Masih seperti biasa ya gusy. Jangan lupa klik like and comen ya. Tekyu
"Apakah aku begitu tampan, sampai kau tidak bisa berpaling. Baby?"
Aku tersadar dan langsung menjauhkan tanganku dari wajahnya. Mendadak pipiku terasa panas karena malu. Astaga, apa yang barusan aku lakukan? Bisa-bisanya aku lepas kendali seperti ini.
Mata lelaki itu masih menatapku geli. Sial, aku kalah lagi darinya. Bagimana bisa lelaki ini membuatku lupa diri lagi. Aku mengatur detak jantungku yang mengila, mendadak aku benci dengan diriku yang sekarang.
Mataku menatapnya dengan nyalang, "Aku ingin pulang."
Alis lelaki itu naik saat mendengat ucapanku. "Ini rumahmu, baby."
Aku memutar bola mataku malas, "Ck, ini bukan rumahku!" Tekanku.
"Terserah. Tapi yang jelas, mulai sekarang dan seterusnya kau tinggal di sini."
"Kau tidak bisa melakukan itu padaku," ucapku kesal.
Enak saja lelaki ini memaksaku. Aku saja tidak kenal dia, bagaimana bisa dia berlaku seenaknya.
"Aku bisa melakukan apapun padamu. Baby," ucapnya sambil tersenyum geli.
"Jangan kau kira kalau aku akan diam saja menuruti ucapanmu," ucapku kesal. "Aku bukan peliharaanmu,"
"Yang bilang kamu peliharaanku, siapa Baby? Kamu bukan peliharanku," ucapnya sambil menatapku dalam. "Tapi, kamu adalah istriku."
Mataku melotot mendengar ucapannya. Istri apaan? Aku saja belum pernah menikah. Dan lagi, aku sama sekali tidak kenal dia. Jadi, bagaimana bisa aku ini istrinya, apakah dia sudah gila? Astaga umurku saja baru 18 tahun, bagaimana bisa aku sudah menikah. Tidak masuk akal.
"Apakah kau gila? Aku bukan istrimu. Tolong tuan mengertilah."
Lelaki itu menatapku datar saat mendengar balasanku. Memangnya apa yang salah, tidak ada bukan? Aku hanya mengatakan yang sebenarnya. Aku bukan istrinya, lalu apa masalahnya dengan itu?
Respon yang dia berikan benar-benar mengelikan.
"Kau tidak akan paham walaupun aku jelaskan. Jadi, dengarkan aku Anna." Aku mendadak gugup saat dia menatapku dengam serius, tidak ada senyum atau panggialan baby yang seperti tadi. Mendadak suasananya menjadi panas menurutku.
"Kamu adalah istriku. Kamu ingat atau pun tidak itu terserah. Tapi yang jelas, kamu sekarang adalah istriku. Jadi, berhentilah meragukan itu."
"Bagaimana bisa? Aku sama sekali belum pernah menikah. Jadi, bagaimana mungkin aku bisa punya suami? Lolucon macam apa yang sedang kau mainkan?" tanyaku kesal dengan segala tingkah lakunya yang tidak masuk akal.
"Aku akan menjelaskannya jika waktunya sudah tepat. Tapi sekarang, yang jelas aku adalah suamimu. Ingat itu!" ucapnya tegas dan berbalik arah pergi.
"APA MAKSUTMU HA? AKU BUKAN ISTRIMU, DENGAR ITU. AKU BUKAN ISTRIMU!" teriakku keras. Aku benar-benar kesal setengah mati karena lelaki itu.
Lagi pula aku sama sekali tidak kenal dia. Bahkan namanya saja aku tidak tau. Jadi, bagaimana bisa kalau aku ini adalah istrinya? Benar-benar tidak masuk akal.
Seingatku, aku tidak pernah kenal dengan lelaki tadi. Wajahnya saja terasa asing bagiku, jadi setelah fakta itu semua. Bagaimana bisa dia adalah suamiku? Astaga, aku benar-benar akan gila jika seperti ini terus.
"DASAR LELAKI GILA!" teriakku keras.
Kakiku melangkah masuk kembali ke dalam kamar. Lalu berjalan ke arah pintu keluar, dan saat tanganku menggengam ngangang pintu. Ternyata pintu itu dikunci dari luar. Aku mengeram marah, darahku langsung naik ke ubun-ubun.
"DASAR LELAKI BRENGSEK." Teriakku keras dan menendang pintu itu keras.
"Aisss," ringgisku karena sakit.
"Yak, buka pintunya! Apakah kamu pikir aku ini tahanan." Teriakku keras. Tapi tidak ada sahutan sama sekali dari luar, tentu saja hal itu membuat aku makin kesal.
Karena terlalu kesal berteriak dan menendang pintu, aku berjalan kearah kasur dan membaringkan diri. Rasa lelah teriak dan sakit pada kakiku membuat aku makin kesal.
Lelaki yang aku tidak ketahui namanya itu benar-benar hebat, hebat membuat aku ingin mencakar-cakar wajah tampannya itu. Aku tidak munafik, dia memang benar-benar tampan. Ahh, mengingat lelaki itu malah membuat aku semakin kesal. Sial.
*****
"Wahh, kamu sangat tampan, Kak," ucap seorang anak yang umurnya sekitar 5 tahunan, anak itu menyentuh wajah seorang lelaki yang umurnya sekitar 20 tahunan.
"Benarnah aku sangat tampan?" Tanya lelaki itu tidak yakin, sambil menyentuh kedua pipi gadis kecil itu.
"Iya, Kak. Jika aku sudah besar nanti menikah lah denganku," ucap anak itu.
"Kenapa aku harus menikah denganmu, baby?" Tanya lelaki itu.
"Karena kamu sangat tampan, kak. Pasti aku akan menjadi putri yang beruntung jika menikah denganmu," ucap bocah kecil itu sambil tersenyum lebar.
"Benarkah? Baiklah, kalau begitu sekarang kau istriku oke," ucap Lelaki itu sambil tersenyum.
"Baiklah, sekarang kamu adalah suamiku," ucap bocah itu lagi. Dia berjinjit dan menggecup pipi sang lelaki
"Kamu--"
Aku langsung membuka mataku dan terduduk dengan nafas terengah-engah. Astaga, mimpi apa itu tadi? Gadis kecil yang barusan aku mimpikan sangat mirip denganku. Tapi siapa lelaki itu?
"Aishhh," ringisku karena mendadak kepalaku sangat sakit. Semakin aku berusaha mengingat tentang mimpi itu. Maka, kepalaku juga semakin sakit.
Aiss, sial sekali. Kenapa kepalaku sangat sakit. Bayangan-bayangan anak kecil yang sedang bermain terbayang-bayang diingatanku.
"Ingatan tentang apa itu? Apakah anak kecil itu benar-benar aku? Tapi aku sama sekali tidak ingat pernah bertemu dengan lelaki itu." Desahku karena tidak bisa mengingat mimpi tadi selain seorang gadis kecil yang sedang bermain.
"Siapa lelaki itu? Kenapa wajahnya sama sekali tidak bisa ku ingat," ucapku kesal, sambil mengacak-ngacak rambutku gusar.
"Kamu kenapa baby?"
Aku memutar kepalaku dan menghadap ke sumber suara. Ternyata suara itu berasal dari lelaki berjas yang membawaku kesini tadi.
"Berhenti memanggilku 'Baby' telingaku sakit saat kau mengatakan itu," ucapku sambil memutar bola mata lelah.
Lelaki itu berjalan ke arahku dan duduk disampingku. Lalu tangannya mengusap keringat yang menetes di dahiku.
"Kamu kenapa Baby? Apakah kamu sakit? Dahimu lumayan panas." Tanya lelaki itu berurutan.
Aku menghempaskan tangan lelaki itu. "Sudahlah, aku tidak apa-apa," ucapku pelan.
"Tapi--"
"Aku ingin pulang ke panti," ucapku memotong perkataannya.
"Berhenti mengatakan itu, Baby. Kau tidak akan pernah kembali ke sana lagi. Rumahmu disini, bukan di sana," ucapnya datar.
"Kau salah," ucapku sambil menatap lelaki itu tajam. "Rumahku itu bukan di sini, tapi di panti. Berhentilah bertingah seolah kau orang yang paling mengenalku."
Datar dan dingin, itulah respon yang dia berikan saat aku mengatakan kalimat barusan. Aura di sekitarku juga mendadak panas, entah kenapa tengkukku mendadak berkeringat. Tatapan lelaki ini sangat tajam.
"Sepertinya aku terlalu lembut padamu," ucap lelaki itu datar.
"Apa maksutmu?"
"Berhenti mengatakan kalau rumahmu bukan di sini. Sekarang ini, rumahmu adalah di sini. Ingat itu, dan tidurlah lagi. Sekarang sudah malam," ucapnya datar dan berlalu keluar dari kamar.
Kesal bercampur marah membuat aku ingin mengumpat. Lagi-lagi dia mengabaikan pertannyaanku. Sebenarnya dia itu siapa? Kenapa dia terus bertingkah seolah-olah dia adalah orang yang paling mengenalku.
Sudahlah, sepertinya aku juga sudah sangat lelah. Besok aku akan tanya lagi dengan lelaki itu. Dan aku juga akan mengatakan kalau aku ingin pulang, yah walaupun berat rasanya meninggalkan rumah bagus ini. Tapi, aku juga tidak bisa tinggal disini selamanya kan? Ini bukan rumahku.
Selesai, ada yang nunggu? Ada nggak? Angap aja ada ya wkwkw. Jangan lupa selalu like and comen gusy. Tekyu yak
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Anggita Putri
suami kecil nya Anna😁😁😁
2020-09-01
2
Lestari Pkm
like ya thor
2020-08-08
2
Neneng Mulyani
terus lanjut thor greget
2020-06-16
2