Mari hari ini kita buat baik lagi. Cukup dengan satu like dan satu comen dari kalian, gusy. Makasih.
Anna pov
"Kenapa dia belum juga sadar?"
Samar-samar aku mendengar seorang lelaki berteriak. Aku membuka mataku, dan hal pertama yang retina mataku lihat adalah seorang lelaki tampan sedang berdiri dengan wajah dingin, tapi sama sekali tidak tertutupi wajah kawatir dimatanya.
Aku memutar kepalaku untuk melihat sekeliling. Tidak jauh dibelakang Lelaki dingin itu, Nisa sedang menundukkan kepalanya sambil menagis. Badannya bergetar.
Sebenarnya tidak hanya ada dia dan lelaki dingin itu saja disini, lelaki berjas putih dan beberapa pelayan dan pengawal juga ada disini. Semua orang selain lelaki dingin itu menundukkan kepalanya. Sebenarnya ada apa?"
Saat mataku mengarah ke Nisa, ternyata Nisa juga sedang melihat kearahku. Mulutnya terbuka lebar, dia langsung berlari ke tempatku dan berdiri disampingku.
"Mr, Nona sudah bangun!" ucapnya sambil menatap kearah Lelaki dingin tadi.
Wajah dingin serta tegang tadi mendadak memancarkan sedikit senyum disudut bibirnya. Lelaki itu duduk dikursi yang berada disampingku. Memengang tanganku dan mengegamnya dengan erat.
"Kamu sudah sadar? Apa yang sakit? Apakah kamu butuh sesuatu?" tanyanya beruntun, matanya bahkan sama sekali tidak berkedip saat melihatku. Tatapan seolah-olah sangat mengagumi apa yang sedang dilihatnya.
Aku mengelengkan kepalaku. Lalu mencoba duduk dengan dibantu oleh lelaki ini. Ruangan ini yang tadinya banyak orang mendadak sepi, Nisa yang tadi disampingku juga sudah pergi. Hanya menyisahkan aku dan lelaki dingin ini. Yah atau lebih banyak yang memanggil dia Mr Black.
"Tolong jangan seperti ini lagi, baby." ucapnya lemah sambil menundukkan kepalanya. Melihat kearah tangannya yang mengengam tanganku.
"Apakah kau tau, aku hampir saja mati karena takut."
Aku hanya diam membiarkan dia berbicara. Bukannya apa, aku hanya tidak tau ingin merespon seperti apa. Dia bukan seseorang yang wajib mengkhawatirkan aku kan? Maksutku, aku ini bukan siapa-siapa baginya. Aku ini bukan saudaranya atau apalah yang berpengaruh untuk dia khawatirkan. Jadi kenapa dia harus khawatir dengan keadaaanku?
"Sebenarnya kamu kenapa? Kenapa tiba-tiba pingsan?" tanyanya sambil menatap serius kearahku.
Aku balas menatap kedua bola matanya. Ada perasaan aneh saat aku melakukan itu, tapi dengan keras aku berusaha mengabaikannyan.
"Kenapa kau khawatir padaku?"
"Pertannyaan bodoh apa yang kau tanyakan, baby?" ujarnya lemah.
"Pertannyaan bodoh? Apa maksutmu? Bukankah apa yang aku tanyakan itu wajar, kita tidak saling mengenal satu sama lain. Jadi bukankah aneh jika kamu terlalu ikut campur dengan apa yang terjadi padaku?"
"Heh, tidak saling mengenal? Apakah kamu bercanda?" ucapnya datar. "Berhenti memainkan emosiku, baby. Kita tidak akan tau apa yang akan terjadi nantinya." ucapnya serius.
Aku benar-benar tidak habis pikir dengan lelaki ini. Kenapa begitu keras kepala, sudah ratusan kali aku mengatakan kalau aku ini bukan seseorang yang penting baginya. Tapi dia masih saja ngotot. Menyebalkan.
"Memangnya kapan aku memainkan emosimu? Berhenti membuat lolucon. Itu mengelikan,"
Dia mengacak-ngacak rambutnya gusar. Mungkin bosan atau marah dengan apa yang aku katakan. Tapi siapa yang perduli, aku tetaplah aku.
"Aku khawatir setengah mati karena kamu. Tapi apa yang kamu lakukan, mencurigasi aku. Apakah kamu gila?"
"Itu karena kita sama sekali tidak kenal. Aku bahkan tidak tau namamu. Jadi menurutku, apa yang aku lalukan sama sekali tidak salah." ucapku serius.
"Alfariel," ujarnya tiba-tiba.
"Haa?"
"Namaku,"
"Kak, siapa namamu?"
"Alfariel,"
Alfariel? Kenapa nama itu terasa tidak asing ditelingaku. Aku menyentuh kepalaku yang terasa sakit.
"Ahh,"
"Hy, kenapa baby?" ucapnya khawatir.
Aku masih memengagi kepalaku yang terasa sakit. Tiba-tiba aku mendengar suara-suara aneh. Kepalaku benar-benar sakit.
"Kamu juga cantik,baby."
"Ahh," ringisku. Kepalaku makin sakit.
"Apakah kalian tuli. Cepat masuk, gadisku sedang kesakitan." teriak Alfariel berang.
Samar-samar aku melihat para lelaki berjas putih masuk dengan terburu-buru. Tapi aku tidak bisa memikir lagi, kepalaku sangat sakit.
Para lelaki itu memeriksa tubuhku. Kepalaku masih sangat sakit. Entah kenapa saat mendengar nama 'Alfariel' tadi, aku merasa mengingat sesuatu. Tapi aku tidak tau itu apa.
"Dia kenapa?"
"Nona tidak apa-apa, Mr. Hanya saja, Nona berusaha mengingat sesuatu yang dia lupakan. Saya harapkan Nona tidak memaksakan diri. Karena jika Nona terlalu memaksa, takutnya akan terjadi hal yang tidak diinginkan."
Alfariel tampak diam, masih menatap tajam kearah lelaki berjas putih. Auranya tampak mengintimidasi, membuat siapapun yang melihat mata caramel itu pasti akan menggigil takut.
"Saya akan membelikan obat yang harus Nona minum rutin, Mr." ucap lelaki itu pelan.
"Baiklah, anda bisa pergi." ucap Alfariel datar.
Lelaki itu keluar dengan terburu-buru, menutup pintu dan hilang dari pandangan.
"Nisa,"
Nisa masuk keruangan ini dan menunduk didepan Alfariel.
"Ya, Mr."
"Jaga dia. Jangan sampai hal ini terulang lagi," ucapnya datar.
"Baik, Mr."
Lelaki itu keluar dari ruangan ini dan meningalkan aku dan Nisa berdua. Saat lelaki itu sudah hilang dari pandangan, Nisa langsung berjalan cepat kearahku.
"Nona, kau baik-baik saja?" tanya Nisa khawatir.
Aku tertawa pelan mendengar ucapan khawatir dari Nisa. Dia lebay sekali, "aku baik-baik saja, Nis. Jangan tegang begitu." ucapku geli. " Nisa, ada apa dengan wajahmu? Kenapa sangat pucat?" tanyaku kaget.
Kenapa wajah Nisa sangat pucat? Apakah ada yang membuat Nisa takut?
"Saya tidak apa-apa, Nona. Mr Black jauh lebih khawatir dengan Nona."
"Kenapa dia khawatir?"
"Emm, Nona bisa tanya sendiri dengan Mr. Tapi Nona, tolong jangan seperti ini lagi." mohon Nisa.
"Baiklah, tapi aku serius. Aku baik-baik saja sekarang." ujarku menenangkan.
*****
"Nona, kau ingin makan apa?"
"Entahlah, aku tidak berselera makan. " ucapku jujur.
Nisa berjalan terburu-buru kearahku. "Nona, apakah kau sakit?" tanyanya khawatir.
"Ayolah, Nisa. Aku baik-baik saja. Aku hanya sedikit tidak selera untuk makan."
"Ayolah, Nona. Kita makan dulu, sedikit saja. Mr akan marah jika Nona tidak makan nanti." ucap Nisa khawatir.
"Untuk apa dia marah? Itu bahkan tidak ada urusannya dengan dia."
"Tidak bisa. Ayo kita makan dulu Nona," paksanya sambil menarik tanganku untuk ikut.
"Ayolah, Nisa." teriakku frustasi.
"Pliss," mohon Nisa.
Karena tidak tega, akhirnya aku ikut juga, dan disinilah kami. Dimeja makan, diatas meja berisi banyak sekali makanan. Gila, apakah mereka pikir dua orang bisa makan sebanyak ini? Apakah para pelayan disini ingin mengadakan pesta. Dengan makanan sebanyak ini paati bisa untuk makan dua minggu.
"Kenapa bayak sekali? Apakah ada yang datang?" tanyaku pada Nisa.
"Tidak, Nona."
"Lalu, siapa yang akan makan ini semua?"
"Tentu saja, Nona. Jadi, Nona ingin makan apa?"
"Astaga, apakah kau gila, Nisa. Aku tidak ingin bunuh diri," ucapku frustasi.
"Sudahlah, Nona. Kau ingin makan apa? Akan saya ambilkan."
"Aku bisa mengambilnya sendiri," ucapku dan mengambil sepiring nasi dan sepotong ayam.
Aku makan dalam diam, sebenarnya aku sedikit cangung makan ditengah-tengah orang sebanyak ini. Disekelilingku penuh dengan para pelayan dan pengawal. Apakah mereka fikir aku ini tahanan? Benar-benar menyebalkan.
"Kalian tidak ingin makan?" tawarku.
"Tidak, Nona. Kami sudah makan" ucap salah satu pelayan.
"Nisa, kau tidak ingin makan?"
"Tidak, Nona. Nona makan saja," tolak Nisa.
Aku menghela nafas mendengar balasannya. Huff benar-benar penuh aturan.
Saat makan begini aku jadi ingat anak panti. Apakah mereka sudah makan? Biasanya kami akan makan bersama-sama dimeja makan. Tapi sekarang, aku makan sendiri dengan makanan sebanyak ini. Meski makanan ini enak-enak, tapi tetap saja. Aku merindukan masakkan ibu panti, padahal aku baru dua hari pergi. Tapi rasanya sudah lama sekali. Ya Tuhan, kapan aku bisa keluar dari sini.
Aku benar-benar merindukan panti.
Next to part 8
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Baranzha_Putri
semangat kak aku udah bom like jangan lupa mampir dikaryaku 😉
2020-10-13
2
Neneng Mulyani
semangat cerita nya oce
2020-06-16
2
Li Na
jejakku sampe sini dulu
2020-06-16
2