sambutan dari ketiga remajanya itu, semua lampu dalam keadaan mati.

“Riel, Niel, Ezra, bunda pulang.”

Saat hendak menyalakan lampu, sebuah lilin kecil berjalan ke arahnya ditemani lantunan lagu selamat ulang tahun. Suara ini, ini adalah suara Darriel yang menyanyi. Lalu ke mana kedua kakak kakaknya?

Di penghujung nyanyian itu lampu seketika menyala. Rupanya ketiga remaja berusia 15 itu berada di sana. Roze hanya melupakan dua hal, Ezra yang tidak pandai menyanyi dan satu lagi ada Daniel yang si pendiam dengan aura dingin sedingin es balok. Jangankan untuk menyanyi, Daniel bahkan sangat jarang berbicara jika bukan hal penting.

“trima kasih anak-anak bunda,” ucap Roze dengan nada setengah bergetar. Rasa haru ini tidak tertahankan lagi. Roze ingin menangis.

Darriel adalah orang pertama yang memeluk Roze. Dengan air mata berlinang dia mengucapkan terima kasih pada sang bunda, atas perjuangan bundalah dia masih bertahan sampai detik ini.

Keduanya menangis bersama dan saling memeluk.

“bunda yang berterima kasih karena kau mau bertahan sejauh ini, sayang ...”

Ezra Daniel hanya berdiam di tempat. Sampai akhirnya Roze meminta mereka untuk mendekat untuk saling berpelukan.

“Bunda, kita sudah sama-sama besar. Bukan lagi anak-anak teletubies yang bisa berpelukan kapan saja.” Ujar Ezra, menolak. Daniel terlihat mengangguk.

Dua anak itu memang sangat kaku dalam mengungkapkan perasaan. Tidak seperti Darriel yang tidak segan untuk mengungkapkan rasa sayang.

“Bunda akan mengumumkan satu hal penting.”

Roze mengajak ketiga anaknya itu untuk duduk di sofa ruang keluarga.

Anak-anak terlihat serius.

“bunda akan pindah tugas di rumah sakit pusat.”

“jadi kita akan kembali, Bun?” tanya Ezra.

Roze mengiyakannya dan tidak lupa menanyakan pendapat ketiganya.

.

.

Tiga hari kemudian, Roze dan ketiga remajanya itu benar-benar meninggalkan kota kecil yang sudah 9 tahun mereka tempati, mengukir banyak kenangan indah dan kota ini juga telah memberi mereka warna yang berbeda sehingga mampu menghapus keinginan putra – putrinya tentang bertemu dengan orang bernama ‘ayah’. Masing-masing dari mereka menyimpan kenangan tentang ayah di dalam hati saja. Namun yakinlah, Daniello tidak sama. Remaja itu tidak menyimpan kenangan apa pun tentang seorang ayah.

Jika guru atau teman bertanya tentang ayah padanya, Danel hanya menjawab dengan singkat, “aku tidak tahu, sebab saat aku dilahirkan, ayah tidak di sampingku.”

Bahkan saat ada yang menyebutnya sebagai anak yang lahir di luar nikah, Daniel tidak peduli sebab hal itu tidak penting baginya.

Berbeda kisah jika yang ditanya adalah Ezra. Jangan sekali-sekali coba mempertanyakan statusnya, apalagi menyebutnya sebagai anak haram, tanpa ayah atau sebagainya.  Sudah beberapa kali kaki jenjangnya mendarat di kepala teman yang sengaja mengusilinya. Pemilik sabuk hitam tekwondo itu tanpa segan mengeluarkan jurusnya jika ada yang sengaja mengusilinya.

Berbicara tentang sabuk hitam, Ezra sendiri yang mendaftar dan menekuni ekstrakurikuler bela diri itu meski sang bunda tidak mengizinkannya. Mengapa Roze tidak memperbolehkan putrinya itu semata karena menilai sisi jahat sang Ezra. Tidak perlu ilmu bela diri saja anaknya itu sudah sering berulah dengan berani.

“Daddy, I’m coming.” Bisik Ezra dalam hati ketika pesawat mulai mendarat. Rupanya ... anak ini tidak benar-benar melupakan masa kecilnya.

“Aku sudah besar, ayah ... apa hidupmu nyaman dan bahagia bersama mereka yang kau pilih? Maaf, aku akan datang untuk mengacaukannya.” Senyum menakutkan tersungging di bibir manis Ezra.

Fasilitas baru telah disediakan. Roze dan ketiga remaja kembarnya tinggal menikmati saja.

Rumah minimalis yang memiliki 3 kamar tidur cukuplah untuk keempatnya. Daniel bersama Darriel tinggal di kamar yang sama, sedangkan Ezra dan Roze menempati masing-masing kamar.

Daniel didaftarkan ke sekolah SMA negeri, sedangkan Ezra dengan keras kepalanya memilih sekolah elite yang biayanya tentu saja tidak bisa dikatakan murah. Namun seolah nasib baik berpihak padanya, Ezra diterima dengan beasiswa penuh dengan disponsori oleh rumah sakit dimana ibunya mengabdi, tentu setelah mengikuti berbagai tes. Itulah yang melegakan Roze.

Tidaklah mudah bagi Ezra untuk duduk bersama dengan siswa siswi kalangan atas. Namun karena otaknya yang cerdas, sekolah itu membuka pintu yang luas baginya.

Untunglah Ezra belum membuat track record buruk selama belajar di SMA yang sebelumnya, jadi sifat aslinya sama sekali tidak diketahui oleh siapa pun.

.

.

“Perhatian, semuanya ... kita sdang kedatangan seorang teman baru. Nak, silakan perkenalkan dirimu.”

Ezra memasuki ruang kelas barunya dengan penuh percaya diri.

“Hai, semuanya ... nama saya, Ezralia Moza. Panggil saja, Lia.”

Ezra memperkenalkan diri dengan singkat. Sengaja dia hanya menggunakan potongan ujung nama-nya sebagai nama panggilan.

“Hai, Lia. Senang bertemu denganmu."

Ada satu siswa yang menatapnya dengan rasa kagum, seolah sedang kejatuhan bidadari dari langit ketujuh. Sangat cantik siswi baru ini baginya.

.

Di sekolahnya, Daniel mendapat sambutan hangat. Semua siswi menyukai pesona tenangnya. Sudah tampan, putih, bersih, wangi pula. Hanya saja, kepintarannya belum teruji.

Di jam istirahat, teman-teman mengerumuninya bak seorang artis. Ada -ada saja yang mereka tanyakan padanya. Mulai dari alamat, hobi, pekerjaan orang tua bahkan akun media sosial.

Sayangnya ... Daniel tidak memiliki akun media sosial kecuali nomor whatsapp.

.

Roze mendatangi rumah sakit untuk membawa surat pengantarnya serta di perkenalkan kembali pada seluruh staf rumah sakit tersebut.

Saat berjalan ke luar, ia tak sengaja tersenggol oleh seseorang secara tidak sengaja, membuat ponsel ditangan Roze terjatuh.

Orang itu mengucapkan maaf lalu kembali melangkah tergesa. Roze hanya memakluminya saja. Ia pun memungut kembali ponselnya. Pada saat yang sama, seseorang juga meraih ponsel tersebut.

“Roze, ini kau?”

Jevander Park. Meski telah bertahun-tahun tidak bertemu, Jevan masih mengenal wajah Roze yang tidak berubah sedikit pun menurutnya.

Roze hanya memberi senyuman kecil. Inilah risiko kembali ke kota ini, sedikit banyak akan bertemu dengan masa lalu.

“Roze bisa kita bicara?”

Meski banyak alasan untuk menolak, Roze tetap mengiyakan ajakan Jevan. Mungkin saja ada hal penting untuk dibicarakan setelah sekian tahun.

‘With You restaurant’

Jevan tidak tahu ada keberuntungan apa hari ini. Selain kondisi kesehatan sang ayah yang mengalami banyak kemajuan, di depannya hadir pula wanita yang sangat ia rindukan meskipun tidak pantas lagi mengakuinya terang-terangan.

“bagaimana kabarmu? Di mana kau bekerja? Selama ini ke mana saja? Apa anak-anakmu sehat?”

Jevan membuat pertanyaan beruntun.

“Seperti yang kau lihat. Aku baik-baik saja. Anak-anakku sehat.” Roze menjawab beberapa pertanyaan saja.

Jevan hanya memaklumi jika Roze tidak ingin menjawab pertanyaan lainnya. Memangnya apa hak Jevan ingin tahu keberadaan Roze selama ini?

“Oia, untuk kejadian dulu, aku minta maaf atas apa yang menimpa putrimu.” Ucap Roze. Masih merasa bersalah kepada Nana yang celaka karena kenakalan Ezra.

“masalah itu sudah selesai. Nana-ku baik-baik saja. Bagaimana dengan putrimu?”

“Dia juga baik.”

Wajah Roze memang tidak berubah, tapi tatapannya sangat dingin, tidak lagi ceria saat mereka bersama dulu.

“Roze, tentang yang terjadi dulu ...”

Jevan menahan pergelangan tangan Roze saat wanita itu berpamitan untuk pergi.

“Yang mana?” Roze melepaskan genggaman itu.

“aku minta maaf atas semua masa lalu kita dan meninggalkanmu begitu saja.”

“kau sudah meminta maaf. Tidak perlu di ulang. Kau pergi atas alasan yang sangat masuk akal dan tidak membuat aku kebingungan mengapa ditinggalkan.”

Roze pergi setelah merasa cukup mengatakan yang ingin dia katakan. Bernostalgia dengan pria ini hanya akan menambah konflik bagi kehidupan tenangnya.

Roze pergi melaju. Jevan pun memasuki mobilnya. Di dalam mobil pria itu memukul-mukul dadanya beberapa kali. Sesak.

"Aku sangat tersiksa bertahun-tahun merindukan istri orang. Astaga ... aku benar-benar tidak tahan lagi."

.

.

Besok lagi ya ....

Semangat yuk, jan lupa dukungannya...🤭

Terpopuler

Comments

Rusiani Ijaq

Rusiani Ijaq

itu karma buat mu, tp blm seberapa dibandingkan sakit hati dan rasa kecewanya Roze dan anak" nya

2024-03-17

1

Sweet Girl

Sweet Girl

lhaaaa mulai wes ....

2024-02-07

0

Sweet Girl

Sweet Girl

Amazing....

2024-02-07

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!