Aku sedang duduk santai di kamarku sambil membaca buku. Tapi hal itu sedikit terusik saat aku mendengar suara berisik di ruang tamu. Awalnya, aku sama sekali tidak ingin ikut campur. Mungkin itu hanya anak-anak yang bermain atau bisa jadi itu adalah keributan karena ibu panti sedang membereskan rumah. Entahlah, aku tidak terlalu memusingkan itu.
Hanya saja, keributan itu berlangsung cukup lama. Dan sepertinya aku sudah tidak sangup untuk sekedar menahan rasa penasaranku yang sudah memuncak.
Tanganku bergerak menutup buku bacaan dan meletakkannya di atas rak. Lalu berjalan keluar untuk melihat, keributan seperti apa yang terjadi di luar?
Dan, hal pertama yang retina mataku lihat adalah seorang lelaki dengan jas hitam sedang berdiri di depan buk Laras. Aku juga melihat kalau badan buk Laras bergetar, menandakan kalau wanita dengan usia sekitar 64 tahun itu sedikit takut pada lelaki berjas hitam tersebut.
Aku sama sekali tidak tau apa yang mereka bicarakan, hal itu karena jarakku dan mereka yang lumayan jauh. Aku berjalan ke arah buk Laras dan lelaki berjas yang sama sekali tidak aku ketahui namanya.
"Ada apa buk?" tanyaku saat sudah berada di samping buk Laras.
Sekilas ku lihat kalau lelaki itu sedikit menyeringai saat melihatku. Aku tidak tau pasti apa alasannya, tapi yang jelas sekarang buk Laras langsung menarik tanganku dan menyembunyikan aku di belakang tubuhnya yang sudah mulai menua itu.
"Apakah ini gadisnya?" tanya lelaki itu sambil menatapku lekat.
Sebenarnya aku sedikit risih saat mata lelaki itu sama sekali tidak berkedip saat menatapku. Tapi, sebisa mungkin aku tahan.
"Dia masih kecil Mr. Tolong berikan waktu kepada saya sebentar lagi," ucap buk Laras memohon.
Air mata buk Laras bahkan sudah turun sejak tadi. Tapi, aku sampai sekarang masih tidak tau ada apa? Buk Laras sama sekali tidak mengatakan apa-apa padaku. Jadi aku sama sekali tidak tau.
"Buk, sebenarnya ada apa?" tanyaku lagi. Rasa penasaran timbul seketika di benakku.
Buk Laras sama sekali tidak menjawab pertanyaanku. Dia malah berlutut di depan lelaki ini sambil menagis.
Aku yang melihat itu tentu saja sangat kaget, dengan cepat aku langsung menyentuh lengan buk Laras dan membantunya berdiri.
"Ada apa buk? Kenapa menagis? Dan, siapa lelaki ini?" tanyaku bertubi-tubi.
Badan buk Laras masih saja bergetar dan wanita tua itu menatapku dengan mata berairnya. "Waktunya sudah tiba Na," ucap buk Laras parau.
"Waktu apa buk? Sebenarnya dia siapa?" tanyaku sambil menunjuk lelaki yang berada di depanku ini.
Buk Laras tiba-tiba memelukku erat sambil terus mengatakan kata maaf dari mulut kecilnya. Aku masih belum paham apa yang terjadi? Tapi yang jelas sepertinya lelaki berjas ini bukanlah orang baik-baik. Terbukti dengan dia yang hanya diam saja dari tadi. Sebenarnya dia ini siapa?
Aku melepas pelukan buk Laras pada tubuhku. Lalu menatap lelaki itu dengan berani, ya memangnya apa yang aku takutkan? Sekarang ini aku sedang di rumahku sendiri. Tidak mungkinkan lelaki ini akan macam-macam?
"Sebenarnya kau ini siapa?" tanyaku sambil menatap lelaki itu dengan berani.
Aku dapat melihat kalau dia tersenyum mendengar pertannyaanku. Astaga, memangnya apa yang lucu dari pertannyaanku. Sepertinya lelaki ini sudah mulai gila.
Lelaki itu berjalan kearahku, aku sama sekali tidak takut padanya. Memangnya kalau badannya itu lebih besar dariku maka aku akan takut begitu? Tidak akan.
"Kau sangat manis baby," ucap lelaki itu dan membelai pipiku dengan pelan.
Aku menghempaskan tangan lelaki itu dengan kasar dan mengusap-ngusap pipiku. Aku sama sekali tidak suka mukaku disentuh-sentuh oleh lelaki yang tidak kukenal ini. Memangnya dia pikir dia siapa?
"Wahh kasar sekali," ucap lelaki itu dan terkekeh pelan.
"Kau itu siapa? Kenapa kau membuat buk Laras menagis?" tanyaku tajam.
Lelaki yang tidak aku ketahui namanya itu tertawa pelan. "Ayolah baby, aku sama sekali tidak membuatnya menagis. Aku hanya ingin menagih janjinya saja."
"Janji? Janji apa?" tanyaku bingung.
Aku menatap ke arah buk Laras yang juga menatap ke arahku. Dia menagis makin keras dari sebelumnya.
"Maaf kan ibu Na. Ibu sama sekali tidak ada pilihan lain. Maaf," ucap buk Laras sambil menggengam kedua tanganku erat.
Aku makin bingung dengan semua ini. Sebenarnya ada apa? Kenapa buk Laras minta maaf padaku? Memangnya dia salah apa? Aku menyentuh kepalaku yang mendadak pusing.
"Sudahlah baby, biarkan semuanya mengalir seperti air. Kau akan tau nanti, tapi sekarang ayo ikut denganku."
Selesai prolognya. Jadi gimana gusy? Seru nggak? Jangan luap tinggalin jejak ok? Dan mari kita lihat bagaimana kelanjutannya
Jangan lupa vote ya gusy. Tekyu atas pengertiannya
"Sudahlah baby, biarkan semuanya mengalir seperti air. Kau akan tau nanti, tapi sekarang ayo ikut denganku"
Aku menatap bingung ke arah lelaki berjas itu. Apa dia bilang barusan? Aku ikut dengannya? Untuk apa? Aku bahkan tidak kenal dengannya.
Pertannyaan-pertanyaan tanpa jawaban itu terus berseliweran di kepalaku tanpa satu pun jawaban. Aku masih menampakkan wajah bingung.
"Buk sebenarnya ada apa ini? Tolong, jawab pertannyaanku! " tekanku pada buk Laras yang terus menagis sedari tadi.
"Maaf kan ibu na, ibu tidak bisa mempertahankan kamu. Semoga kamu baik-baik saja kedepannya. Tapi, satu hal yang jelas. Ibu benar-benar tulus sayang padamu," ucap buk Laras dan memelukku erat.
Aku sebenarnya masih belum paham apa maksut dari perkataan buk Laras ini. Hanya saja, melihat buk Laras yang sedari tadi sudah menagis, aku jadi tidak tega. Bagaimanapun juga dia ini sudah kuanggap sebagai orang tuaku sendiri.
"Sudahlah buk, jangan menagis lagi!" ucapku sambil menghapus air mata di wajah buk Laras yang sudah mulai mengkeriput.
"Saya tidak punya banyak waktu lagi, jadi sekarang lebih baik anda serahkan dia kepada saya," intruksi lelaki berjas hitam yang sedari tadi diam, melihat interaksi antara aku dan buk Laras.
Aku melirik dia sinis, memangnya dia fikir siapa yang akan ikut dia? Sekalipun dia adalah orang yang kaya. Aku tidak akan pernah mau ikut dengannya, memangnya dia fikir dia sehebat itu apa?
"Yak! Kau fikir siapa ha yang ingin ikut denganmu, "ucapku sambil menunjuk kearah mukanya. " Aku sama sekali tidak ingin ikut dengan orang sepertimu. " tekanku sekali lagi
Enak saja, kalau buk Laras takut padanya itu tidak papa. Tapi yang jelas, aku sama sekali tidak takut pada lelaki ini. Ini tubuhku, jadi aku sendirilah yang dapat menentukan ke mana aku akan pergi. Memangnya dia fikir dia siapa? Mafia? Pembunuh bayaran? Aku sama sekali tidak takut
"Anna, jangan berkata seperti itu," ucap buk Laras kaget dengan tindakanku. Ck, ayolah. Kenapa aku harus menahan diri di depan lelaki ini? Memangnya dia siapa coba? Gerutuku didalam hati.
"Hemm menarik," ucap lelaki itu sambil tersenyum kecil disudut bibirnya. "Ya, tentu saja. Gadis yang akan menjadi istriku tentu saja menarik."
"Apa maksutmu?" tanyaku bingung. Istri? Siapa istrinya? Tidak mungkin aku kan? Ayolah, ini bukan sinetron yang sering di tonton buk Laras setiap hari. Ini dunia nyata, tidak mungkinkan dia adalah orang yang menemukanku dulu, lalu dia memberikanku pada buk Laras untuk menjagaku sampai umurku genap 18 tahun, lalu ketika sudah sampai waktunya dia akan menggambilku lagi seperti sekarang. Ck, ayolah guys. Ini dunia nyata bukan dongeng timun mas. Hidupku tidak mungkin sedrama itu kan? Membayangkannya saja sudah mengelikan.
"Tentu saja dirimu Baby," ucap lelaki itu dan kembali mendekat ke arahku. "Sudahlah, jangan terlalu banyak protes. Lebih baik sekarang kamu ikut denganku," ucapnya lagi dan menggandeng tanganku.
"Yak, lepaskan aku. " teriakku sambil menyentakkan tangannya dari lenganku. Enak saja main tarik-tarik, aku bahkan belum mendengar penjelasan dari buk Laras.
Lelaki itu menatapku marah saat aku menolak ajakkannya. Terbukti dengan matanya yang begitu tajam melihatku. Tapi, persetan dengan itu semua. Aku sama sekali tidak takut.
"Sudahlah Anna, kamu ikut saja dengannya," ucap buk Laras yang masih terisak.
"Buk, tapi kenapa?" tanyaku bingung "kenapa aku harus ikut dengannya? Memangnya dia itu siapa? Tidak mungkin ayahku kan?" tanyaku tiba-tiba. Ya, walaupun mustahil kenyataanya. Tapi ada kemungkinankan kalau lelaki ini adalah ayahku, kalau dilihat-lihat dia juga sudah lumayan tua. Kalau kutebak umurnya mungkin sudah sekitar 30 tahunan, aku tidak salah kan?
Ya. Tapi, aku sedikit bersyukur ternyata disini tidak ada anak-anak panti. Kalau ada mereka pasti akan ribut dan mengusir lelaki ini karena ingin membawaku.
"Ibu tidak bisa menjelaskan nak. Tapi yang jelas ibu benar-benar sangat menyayangimu, " ucap buk Laras tulus.
"Ayo baby, ikut denganku," ucapnya dan merangkul bahuku untuk ikut dengannya.
Aku memberontak dengan berusaha melepaskan rangkulannya. Tapi, tentu saja tidak bisa. Ck, ayolah. Badan kami saja berbeda jauh, aku yang tingginya saja hanya sedada lelaki ini. Ditambah lagi badanku yang mungil ini, tentu saja tenagaku tidak cukup kuat untuk melawan lelaki ini.
"LEPASKAN AKU!" teriakku murka. Enak saja dia main menarikku sembarangan.
Tapi sepertinya dia malah menulikan telinganya dan terus menyeretku ikut dengannya. Aku masih bisa mendengar suara tangisan buk Laras, tapi anehnya kenapa buk Laras tidak mencegah lelaki ini membawaku?
*****
"Masuk," ucap lelaki itu setelah kami sampai di depan mobil Zenvo ST1 berwarna hitam miliknya.
Aku menatap lelaki itu tajam. Enak saja dia memerintahku, memangnya dia siapa? Dan bukannya masuk, aku malah memundurkan badanku menjauh dari jangkauannya.
"Masuk Anna," ucap lelaki itu sekali lagi.
"Aku tidak mau! " ucap ku tegas.
"Baik," ucap lelaki itu santai.
Aku pikir dia tidak akan memaksaku dan pergi. Tapi, itu semua jauh dari apa yang aku fikirkan. Lelaki itu malah mengendongku ala bridal stayle dan memasukkan aku ke mobil dengan paksa.
"APA YANG KAU LAKUKAN? LEPASKAN AKU!" teriakku murka.
Dan tanpa mau mendengar ucapanku, lelaki itu malah menutup pintu mobil ketika aku ingin keluar. Tentu saja hal itu membuat aku berdecak kesal.
Lelaki itu memutari mobil dan masuk ke kursi penumpang yang berada di sampingku.
"Jalan," perintahnya pada supir yang duduk di kursi kemudi.
Supir itu menjalankan mobilnya dengan cepat menjauh dari panti. Tentu saja aku bertambah kesal, apa-apaan ini? Apakah aku sedang diculik? Menggelikan.
"Kau mau bawa aku kemana ha?"
"Tentu saja kerumah kita baby." jawab lelaki itu sambil tersenyum menatapku.
" kerumah? Kita? Sejak kapan kita punya rumah? Lagi pula kita tidak saling menggenal. Berhentilah bersikap seolah-olah kau menggenalku," tekanku tajam.
"Mau dijelaskan bagaimana pun, kamu tidak akan paham, baby. " gumam lelaki itu pelan.
"Haa? Apa?" tanyaku sambil menatap manik mata lelaki itu.
Aku sedikit menyesal ketika aku menatapnya. Karena sekarang aku malah terpesona dengan pemilik bola mata Caramel milik lelaki itu. Dia menatap intens ke arahku, dan aku mendadak salah tingkah dibuatnya.
"Lupakan," balasnya datar, dan mengalihkan padangannya ke arah jendela mobil.
"Dasar aneh," umpatku pelan.
Dan mendadak suasana mobil menjadi hening, aku merasa bosan. Karena sialnya hp ku malah tertinggal di kamar panti.
Karena bosan aku bersenandung ria menyanyikan lagu yang aku sukai akhir-akhir ini. Lagu asal korea selatan, yang dinyanyikan oleh boyband kesukaanku.
"Diam lah, Anna. Jangan membuatku gemas karena tingkahmu," ucap lelaki itu tiba-tiba.
"Haa? Apa?"
"Ahh lupakan. Kamu begitu bodoh untuk mengerti kata-kataku," ucapnya sambil memukul-mukul kecil kepalaku menggunakan jarinya.
"Yak! Siapa yang kau panggil bodoh ha?" teriakku tidak terima.
Enak saja dia memanggilku bodoh, apakah dia segitu pintarnya sampai berani-beraninya menggatakan aku bodoh. Menyebalkan.
"Kau terlalu cepat emosi baby," ucapnya dan menarikku duduk di panggkuannya.
Holla holla selesai. Jangan lupa selalu dukung ya? Terima kasih
Masih seperti yang biasa guys jangan lupa like and comen ya? Makasih.
"Kau terlalu cepat emosi. Baby," ucapnya dan menarikku duduk di pangkuannya.
Tentu saja aku sangat kaget. Apa-apaan ini? Aku berusaha lepas dari kurungan tangannya yang melingkar di perutku. Tapi tetap saja, tenagaku sama sekali tidak ada apa-apanya dibandingkan dia.
"Apa yang kau lakukan? Lepaskan aku," tekanku marah.
Dan bukannya melepaskanku, lelaki itu malah meletakkan kepalanya dibahuku. "Aku suka posisi seperti ini. Baby," ucapnya dengan suara serak di samping telingaku.
"Tapi, aku tidak suka! Jadi lepaskan aku, aku bisa duduk sendiri tanpa harus duduk dipangkuanmu," kataku kesal.
Dan sialnya, dia malah kembali menulikan telinganya dan masih saja mendudukkan aku di pangkuannya. Aku tentu saja sangat kesal. Tapi, bagaimana lagi. Memberontak pun, aku tidak bisa. Jadi, yang aku lakukan hanyalah duduk diam di pangkuannya.
Sudah hampir 30 menit kami diperjalanan. Tapi, tidak ada tanda-tanda kalau mobil ini akan berhenti. Tentu saja hal itu membuat aku semakin bosan, astaga kapan kami akan sampai? Sebenarnya di mana rumah lelaki ini berada? Dihutankah? Atau jangan-jangan di alam barzah lagi.
Karena terlalu lama menunggu, tanpa sadar aku malah memejamkan mataku. Rasa mengantuk tiba-tiba datang tanpa di undang. Tapi, sebelum aku benar-benar terlelap. Samar-samar aku mendengar gumaman lelaki itu. Sambil mengusap-ngusap ubun kepalaku. Yang jelas rasanya benar-benar sangat nyaman.
"Tidurlah, baby. Semuanya akan baik-baik saja kedepannya. Aku janji," tapi entahlah, entah itu hanya halusinasiku atau memang lelaki itu menggatakannya. Hanya dia dan Tuhan lah yang tau.
\*
Aku membuka mataku yang terasa sangat lengket karena terlalu lama tidur. Dan, mendadak aku bingung. Di mana aku sekarang? Jika dilihat-lihat, ini bukanlah kamar ku. Jadi di mana aku sebenarnya?
Barang-barang malah tersusun rapi disetiap sudut kamar, mulai dari guci, vas bungga, tv, rak buku berserta isinya, serta disudut kanan terdapat sofa panjang berwarna hitam.
Dinding kamar ini juga berwarna hitam dengan corak kekelawar. Aku tidak tau, apakah pemilik kamar ini pecinta kekelawar, atau mungkin dia saudaranya batman. Entahlah aku tidak tau.
Aku berusaha mengingat kenapa aku bisa ada disini. Tadi, seingatku aku lagi membaca buku di kamarku. Lalu, aku mendengar suara gaduh di ruang tamu. Aku keluar dan melihat kegaduhan seperti apa yang terjadi.
Dan di sana, aku melihat lelaki dengan setelan jas berwarna hitam sedang berbicara dengan buk Laras. Dan entah apa yang di bicarakannya, tiba-tiba aku dibawa oleh lelaki itu dan masuk kedalam mobil. Dan seingatku lagi, tiba-tiba aku tertidur di pangkuan lelaki itu. Lalu--
Tunggu-tunggu tunggu, coba ulangi. Aku tertidur di pangkuan lelaki itu! Haa? Apa? AKU TERTIDUR DI PANGKUAN LELAKI ITU? Astaga, apakah aku sudah gila? Bisa-bisanya.. ahh kenapa bisa.
Itu benar-benar sangat memalukan. Kenapa aku bisa tidur di pangkuannya? Astaga, bagaimana bisa.. aku pasti sudah gila kala itu, pasti otakku sedang kongslet sampai aku berani tidur di pangkuannya. Pasti iya, otakku pasti sedang bermasalah.
Aku menggusap-ngusap rambutku dengan kasar, ingin marah. Tapi, aku tidak tau ingin marah dengan siapa. Ahh benar- benar menyebalkan.
Lelaki itu pasti mengangap kalau aku sangat mudah ditaklukkan. Ahh membayangkannya saja sudah membuat aku mengeram marah.
"Sial sekali," umpatku pelan.
Aku menurunkan kakiku dari kasur. Dan hal pertama yang telapak kakiku rasakan adalah dinginnya lantai keramik kamar ini. Tapi, bukan disitu fokusku mengarah. Namun, pada lantai keramik yang di desain begitu indah.
Jika dilihat-lihat lagi, kamar ini benar-benar sangat besar. Bahkan aku rasa kamar ini jauh lebih besar dari panti yang aku tinggali. Kalau dibandingkan dengan kamarku, heh. Sama sekali tidak pantas. Bagaimana tidak, di kamarku hanya ada satu kasur singel, satu meja belajar kecil, satu rak kecil, kipas angin, dan satu lemari pakaian pelajar. Dan itu semua sudah memenuhi kamarku, bahkan aku tidak bisa leluasa di kamarku sendiri karena terlalu sempit.
Tapi disini, jauh lebih bagus. Mulai dari kasur king size di tenggah ruangan, lalu meja kecil di samping kasur, dan di samping nakas terdapat satu meja rias besar, di depan kasur terdapat satu lemari berserta tv, disetiap lemari terdapat barang-barang antik yang dipajang dengan ditutupi pintu kaca transparan. Lalu sekitar tujuh langkah dari tv terdapat sofa panjang tempat santai. Di sini juga terdapat balkon kamar yang di sana sudah tersedia kursi santai.
Dan jangan lupakan disetiap sudut ruangan terdapat guci yang aku yakini harganya milliaran, lalu lampu gantung besar, Ac serta kipas angin. Sebenarnya seberapa kaya pemilik kamar ini?
Aku masuk keruangan di belakang tempat tidur. Dan ternyata itu adalah ruangan ganti atau lebih mudah kita sebut sebagai walk-in closet.
Diruangan ini juga sangat besar, bahkan lebih besar dari kamar pribadiku yang berada di panti. Aku sungguh ingin gigit jari saat melihat betapa banyaknya barang yang berada disini. Mulai dari rak sepatu yang berada di tengah ruangan yang di buat melingkar, lalu di samping kanan terdapat island sekitar 4-5 dengan isi dasi, jam tangan, sabuk, aksesoris dan yang lainnya dan penutupnya menggunakan kaca dan itu terlihat seperti esttalase toko. Sedangkan di samping kiri rak terdapat Love seats panjang. Di tengah ruangan itu juga terdapat lampu chandelier yang menambah kesan mewah.
Ruangan ini juga terlihat profesional dan gender neutral, karena bernuansa warna gelap dengan gaya minimalis. Rak dan kabinet terbuat dari kayu berwarna coklat tua dan dinding juga di cat dengan warna abu-abu tua dan abu-abu muda. Dan disitu juga terdapat karpet coklat muda yang menurutku sangat membuat suasana ruangan ini menjadi hangat.
Menurutku desain yang digunakan adalah desain interior Skandinavia yang simpel namun indah. Dan disetiap dinding juga terdapat besi panjang yang melintang dengan berbagai setelan jas, baju, kemeja, celana semuanya tersusun rapi dengan pasangan-pasangannya.
Aku masuk kekamar mandi untuk melihat, seberapa bagus miliknya. Dan aku hampir saja menjatuhkan bola mataku karena sangat terpana. Astaga, kamar mandi ini benar-benar sangat cantik. Dengan menggunakan lantai marmer, menurutku tidak hanya elegan, lantai marmer ini juga menambah kesan mewah dengan corak yang artistik. Selain itu, setauku lantai marmer juga mampu menjaga temperatur udara lebih stabil.
Disitu juga terdapat Bathtub Spa, Shower, Water Heater, Toilet Seat, serta Wastafel. Astaga, benar-benar sangat lengkap.
Aku keluar dari kamar mandi dan mataku langsung tertuju pada ruangan di depannya. Lumayan besar, mungkin muat sekitar 5 orang. Dan kalian tau itu ruangan apa? Ya, ternyata itu adalah ruangan koleksi parfum. Disepanjang rak terdapat parfum dengan berbagai merek terkenal. Mulai dari Dior, Classic Paris, Guess, Versace, Giorgio Armani Acqua, Ferragamo Acqua Essenziale, dan lain sebagainya. Astaga, aku benar-benar di buat terngaga olehnya. Apakah orang ini ingin jualan parfum?
Benar-benar mengerikan. Orang kaya sangat menyeramkan saat memiliki rumah, aku baru melihat kamarnya saja. Dan aku sama sekali tidak tau bagaimana ruangannya yang lain.
Apakah pemilik rumah ini begitu kaya? Aku yakin untuk membangun.kamar ini berserta seluruh isinya pasti akan menghabiskan melliaran atau bahkan terliunan uang. Mengerikan.
Kakiku melangkah ke arah balkon kamar, dan mataku langsung terbelalak kagum saat melihat pemandangan yang berada di depanku. Pemandangan kolam bernang di bawah sana benar-benar sangat cantik, di samping kanan juga terdapat taman mini dengan bunga-bunga indah yang bermekaran. Lalu disitu juga ada jalan setapak yang disetiap jalan terdapat sungai kecil dengan arus yang lumayan laju.
Kurasa aku akan gila sebentar lagi karena ini semua. Ahh, pemandangan ini baru pertama kali aku lihat setelah hampir 18 tahun aku hidup. Cantik, benar-benar sangat indah.
Saat aku masih terpesona dengan pemandangan ini semua. Seseorang tiba-tiba melingkarkan tangannya di perutku. Memelukku dari belakang.
Aku terlonjak kaget dan langsung melepaskan diri dari kurungan tangan itu. Dan ternyata orang yang memelukku adalah lelaki berjas hitam yang membawaku kesini tadi.
Entah aku yang buta atau lambat menyadarinya. Tapi, kalau diteliti. Lelaki didepanku ini benar-benar sangat tampan. Dengan rahang tegas, bulut mata yang lentik, bibir seksi berwarna pink kemerah-merahan, kulit putuh susu, serta bola mata yang berwarna Caramel itu benar-benar sangat mengoda. Untuk sesaat aku hanya diam membatu melihat wajahnya. Wajah yang dipahat dengan sangat-sangat sempurna. Mendadak aku lupa caranya bernafas karena wajah ini.
Tanpa sadar tanganku menyentuh setiap lekuk wajahnya, benar-benar halus. Mulai dari dahi sampai dagu. Aku menyusurinya menggunakan jari kecilku.
"Apakah aku begitu tampan, sampai kau tidak bisa berpaling. Baby?"
Deg
Akhirnya bagian dua selesai. Gimana? Jangan lupa like and comen gusy makasih
Tunggu part selanjutnya oke
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!