16

Yuhuyuhu i'am come back. Mari kita buat pahala lagi hari ini, caranya mudah. Anda tinggal like and comen. Bukan hanya mudah kalian juga bisa dapat pahala karena menyenangkan hati orang.

Anna pov

Aku beranjak untuk mandi, badanku rasanya sakit karena tidur sambil duduk. Saat aku ingin pergi, sebuah tangan yang menahan pergelangan tanganku menghentikan langkahku.

Mataku melihat kearah tanganku. Tangan lain sedang menggengamnya erat. Dengan cepat aku langsung melihat kearah Alfariel. Dia juga sedang melihatku dengan senyum manisnya. Ya Tuhan, sungguh aku sangat merindukan mata caramel itu. Rasanya sudah lama sekali sejak terakhir kali aku melihat mata itu. Tanpa sadar air mataku jatuh saat melihat Alfariel.

"Hy, kenapa menagis?" tanya Alfariel panik dan ingin mencoba duduk.

Dengan siagap aku langsung mencegahnya, hy dia baru saja bangun. Jangan sampai gara-gara ini dia pingsan lagi.

"Aku tidak papa al. Tenanglah." ucapku pelan. Berusaha untuk menghentikan air mata yang keluar dari sudut mataku.

"Lalu kenapa menagis?"

"Aku bahagia." jawabku jujur. Sama sekali tidak bisa menghentikan senyum lebarku. Dengan tidak tau malunya aku langsung menghambur memeluk leher Alfariel. Menengelamkan kepalaku pada lekuk lehernya. Menghirup aroma Alfariel yang aku sukai.

"Aku merindukanmu." ucapku lirih.

"Apa?" tanya Alfariel tampak kaget dengan apa yang aku ucapkan. Tapi aku sama sekali tidak ingin mengulanginya lagi, pipiku juga terasa sangat hangat. Aku yakin seribu persen kalau sekarang kedua pipiku sudah memerah seperti tomat.

"Tidak ada," jawabku pelan dan melepaskan pelukkanku dari lehernya. Aku menatap kearah mata caramel milik Alfariel. Entah kenapa aku benar-benar menyukai pupil matanya itu, sangat indah. Itu cerah dan bersinar. Mengantarkan aku keperasaan yang menenagkan.

"Aku dengar, Anna." desis Alfariel geram.

Aku hanya mengangkat kedua bahuku. "Kalau sudah dengar ya sudah." jawabku santai dan berlalu masuk kekamar mandi.

Mengabaikan panggilan Alfariel, aku sudah pasti sangat merona sekarang. Astaga, apa yang baru saja aku katakan? Aku merindukan dia? Astaga Anna kamu benar-benar memalukan. Lalu sekarang, setelah aku sudah mengatakan itu. Bagaimana aku bisa bertemu dan bertatap muka dengannya. Ahhh, aku benar-benar bisa gila jika begini terus.

Aku menyelesaikan acara mandiku setelah hampir tiga puluh menit berendam di air dingin. Aku benar-benar ingin mengdinginkan kepalaku.

Alfariel lagi duduk diatas kasur dengan laptob yang bertengkreng cantik dipahanya. Ya Tuhan lelaki satu ini, tidakkah dia ingat kalau dia masih sakit. Kenapa masih juga kerja.

"Apa yang sedang kau lakukan?" tanyaku, aku berjalan kearah meja rias sambil mengeringkan rambutku menggunakan handuk.

Terlihat Alfariel mengalihkan pandangannya kearahku. Sedikit tersenyum, " kamu sudah selesai mandi?" tanyanya.

"Iya, kamu ingin mandi?" tawarku, tapi saat melihat kearah dada Alfariel. Aku jadi teringat kalau dia baru saja mendapatkan luka. Aku buru-buru menyangkalnya sebelum Alfariel turun dari kasur.

"Ehh, tunggu." ucapku cepat.

Alfariel tampak mengkerut keningnya bingung melihat tingkahku. "Kenapa?"

"Emmm, kamu masih terluka. Emm lebih baik kamu jangan mandi. Nanti, lukamu basah." ucapku hati-hati.

"Tapi badanku lengket." ucap Alfariel sambil menatapku.

"Emm, mungkin aku bisa mengelap badanmu saja. Itu pun kalau kamu memperbolehkan." ucapku sambil mengaruk kepalaku yang tudak gatal. Kenapa aku jadi gugup begini sih.

Dari sudut mataku, aku bisa melihat senyum geli yang terkulum dibibir Alfariel. Dia tidak mengiyakan namun juga tidak menolak. Aku jadi bingung, aku harus bagaimana.

"Emmm, tapi mungkin lebih baik Arga saja ya..."

"Lakukanlah." ucap Alfariel sebelum aku menyelesaikan ucapanku. Mendadak pipiku terasa panas karena Alfariel memperbolehkannya. Astaga, aku ini kenapa sih?

Aku berjalan kekamar mandi untuk mengambil air dingin dan handuk kecil. Berjalan kearah Alfariel, lelaki itu sama sekali tidak menghilangkan senyum manisnya. Astaga apakah dia ingin membunuhku secara perlahan? Sial.

Tanganku gemetaran saat membuka kancing bajunya, aduh ada apa lagi dengan tanganku. Megapa mendadak jadi gemetaran. Padahal tadi malam saat aku mengantikan baju Alfariel tidak seperti ini.

Akhirnya setelah melewati badai cobaan yang menerjang. Aku selesai juga membuka baju Alfariel. Tanganku dengan hati-hati mengepel badannya dengan handuk basah. Saat tangganku menyentuh lukanya, terlihat kalau Alfariel memejamkan matanya sambil sedikit meringis. Apakah sesakit itu?

"Apakah sakit?" tanyaku sambil meraba lukanya. Entahlah, mungkin Alfariel akan mengangap kalau aku ini bodoh. Sudah tau lukanya sebesar ini, masih saja aku tanya apakah sakit. Sudah jelas jawabannya adalah sakit. Tapi entahlah, aku hanya ingin bertanya saja.

"Tidak, luka ini tidak ada apa-apanya selagi kamu selalu ada untukku, Baby." ucapnya dengan senyum manis. Matanya melihat kearah mataku, membuatku terdiam membeku terpesona dengan mata caramelnya. Otakku mendadak beku, dan sendi gerakku juga mendadak kaku. Mata itu benar-benar menghipnotisku.

Tangan kiriku terangkat dan menyentuh pipi Alfariel. Mengusap sedikit memar disudut bibirnya. Lalau berpindah pada dahinya, mengusap luka yang juga berada didahi lelaki ini. Saat aku ingin menurunkan tanganku dari wajahnya. Tangan Alfariel menghentikan itu, tangannya memegangi tanganku dan tetap menempelkan pada pipi putihnya.

"Aku suka dengan tanganmu, Baby. Usapanmu hangat," ucap Alfariel pelan. Dia bahkan sama sekali tidak menghiraukan tanganku yang ingin bebas dari kurungannya.

"Biarian seperti ini sedikit lebih lama." pinta Alfariel memelas. Membuat aku yang ingin menjauhkannya menjadi tidak tega. Astaga, ada apa coba denganku. Kenapa mau-maunya saja menuruti kemauannya.

Aku membiarkan tangan kiriku berada dipipi Alfariel. Kuusap pipinya pelahan, aku baru tahu kalau kulit lelaki ini memang selembut ini. Aku rasa kulit wajahku kalah. Kulit Alfariel benar-benar mulus tanpa jerawat atau apa lah yang mengangu wajahnya. Wajah Alfariel sangat bersih, bukan hanya putih tapi juga glowing.

"Permisi, Mr." aku buru-buru menghentikan usapanku dan berdiri dengan kaku. Asataga, apakah dia tadi melihatnya. Ahhh, malu sekali.

"Hmm, kenapa?" tanya Alfariel dengan wajah dingin.

"Emmm, kami mengantar sarapan, Mr."

"Letakkan disitu," ucap Alfariel dan menunjuk meja yang berada disampingnya. Para pelayan itu meletakkan berbagai jenis sarapan diatas meja. Lalu pamit dan pergi keluar.

Meja itu yang tadinya kosong, kini sudah penuh terisi dengan makanan. Makanan yang berada dihadapannya juga sangat mengoda. Fikirku saat melihat kalau sarapannya adalah makanan barat. Uuh, mengiurkan.

"Kamu ingin makan apa, Al?" tanyaku sambil menatpnya.

"Terserah," jawab Alfariel santai. "Aku akan makan apapun yang kamu berikan." lanjut Alfariel dengan tersenyum manis.

Mendadak pipiku panas mendengar ucapan Alfariel. Ya Tuhan, dia benar-benar bisa membuat orang salah tinggah. Uuh, kenapa dia begitu mengoda begini sih.

Aku memberikan satu piring makanan pada Alfariel. Tapi bukannya mengambilnya, Alfariel malah menatapku datar. Kenapa coba?

"Ayo Al ambil." ucapku sambil mengoyang-ngoyangkan piring ditanganku.

"Aku ingin disuapi olehmu."

"Eh?"

Next to part 17

Terpopuler

Comments

rosita dewi

rosita dewi

good

2020-08-31

1

Neneng Mulyani

Neneng Mulyani

aihhhhhh romantis mau ahh

2020-06-17

0

Ziaa Ryaa

Ziaa Ryaa

syykkkkkkka

2020-05-31

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!