1

Jangan lupa vote ya gusy. Tekyu atas pengertiannya

"Sudahlah baby, biarkan semuanya mengalir seperti air. Kau akan tau nanti, tapi sekarang ayo ikut denganku"

Aku menatap bingung ke arah lelaki berjas itu. Apa dia bilang barusan? Aku ikut dengannya? Untuk apa? Aku bahkan tidak kenal dengannya.

Pertannyaan-pertanyaan tanpa jawaban itu terus berseliweran di kepalaku tanpa satu pun jawaban. Aku masih menampakkan wajah bingung.

"Buk sebenarnya ada apa ini? Tolong, jawab pertannyaanku! " tekanku pada buk Laras yang terus menagis sedari tadi.

"Maaf kan ibu na, ibu tidak bisa mempertahankan kamu. Semoga kamu baik-baik saja kedepannya. Tapi, satu hal yang jelas. Ibu benar-benar tulus sayang padamu," ucap buk Laras dan memelukku erat.

Aku sebenarnya masih belum paham apa maksut dari perkataan buk Laras ini. Hanya saja, melihat buk Laras yang sedari tadi sudah menagis, aku jadi tidak tega. Bagaimanapun juga dia ini sudah kuanggap sebagai orang tuaku sendiri.

"Sudahlah buk, jangan menagis lagi!" ucapku sambil menghapus air mata di wajah buk Laras yang sudah mulai mengkeriput.

"Saya tidak punya banyak waktu lagi, jadi sekarang lebih baik anda serahkan dia kepada saya," intruksi lelaki berjas hitam yang sedari tadi diam, melihat interaksi antara aku dan buk Laras.

Aku melirik dia sinis, memangnya dia fikir siapa yang akan ikut dia? Sekalipun dia adalah orang yang kaya. Aku tidak akan pernah mau ikut dengannya, memangnya dia fikir dia sehebat itu apa?

"Yak! Kau fikir siapa ha yang ingin ikut denganmu, "ucapku sambil menunjuk kearah mukanya. " Aku sama sekali tidak ingin ikut dengan orang sepertimu. " tekanku sekali lagi

Enak saja, kalau buk Laras takut padanya itu tidak papa. Tapi yang jelas, aku sama sekali tidak takut pada lelaki ini. Ini tubuhku, jadi aku sendirilah yang dapat menentukan ke mana aku akan pergi. Memangnya dia fikir dia siapa? Mafia? Pembunuh bayaran? Aku sama sekali tidak takut

"Anna, jangan berkata seperti itu," ucap buk Laras kaget dengan tindakanku. Ck, ayolah. Kenapa aku harus menahan diri di depan lelaki ini? Memangnya dia siapa coba? Gerutuku didalam hati.

"Hemm menarik," ucap lelaki itu sambil tersenyum kecil disudut bibirnya. "Ya, tentu saja. Gadis yang akan menjadi istriku tentu saja menarik."

"Apa maksutmu?" tanyaku bingung. Istri? Siapa istrinya? Tidak mungkin aku kan? Ayolah, ini bukan sinetron yang sering di tonton buk Laras setiap hari. Ini dunia nyata, tidak mungkinkan dia adalah orang yang menemukanku dulu, lalu dia memberikanku pada buk Laras untuk menjagaku sampai umurku genap 18 tahun, lalu ketika sudah sampai waktunya dia akan menggambilku lagi seperti sekarang. Ck, ayolah guys. Ini dunia nyata bukan dongeng timun mas. Hidupku tidak mungkin sedrama itu kan? Membayangkannya saja sudah mengelikan.

"Tentu saja dirimu Baby," ucap lelaki itu dan kembali mendekat ke arahku. "Sudahlah, jangan terlalu banyak protes. Lebih baik sekarang kamu ikut denganku," ucapnya lagi dan menggandeng tanganku.

"Yak, lepaskan aku. " teriakku sambil menyentakkan tangannya dari lenganku. Enak saja main tarik-tarik, aku bahkan belum mendengar penjelasan dari buk Laras.

Lelaki itu menatapku marah saat aku menolak ajakkannya. Terbukti dengan matanya yang begitu tajam melihatku. Tapi, persetan dengan itu semua. Aku sama sekali tidak takut.

"Sudahlah Anna, kamu ikut saja dengannya," ucap buk Laras yang masih terisak.

"Buk, tapi kenapa?" tanyaku bingung "kenapa aku harus ikut dengannya? Memangnya dia itu siapa? Tidak mungkin ayahku kan?" tanyaku tiba-tiba. Ya, walaupun mustahil kenyataanya. Tapi ada kemungkinankan kalau lelaki ini adalah ayahku, kalau dilihat-lihat dia juga sudah lumayan tua. Kalau kutebak umurnya mungkin sudah sekitar 30 tahunan, aku tidak salah kan?

Ya. Tapi, aku sedikit bersyukur ternyata disini tidak ada anak-anak panti. Kalau ada mereka pasti akan ribut dan mengusir lelaki ini karena ingin membawaku.

"Ibu tidak bisa menjelaskan nak. Tapi yang jelas ibu benar-benar sangat menyayangimu, " ucap buk Laras tulus.

"Ayo baby, ikut denganku," ucapnya dan merangkul bahuku untuk ikut dengannya.

Aku memberontak dengan berusaha melepaskan rangkulannya. Tapi, tentu saja tidak bisa. Ck, ayolah. Badan kami saja berbeda jauh, aku yang tingginya saja hanya sedada lelaki ini. Ditambah lagi badanku yang mungil ini, tentu saja tenagaku tidak cukup kuat untuk melawan lelaki ini.

"LEPASKAN AKU!" teriakku murka. Enak saja dia main menarikku sembarangan.

Tapi sepertinya dia malah menulikan telinganya dan terus menyeretku ikut dengannya. Aku masih bisa mendengar suara tangisan buk Laras, tapi anehnya kenapa buk Laras tidak mencegah lelaki ini membawaku?

*****

"Masuk," ucap lelaki itu setelah kami sampai di depan mobil Zenvo ST1 berwarna hitam miliknya.

Aku menatap lelaki itu tajam. Enak saja dia memerintahku, memangnya dia siapa? Dan bukannya masuk, aku malah memundurkan badanku menjauh dari jangkauannya.

"Masuk Anna," ucap lelaki itu sekali lagi.

"Aku tidak mau! " ucap ku tegas.

"Baik," ucap lelaki itu santai.

Aku pikir dia tidak akan memaksaku dan pergi. Tapi, itu semua jauh dari apa yang aku fikirkan. Lelaki itu malah mengendongku ala bridal stayle dan memasukkan aku ke mobil dengan paksa.

"APA YANG KAU LAKUKAN? LEPASKAN AKU!" teriakku murka.

Dan tanpa mau mendengar ucapanku, lelaki itu malah menutup pintu mobil ketika aku ingin keluar. Tentu saja hal itu membuat aku berdecak kesal.

Lelaki itu memutari mobil dan masuk ke kursi penumpang yang berada di sampingku.

"Jalan," perintahnya pada supir yang duduk di kursi kemudi.

Supir itu menjalankan mobilnya dengan cepat menjauh dari panti. Tentu saja aku bertambah kesal, apa-apaan ini? Apakah aku sedang diculik? Menggelikan.

"Kau mau bawa aku kemana ha?"

"Tentu saja kerumah kita baby." jawab lelaki itu sambil tersenyum menatapku.

" kerumah? Kita? Sejak kapan kita punya rumah? Lagi pula kita tidak saling menggenal. Berhentilah bersikap seolah-olah kau menggenalku," tekanku tajam.

"Mau dijelaskan bagaimana pun, kamu tidak akan paham, baby. " gumam lelaki itu pelan.

"Haa? Apa?" tanyaku sambil menatap manik mata lelaki itu.

Aku sedikit menyesal ketika aku menatapnya. Karena sekarang aku malah terpesona dengan pemilik bola mata Caramel milik lelaki itu. Dia menatap intens ke arahku, dan aku mendadak salah tingkah dibuatnya.

"Lupakan," balasnya datar, dan mengalihkan padangannya ke arah jendela mobil.

"Dasar aneh," umpatku pelan.

Dan mendadak suasana mobil menjadi hening, aku merasa bosan. Karena sialnya hp ku malah tertinggal di kamar panti.

Karena bosan aku bersenandung ria menyanyikan lagu yang aku sukai akhir-akhir ini. Lagu asal korea selatan, yang dinyanyikan oleh boyband kesukaanku.

"Diam lah, Anna. Jangan membuatku gemas karena tingkahmu," ucap lelaki itu tiba-tiba.

"Haa? Apa?"

"Ahh lupakan. Kamu begitu bodoh untuk mengerti kata-kataku," ucapnya sambil memukul-mukul kecil kepalaku menggunakan jarinya.

"Yak! Siapa yang kau panggil bodoh ha?" teriakku tidak terima.

Enak saja dia memanggilku bodoh, apakah dia segitu pintarnya sampai berani-beraninya menggatakan aku bodoh. Menyebalkan.

"Kau terlalu cepat emosi baby," ucapnya dan menarikku duduk di panggkuannya.

Holla holla selesai. Jangan lupa selalu dukung ya? Terima kasih

Terpopuler

Comments

Juleyha Lanombuka

Juleyha Lanombuka

lanjut thor

2020-09-06

1

Li Na

Li Na

aku dukung thor.

2020-06-16

4

Anonymous

Anonymous

selalu semangat thor

2020-06-07

4

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!