Mandi

Adzan subuh telah berkumandang, Aira membuka kedua kelopak matanya, Ia melihat langit-langit kamar yang masih temaram, karena Martin semalam mematikan lampu kamar mereka. Ia berusaha bangkit. Namun, tubuhnya terasa berat karena tangan sang suami melingkar di atas tubuhnya. Dalam keadaan gelap itu, Aira berusaha untuk beranjak ke kamar mandi, Ia akan membersihkan dirinya dengan mandi besar, karena semalam untuk kali pertamanya Ia telah menjadi istri seutuhnya untuk sang suami.

Sejenak Aira mengecup kening sang suami yang masih tertidur pulas, Ia tahu pasti suaminya sangat kelelahan, mengingat semalam mereka melakukannya bukan hanya sekali, tapi beberapa kali, membuat tubuh Aira terasa pegal-pegal dan lelah. Tapi, Ia tetap bahagia. Karena Ia telah ikhlas memberikan sesuatu yang paling berharga dalam dirinya hanya untuk suami tercinta.

"Terima kasih, Mas! Kamu telah mempercayakan kepadaku untuk merasakan menjadi istrimu seutuhnya, meskipun pernikahan kita bukan karena dasar cinta. Tapi, Aku yakin jika cinta itu mulai bersemi di antara kita, karena Aku merasakannya dalam sentuhan mu yang begitu lembut kepada ku, kamu sangat memanjakan diriku, Aku merasa seperti wanita yang paling berharga untukmu, apapun yang sudah kamu lakukan semalam, tidak akan pernah Aku lupakan sepanjang hidupku." ucapnya lirih, kemudian Aira beranjak pergi dari tempat tidur. Namun, tiba-tiba saja tangan Martin menahan tangan Aira, sehingga Aira kembali duduk di samping suaminya.

"Kamu mau kemana?" tanya pria itu dengan suara parau.

"Kamu sudah bangun, Mas? Aku mau ke kamar mandi, sudah terdengar suara adzan. Kita mandi, yuk! Setelah itu kita sholat subuh berjamaah." ajak sang istri sembari tersenyum. Dalam cahaya yang masih temaram itu, bayangan wajah Aira masih terpantul dengan jelas, bola mata yang memancarkan cahaya itu menggoda Martin untuk bangun dari tidurnya.

Sejenak Martin membawa sang istri ke dalam pelukannya. Sungguh pria itu rupanya begitu ingin selalu bersama dengan wanita yang kini menjadi istrinya, Martin tampak memeluknya dengan mesra dan Ia pun berkata, "Terima kasih atas segalanya, Aku berjanji tidak akan membuatmu istriku bersedih, Aku juga sangat berterima kasih kepada Mas Panji, karena dia sudah memberikan hadiah terindah dalam hidupku, seorang wanita cantik dan shalihah seperti dirimu, tetaplah bersamaku dalam segala hal, temani Aku hingga ajal memisahkan kita ..." spontan Aira menutup bibir Martin dan menggelengkan kepalanya.

"Jangan katakan itu lagi, kita akan tetap bersama sampai ke liang lahat, Mas Panji sudah cukup membuatku bersedih dengan kematiannya. Dan sekarang kamu adalah Suamiku, yang akan ada dan selalu mendampingi ku, Aku akan tetap setia di samping mu, Mas! Apapun yang terjadi Aku akan tetap ada untukmu. Jadi, Aku mohon jangan katakan itu lagi, Aku ingin membina rumah tangga ini bersamamu, karena Aku yakin jika kamu adalah imam yang baik untukku." mendengar penuturan dari sang istri. Martin sangat bahagia, rupanya keputusannya untuk menyetujui permintaan mendiang Panji tidaklah salah, meskipun berat di awal. Nyatanya sekarang Martin mulai bisa menerima kehadiran istrinya.

"Kita mandi yuk, Mas!" Aira kemudian beranjak untuk berdiri. Namun tiba-tiba saja ia merasa ada sesuatu yang membuatnya sedikit tidak nyaman. Martin yang melihat ekspresi wajah istrinya yang sedikit meringis, Ia pun segera beranjak berdiri dan menggendong tubuh sang istri.

"Mas Martin! Nggak usah Mas, biar Aku berjalan sendiri!" pintanya agar Martin menurunkan dirinya.

"Kamu merasakan ini karena ulahku, jadi Aku harus membuat istri ku nyaman, Aku tidak mau melihat istriku sakit, sehingga Ia enggan untuk melayaniku kembali, Aku tidak mau itu terjadi." pria itu membuat pipi Aira benar-benar seperti kepiting rebus, Ia pun menyandarkan kepalanya pada bahu suaminya.

Martin membawa Aira ke kamar mandi, mereka pun mandi bersama, baru kali ini Martin melihat bodi aduhai sang Istri yang selama ini tertutup dengan gamis panjang, sungguh seperti mutiara yang tersimpan begitu rapat, kulit putih dan bersih sungguh terpampang nyata di hadapan Martin yang tampak sedang menggosok punggung istrinya.

"Subhanallah! Tubuhmu begitu indah, Sayang! Semuanya terlihat istimewa, kamu menutupi keindahan ini dengan sangat sempurna. Balutan gamis panjang itu rupanya melindungi tubuh indah ini dari mata liar laki-laki yang bukan mahram, kerudung panjang itu melindungi rambut mu yang indah, agar laki-laki diluar sana tidak menyentuhnya sembarangan. Dan hanya Aku yang bisa melihat keindahan dan kemolekan tubuh ini, Aku adalah laki-laki yang beruntung. Betapa semua ini adalah anugerah yang paling terindah, rasanya Aku ingin sekali memiliki anak yang banyak dari Ibu yang cantik seperti dirimu, tentunya mereka akan tumbuh menjadi anak yang shalih dan shalihah, karena terlahir dari wanita yang shalihah seperti dirimu." kata ucap Martin dari arah belakang Aira sembari menggosok punggung mulus itu.

Tentu saja Martin terpesona dengan kemolekan tubuh Aira, meskipun dirinya telah memiliki sang istri sepenuhnya. Tapi untuk menatap keseluruhan milik Aira, baru kali ini Martin melihatnya secara sempurna. Karena semalam dirinya sengaja mematikan lampu kamar mereka. Sehingga tak nampak lekuk tubuh Aira yang bak model menurutnya. Aira tersenyum mendengar rayuan suaminya, Ia pun mengerutkan keningnya saat mendengar ucapan Martin yang ingin memiliki anak banyak darinya.

"Apa, Mas! Kamu ingin mempunyai anak yang banyak? Memangnya kamu ingin punya anak berapa?" tanyanya balik membuat Martin menatap ke atas dan sejenak berpikir, berapa banyak anak yang akan mereka buat nanti.

"Aku ingin punya anak li ... ma, eh nggak-nggak bukan lima, tapi enam atau tujuh, makin banyak lebih bagus iya, kan?" jawaban Martin membuat Aira menepuk jidatnya.

"Astaghfirullah, Mas! Sebanyak itu?"

"Iya dong! Aku ingin rumah ini rame dengan kehadiran anak-anak kita nanti, apalagi Mama sama Papa tuh pasti mereka Seneng banget, kan! Makanya itu kita harus gencar membuat proyek bikin anak, kalau bisa setiap lahir anak kita kembar, biar cepet banyak tuh!" Martin berkata dengan wajah yang sangat berbinar. Beda halnya dengan Aira yang terlihat pasrah dengan ucapan suaminya.

"Terserah kamu deh, Mas! Kepalaku pusing!" ucap Aira sembari memegang kepalanya. Martin pun tersenyum dan berkata sembari membalikkan badan istrinya yang waktu itu tanpa memakai benang sedikit pun.

"Lihatlah Aku!" titah Martin sembari meraih dagu istrinya, dibawah guyuran air shower mereka berdua saling berhadapan. Aira menatap wajah sang suami dengan malu-malu.

"Aku cuma bercanda, mana mungkin Aku merepotkan istriku dengan mengasuh banyak anak, Aku bertanggung jawab membuat istriku bahagia, Aku tidak akan merepotkan mu karena kehadiran buah hati kita nanti, kalaupun nanti anak kita lahir, Aku tidak akan membiarkanmu bangun tengah malam karena mendengar tangisan bayi kita, Aku yang akan menjaganya." ucapan Martin tentu saja membuat gadis seperti Aira bersyukur memiliki suami yang pengertian dan menyayanginya.

...BERSAMBUNG ...

Terpopuler

Comments

Enung Samsiah

Enung Samsiah

mertin nggk ingt ucapn d episode 1 🤣🤣

2022-12-01

1

Yusni Ali

Yusni Ali

Woow Martin... tadinya g mau sekarang 😀😀😀😀

2022-11-03

0

Princess Alin

Princess Alin

Mulai bucin akut🤣🤣

2022-10-25

1

lihat semua
Episodes
1 Wasiat
2 Qodarullah
3 Pemandangan
4 Minggat ke sofa
5 Dia masih perawan
6 Sabar ini ujian
7 Terserah
8 Berkunjung ke panti
9 Lemparan bola
10 Mulai menyukai
11 Aku minta maaf
12 Merapikan peci
13 Kepala pusing
14 Surga istri ada pada suaminya
15 Kenapa kamu lepas hijabmu
16 Ibadah terbaik
17 Mandi
18 Peraturan baru
19 Baru Nyemplung
20 Menerima Kenyataan
21 Kedatangan Lita
22 Apa kabar kamu, Mas?
23 Sangat istimewa
24 Alesha Zahra
25 Panah cinta
26 Bidadari hatiku
27 Makan malam
28 Kebetulan
29 Hampir tergoda
30 Belum sholat Isya
31 Jangan lupa berdoa
32 Bangun setengah lima
33 Berita buruk
34 Berkunjung ke restoran
35 Mencari bukti
36 Istri idaman
37 Kedatangan Tirta
38 Hadiah dari Tirta
39 Hamil
40 Mendapat keringanan
41 Hamba menyesal
42 Belanja sayur
43 Buah kedondong
44 Penyesalan Hilda
45 Kekecewaan Lita
46 Apakah Aku yang bersalah?
47 Dugaan Martin
48 Golongan darah AB-
49 Astagfirullahal adzim
50 Kedekatan emosional
51 Tes DNA
52 Kebahagiaan yang berlipat ganda
53 Sujud sepertiga malam
54 Tidak ada kata terlambat
55 Aira kakak kandung Lita
56 Sapu tangan Tirta
57 Kesebelasan
58 Jangan nakal
59 Halalkan aku
60 Pertemuan Kakak beradik
61 Pertemuan Aira dan kedua orang tuanya
62 Bertemu kedua bayi ku
63 Sepasang bayi kembar
64 Pernikahan Tirta dan Lita
Episodes

Updated 64 Episodes

1
Wasiat
2
Qodarullah
3
Pemandangan
4
Minggat ke sofa
5
Dia masih perawan
6
Sabar ini ujian
7
Terserah
8
Berkunjung ke panti
9
Lemparan bola
10
Mulai menyukai
11
Aku minta maaf
12
Merapikan peci
13
Kepala pusing
14
Surga istri ada pada suaminya
15
Kenapa kamu lepas hijabmu
16
Ibadah terbaik
17
Mandi
18
Peraturan baru
19
Baru Nyemplung
20
Menerima Kenyataan
21
Kedatangan Lita
22
Apa kabar kamu, Mas?
23
Sangat istimewa
24
Alesha Zahra
25
Panah cinta
26
Bidadari hatiku
27
Makan malam
28
Kebetulan
29
Hampir tergoda
30
Belum sholat Isya
31
Jangan lupa berdoa
32
Bangun setengah lima
33
Berita buruk
34
Berkunjung ke restoran
35
Mencari bukti
36
Istri idaman
37
Kedatangan Tirta
38
Hadiah dari Tirta
39
Hamil
40
Mendapat keringanan
41
Hamba menyesal
42
Belanja sayur
43
Buah kedondong
44
Penyesalan Hilda
45
Kekecewaan Lita
46
Apakah Aku yang bersalah?
47
Dugaan Martin
48
Golongan darah AB-
49
Astagfirullahal adzim
50
Kedekatan emosional
51
Tes DNA
52
Kebahagiaan yang berlipat ganda
53
Sujud sepertiga malam
54
Tidak ada kata terlambat
55
Aira kakak kandung Lita
56
Sapu tangan Tirta
57
Kesebelasan
58
Jangan nakal
59
Halalkan aku
60
Pertemuan Kakak beradik
61
Pertemuan Aira dan kedua orang tuanya
62
Bertemu kedua bayi ku
63
Sepasang bayi kembar
64
Pernikahan Tirta dan Lita

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!