Seorang pria setengah baya sedang menatap intens lembar demi lembar beberapa foto.
Ternyata anak itu pergi ke negara asal ibunya. Apa yang kau pikirkan Roze?
Bukannya pulang ke Korea, ternyata Roze Moza pergi ke Indonesia dan menetap disana.
Lee telah kehilangan info tentang Roze setelah putrinya itu menyelesaikan study kedokteran di Amrik.
Wajah putrinya yang hanya bisa ia tatap dari kejauhan, putri kandungnya yang selalu ia abaikan, terpampang jelas di dalam lembar-lembar foto tersebut.
Pria berkebangsaan Korea ini dikenal dengan nama Mr. Lee. Ia merupakan ayah biologis dari Roze Moza. Namun, karena tidak mencintai Helena Moza wanita yang pernah menjadi teman ranjangnya, Mr. Lee tidak menikahi wanita itu meskipun benihnya telah tumbuh di rahim Helena. Lahirlah Roze tanpa menyandang embel-embel nama keluarga ‘Lee’.
Mengetahui bahwa Roze kini telah memiliki tiga bocah kembar tanpa suami, benar-benar menyayat hati Mr. Lee.
Tak bisa dibohongi, perasaan bersalah kini menuduhnya. Sebagai seorang ayah, ia tidak mampun menjaga putrinya sendiri.
Kau pasti sangat membenci ayah yang tak berguna ini, kan? Kau sengaja tidak pulang ke Korea karena membenci ayah. Roze, maafkan aku, Nak.
Mr. Lee mengusap kedua matanya yang kini berlinang.
"Nak, kau cari tahu, siapa ayah dari anak- anak ini."
Lee memberi perintah pada putra satu-satunya yang bernama Jungki untuk mencari tahu tentang masa lalu Roze, dengan siapa dia berkencan saat kuliah di Amrik.
"Baik Ayah," Jungki segera melaksanakan perintah dari sang ayah. Tak lupa Lee meminta putranya itu untuk merahasiakan semua dari Nyonya Lee, istrinya yang juga ibu dari Jungki, putra tampannya itu.
Dalam waktu tiga hari, Jungki kembali menghadap ayahnya membawa berita yang kini membuat darahnya terasa mendidih.
Jevander Park.
Putra dari Mario Park salah satu rekan bisnisnya, tenyata adalah ayah dari ketiga anak Roze.
"Ayah, kita juga tidak bisa langsung mengklaim hal ini. Kita perlu tes DNA ayah," Jungki berusaha menetralkan muka marah sang ayah.
"Kalau hanya dia yang terlibat dengan masa lalu kakakmu, maka dia pasti orangnya. Apa kau tidak melihat kemiripan anak-anak itu dengannya?"
"Iya, Ayah. Mereka memang terlihat mirip. Tapi anak-anak ini lebih mirip banyak dengan kakak. Lalu, apa yang harus kita lakukan? Jevan sudah punya keluarganya sendiri."
"Tapi dia sudah bercerai meskipun itu dirahasiakan. Ayah akan membuat ayahnya mengirim Jevan ke Jakarta."
Jungki mengangguk paham. Ia tahu betul, ayahnya benar-benar akan melakukannya.
"Jungki, kau pun bersiaplah untuk pergi. Ayah ingin kau menjaga kakakmu dan tiga cucu ayah itu."
.
Jevander Park.
Pria berwajah oriental Korea berusia 30 ini tiba-tiba harus pergi dan tinggal di Jakarta Indonesia atas perintah sang ayah, Mario Park.
Perusahaan Fashion milik Mario Park baru-baru ini kembali membuka cabang besar di Indonesia. Untuk itu, para pemegang saham kompak menunjuk Jevan untuk ditempatkan di Jakarta untuk menghandle langsung perkembangan perusahaan cabang tersebut. Jevan membawa serta putrinya juga.
.
.
Tin tin.
Roze hanya membunyikan klakson mobilnya tanpa perlu keluar saat menjemput si kembar di sekolah. Kedua anak itu bergegas saat tahu ibunya sudah datang menjemput.
"Niel, apa hari ini kakakmu tidak nakal?"
Pertanyaan bunda membuat Ezra memanyunkan bibirnya.
Roze memang meminta Niel untuk memgawasi kakak kembarnya selama di sekolah. Bagaimana tidak, baru hari ke dua di sekolah sudah ada dua teman sekelas mereka yang dibuat menangis oleh Ezra.
"Niel tidak begitu memperhatikan, Bun. Mungkin enggak, soalnya hari ini gak ada teman yang menangis." Lapor Niel, apa adanya. Kembali ia fokus membaca sebuah majala bisnis untuk mengusir kebosanan diperjalanan.
"Bagus, sayang. Bunda senang kalau kamu tidak nakal, hm?" Melirik Ezra dari kaca spion. Anak perempuannya itu melipat kedua tangan di atas perut, mengalihkan pandangan ke arah lain.
"Niel, majalah apa itu?" Tanya Roze. Ia merasa tidak membeli majalah apapun. Lagi pula, tidak terlihat seperti majalah anak-anak. Kali aja majala dewasa, kan bahaya bagi anak seusia Daniel.
"Majalah bisnis Bun," jawab Niel, singkat.
"Majala bisnis? Dari mana kamu dapat itu?"
"Tadi seseorang menjualnya."
Menjual majalah bisnis di lingkungan sekolah dasar? Aneh. Batin Rose.
"Kok beli majalah? Kamu gak jajan, Niel?"
Tidak ada jawaban dari anak itu.
JEVAN.
Ezra terbelalak setelah mengeja dalam hati tulisan yang familiar baginya pada majalah yang dipegang oleh Daniel. Spontan ia pun merebutnya. Niel terlihat kesal.
"Pinjam dulu Niel"
Ezra menegang memperhatikan wajah seseorang yang terpampang disana.
"Bunda, stop dulu Bun."
"Apa lagi sih Ezra?"
Roze merasa heran, putrinya yang sejak tadi terlihat diam dan memusuhinya tiba-tiba saja dengan antusias memintanya menghentikan mobil secara darurat.
"Bun, Bunda harus lihat ini!"
"Apa itu?"
Roze terlihat acuh dan ogah menghentikan mobil.
"apa bunda mengenal orang ini?"
Ezra membalik majalah tersebut menghadapnya kearah kaca spion agar bisa terlihat oleh bunda.
Shhhiiiiiiit!
"Aw!"
Dua bocah itu menjerit ketika kepalanya terhantuk akibat mobil yang mereka tumpangi berhenti mendadak.
"Bundaaaa!"
Keduanya kompak meneriaki Roze sebagai tanda protes atas apa yang mereka alami.
Dalam sekejap, yang katanya majalah bisnis itu berpindah ke tangan Roze. Kepala dan matanya terasa memanas melihat senyum Jevan disana.
"Bunda mengenal paman itu?"
Daniel bertanya dengan rasa penasaran. Tidak biasanya anak itu peduli.
"Tidak. Bunda tidak mengenalnya. Hei! Bunda kasih tau kalian berdua ya, jangan pernah sembarangan berbicara dengan orang asing. Mengerti?"
Kedua anak itu mengangguk patuh. Takut melihat wajah marah ibunya.
Roze berusaha menetralkan perasaan gugupnya dengan cara memarahi si kembar yang tak tahu apa-apa.
Roze menatap nyalang gambar Jevan.
Apa yang sudah diketahui anak-anakku? Kenapa mereka menanyakanmu? Apa ini? Dia akan berada di kota ini dalam waktu dekat?
"Bun, Bundaa!"
Roze tersadar dari pikirannya. "Maafkan bunda ya, bunda sedikit pusing. Kalian tidak apa-apa kan?"
"Oke, tak masalah Bun, bisa kembalikan itu?"
Daniel meminta kembali majalah miliknya, kembali fokus membaca. Lain hal dengan Ezra yang masih memikirkan orang yang bernama Jevan.
Aku harus menemukan paman itu. Kira-kira dia tinggal dimana ya?
"Niel, pinjem lagi majalahnya, boleh?"
Ezra kembali ingin merebut majalah itu namun tindakannya terhenti saat mendapatkan lirikan tajam Daniel.
"Enak aja, tunggu aku selesai"
"Oke, oke,"
Semua tentang paman itu pasti ada di majalah. Aku sangat yakin Bunda mengenalnya.
.
Di ruang rawat rumah sakit Barata Hospital.
Darriel sedang dalam perawatan rutin. Dengan laptop miliknya ia seperti sedang membaca sebuah artikel. Anak yang senantiasa terlihat riang itu kini menampilkan senyum ceria diwajahnya.
“hai boy!”
“Bunda?” tersenyum kearah bundanya yang baru saja datang menemuinya di sela pekerjaan si bunda sebagai dokter di rumah sakit ini.
“gimana kondisi anak bunda hari ini sayang?”
“biasa aja Bun. Oh ya, Bunda lihat ini.” Memperlihatkan sesuatu di layar laptopnya kepada Roz.
“Darriel sudah tau beritanya? Pantau berita tentang ayah tiap hari?” Roz duduk disebelah putranya. Menyandarkan kepala anak itu ketubuhnya.
Darriel memang selalu memantau berita tentang pria yang diketahuinya sebagai ayahnya itu. Hal ini adalah rahasia antar dirinya dengan sang bunda. Kedua kakak kembarnya tidak dibiarkan mengetahui hal besar ini. Danniel mungkin saja akan acuh. Tapi berbeda dengan Ezra. Anak itu pasti akan nekad mencari keberadaan ayahnya tersebut karena telah lama menunggu kepulangan ayahnya yang selama ini diketahuinya sedang bekerja di luar negeri.
“Bunda, keinginan besarku adalah bertemu sekali saja dengannya. Sepertinya akan segera terkabul, ya kan Bunda?” tatapnya penuh binar harapan.
.
.
Bersambung...
Trima kasih sudah membaca.
Jangan lupa dukungannya ya guyss
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Sweet Girl
Waduh... Sik cilik bacaane wes berat.
2024-02-06
0
Hasrie Bakrie
Triplets, beri pelajaran berharga tuk ayah kalian yg tdk bertanggung jawab
2023-06-13
0
Erna Nurhasanah
Mr. Lee meskipun gk cinta jg setidaknya nikah biar buat roze punya status aja, stlh itu cerai jg gpp... meski sayang tp bikin luka yg jadi trauma seumur hidup mh mending sedari awal gk usah bikin tau aj roze ttg ayahnya
2022-11-02
5