Mine
Aku sedang duduk santai di kamarku sambil membaca buku. Tapi hal itu sedikit terusik saat aku mendengar suara berisik di ruang tamu. Awalnya, aku sama sekali tidak ingin ikut campur. Mungkin itu hanya anak-anak yang bermain atau bisa jadi itu adalah keributan karena ibu panti sedang membereskan rumah. Entahlah, aku tidak terlalu memusingkan itu.
Hanya saja, keributan itu berlangsung cukup lama. Dan sepertinya aku sudah tidak sangup untuk sekedar menahan rasa penasaranku yang sudah memuncak.
Tanganku bergerak menutup buku bacaan dan meletakkannya di atas rak. Lalu berjalan keluar untuk melihat, keributan seperti apa yang terjadi di luar?
Dan, hal pertama yang retina mataku lihat adalah seorang lelaki dengan jas hitam sedang berdiri di depan buk Laras. Aku juga melihat kalau badan buk Laras bergetar, menandakan kalau wanita dengan usia sekitar 64 tahun itu sedikit takut pada lelaki berjas hitam tersebut.
Aku sama sekali tidak tau apa yang mereka bicarakan, hal itu karena jarakku dan mereka yang lumayan jauh. Aku berjalan ke arah buk Laras dan lelaki berjas yang sama sekali tidak aku ketahui namanya.
"Ada apa buk?" tanyaku saat sudah berada di samping buk Laras.
Sekilas ku lihat kalau lelaki itu sedikit menyeringai saat melihatku. Aku tidak tau pasti apa alasannya, tapi yang jelas sekarang buk Laras langsung menarik tanganku dan menyembunyikan aku di belakang tubuhnya yang sudah mulai menua itu.
"Apakah ini gadisnya?" tanya lelaki itu sambil menatapku lekat.
Sebenarnya aku sedikit risih saat mata lelaki itu sama sekali tidak berkedip saat menatapku. Tapi, sebisa mungkin aku tahan.
"Dia masih kecil Mr. Tolong berikan waktu kepada saya sebentar lagi," ucap buk Laras memohon.
Air mata buk Laras bahkan sudah turun sejak tadi. Tapi, aku sampai sekarang masih tidak tau ada apa? Buk Laras sama sekali tidak mengatakan apa-apa padaku. Jadi aku sama sekali tidak tau.
"Buk, sebenarnya ada apa?" tanyaku lagi. Rasa penasaran timbul seketika di benakku.
Buk Laras sama sekali tidak menjawab pertanyaanku. Dia malah berlutut di depan lelaki ini sambil menagis.
Aku yang melihat itu tentu saja sangat kaget, dengan cepat aku langsung menyentuh lengan buk Laras dan membantunya berdiri.
"Ada apa buk? Kenapa menagis? Dan, siapa lelaki ini?" tanyaku bertubi-tubi.
Badan buk Laras masih saja bergetar dan wanita tua itu menatapku dengan mata berairnya. "Waktunya sudah tiba Na," ucap buk Laras parau.
"Waktu apa buk? Sebenarnya dia siapa?" tanyaku sambil menunjuk lelaki yang berada di depanku ini.
Buk Laras tiba-tiba memelukku erat sambil terus mengatakan kata maaf dari mulut kecilnya. Aku masih belum paham apa yang terjadi? Tapi yang jelas sepertinya lelaki berjas ini bukanlah orang baik-baik. Terbukti dengan dia yang hanya diam saja dari tadi. Sebenarnya dia ini siapa?
Aku melepas pelukan buk Laras pada tubuhku. Lalu menatap lelaki itu dengan berani, ya memangnya apa yang aku takutkan? Sekarang ini aku sedang di rumahku sendiri. Tidak mungkinkan lelaki ini akan macam-macam?
"Sebenarnya kau ini siapa?" tanyaku sambil menatap lelaki itu dengan berani.
Aku dapat melihat kalau dia tersenyum mendengar pertannyaanku. Astaga, memangnya apa yang lucu dari pertannyaanku. Sepertinya lelaki ini sudah mulai gila.
Lelaki itu berjalan kearahku, aku sama sekali tidak takut padanya. Memangnya kalau badannya itu lebih besar dariku maka aku akan takut begitu? Tidak akan.
"Kau sangat manis baby," ucap lelaki itu dan membelai pipiku dengan pelan.
Aku menghempaskan tangan lelaki itu dengan kasar dan mengusap-ngusap pipiku. Aku sama sekali tidak suka mukaku disentuh-sentuh oleh lelaki yang tidak kukenal ini. Memangnya dia pikir dia siapa?
"Wahh kasar sekali," ucap lelaki itu dan terkekeh pelan.
"Kau itu siapa? Kenapa kau membuat buk Laras menagis?" tanyaku tajam.
Lelaki yang tidak aku ketahui namanya itu tertawa pelan. "Ayolah baby, aku sama sekali tidak membuatnya menagis. Aku hanya ingin menagih janjinya saja."
"Janji? Janji apa?" tanyaku bingung.
Aku menatap ke arah buk Laras yang juga menatap ke arahku. Dia menagis makin keras dari sebelumnya.
"Maaf kan ibu Na. Ibu sama sekali tidak ada pilihan lain. Maaf," ucap buk Laras sambil menggengam kedua tanganku erat.
Aku makin bingung dengan semua ini. Sebenarnya ada apa? Kenapa buk Laras minta maaf padaku? Memangnya dia salah apa? Aku menyentuh kepalaku yang mendadak pusing.
"Sudahlah baby, biarkan semuanya mengalir seperti air. Kau akan tau nanti, tapi sekarang ayo ikut denganku."
Selesai prolognya. Jadi gimana gusy? Seru nggak? Jangan luap tinggalin jejak ok? Dan mari kita lihat bagaimana kelanjutannya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Hastin Faradilla Hlf
aq hadir membawa boomlike kak ,,,
2020-12-14
1
Febriani
bookmark dulu. ntar lanjut baca
2020-09-05
1
Alvaro
Jangan pake kalimat kaya narasi lah thor
2020-08-31
3