Berkunjung ke panti

Akhirnya hari itu juga, Aira pergi ke panti asuhan di antar oleh sang suami, Martin memang tidak suka mengantarkan Aira ke panti, namun karena desakan dari kedua orang tuanya, Martin terpaksa mengikuti perintah Asri dan Burhan.

Selama dalam perjalanan, mereka berdua tampak saling diam, tak ada kata-kata yang Panti asuhan Aira terletak di luar kota, mereka membutuhkan waktu sekitar 3 jam untuk sampai di panti. Melihat sang suami yang mengemudi cukup lama, Aira mencoba menawarkan minuman pada Martin, "Minum dulu, Mas!" Martin hanya diam dan terus saja menyetir. Aira yang melihat sikap cuek suaminya, Ia pun meletakkan kembali botol minuman itu, kemudian Ia kembali duduk dan memperhatikan arah jendela mobil, tanpa sengaja Aira melihat seorang anak kecil yang sedang mengamen di pinggir jalan, anak itu sendirian duduk di trotoar karena merasa kelelahan. Aira tampak kasihan melihat anak yang berusia sekitar sepuluh tahun itu. Aira meminta kepada Martin untuk mengehentikan mobilnya.

"Mas! Tolong berhenti sebentar!" Martin segera menghentikan mobilnya, kemudian Aira meminta izin kepada Martin untuk keluar dari mobil dan memberikan sebuah roti untuk anak itu.

"Mas! Bolehkah Aku memberikan air minum ini untuk anak itu, karena kamu tidak mau meminumnya, biar anak itu yang meminumnya, Aku kasihan sama dia, sepertinya dia sangat kelelahan dan kehausan." pinta Aira sembari menunjuk air minum yang sebelumnya Ia tawarkan kepada suaminya.

"Hmm ...!" jawab Martin singkat.

"Terima kasih, Mas!" Aira tampak tersenyum, rupanya Martin tidak keberatan untuk memberikan air minum itu untuk seorang anak jalanan yang Aira temui.

Aira pun beranjak turun dari mobilnya, kemudian Ia menghampiri anak perempuan itu. Tentu saja anak itu sangat terkejut melihat kedatangan Aira yang tiba-tiba berjongkok di sampingnya.

"Hai Adek! Siapa namamu?" tanya Aira dengan tersenyum.

"Aira, Kak!" jawab anak itu dengan polosnya.

"Waah ternyata nama kita sama, namaku juga Aira! Emm kamu kok sendirian sih? Dimana orang tuamu?"

"Ayah dan ibu sudah meninggal, Kak!" jawabnya. Mendengar pengakuan sang anak, Aira tampak bersedih, ternyata anak kecil itu bernasib sama seperti dirinya, ditinggalkan oleh kedua orang tua sedari kecil, Aira ditinggal oleh kedua orang tuanya saat berusia 7 tahun, waktu itu rumah Aira kebakaran hebat, Aira bisa diselamatkan. Namun, kedua orang tuanya terjebak dan tidak bisa menyelamatkan diri dari kebakaran ganas itu. Sehingga Aira tidak mempunyai orang tua lagi dan Ia dibawa oleh Bu Fatimah yang kebetulan menjadi guru di sekolahnya, untuk tinggal di panti asuhan miliknya.

Sejenak Aira menitikkan air matanya ketika mengingat kejadian empat belas tahun silam, kemudian Ia segera memberikan air minum dan sepotong roti untuk anak itu.

"Ini Kakak ada sedikit rejeki, kamu makan ya!" ucapnya sembari mengelus rambut anak itu.

"Terima kasih banyak Kak! Kakak orang yang baik, mudah-mudahan Kakak selalu mendapatkan kebahagiaan dan selalu dilindungi oleh Allah SWT." ucapan sang anak di Amini langsung oleh Aira.

"Aamiin! Makasih ya, Sayang! Eh kamu tinggal sama siapa?" tanya Aira.

"Aku tinggal sama Nenek, Kak!"

"Ohh ... ini sekalian bawa untuk nenek, ya! Sekarang kamu pulang beritahu Nenek, jangan disini lagi bahaya banget!" ucap Aira sembari memberikan sepotong roti lagi untuk anak itu.

"Alhamdulillah, makasih Kak Aira! Waah Nenek pasti senang, Kak Aira baik banget, semoga Kak Aira dikelilingi oleh orang-orang yang sayang sama Kakak, makasih Kak!" gadis itu tampak berlari pulang dengan senang, sejenak Aira menghela nafasnya, Ia sangat bersyukur, meskipun dirinya berasal dari panti setidaknya Ia tidak pernah hidup terlunta-lunta di jalanan, masih ada yang lebih susah di bawah kita, jika kita mau bersyukur.

"Ya Allah! Lindungi anak itu, berikan kebahagiaan untuknya, dan terima kasih atas segala nikmat yang Engkau berikan kepada hamba, setidaknya ini adalah sebuah cermin untuk membuat hamba senantiasa bersyukur kepada-Mu ya Rabb!"

Kemudian Aira kembali lagi ke dalam mobil, Martin sedari tadi memperhatikan istrinya dari dalam mobil, sejenak Ia melihat ada sedikit kesedihan dalam wajah Aira, membuat pria itu tiba-tiba saja ingin mengetahui mengapa Aira justru bersedih setelah bertemu dengan anak itu.

"Kenapa kamu bersedih?" tanyanya sembari memperhatikan wajah Aira.

"Enggak! Aku nggak apa-apa kok, siapa yang sedih." jawabnya sembari merapikan tempat duduknya.

"Dasar wanita, ditanya baik-baik malah cuek, nanti kalau nggak ditanyain katanya Aku nggak perhatian," ucapan Martin memaksa Aira untuk menoleh pada suaminya.

"Kamu ngomong apa, Mas?"

"Hah ... siapa yang ngomong, Aku nggak ngomong apa-apa kok!" balasnya sembari sembari melajukan mobilnya. Rupanya Martin membalas jawaban dari pertanyaannya kepada Aira.

Aira pun tahu jika suaminya sedang membalas ucapannya, Ia pun bercerita tentang pertemuannya dengan anak itu.

"Kamu tahu, Mas! Anak itu ternyata seorang yatim piatu sama sepertiku, melihatnya seperti Aku melihat diriku sendiri, tanpa kasih sayang dari kedua orang tua, tapi Aku tetap bersyukur, Aku masih memiliki Bu Fatimah yang menyayangi ku, Ia merawatku saat Aku ditinggalkan oleh kedua orang tua ku, Ayah dan Ibu meninggal saat terjadi kebakaran di rumahku, Aku dirawatnya seperti putri kandungnya sendiri, meskipun Aku yatim piatu, setidaknya Aku masih memiliki orang-orang yang masih menyayangiku, Bu Fatimah, Mama Asri, Papa Burhan, dulu Mas Panji adalah orang yang paling menyayangiku, tapi sekarang Ia sudah berada di Surganya, mungkin ada sedikit yang berkurang, kasih sayang seperti yang diberikan oleh Mas Panji, mungkin tidak akan pernah Aku dapatkan lagi, hmm ... ya sudahlah, mungkin ini memang Qodarullah, Aku harus ikhlas!" Aira berkata sembari menundukkan wajahnya.

Tiba-tiba saja Martin mengatakan sesuatu yang membuat Aira tercengang. "Kamu pasti mendapatkan kasih sayang itu lagi, dan mungkin lebih besar dari yang Mas Panji berikan padamu!" ucapnya sembari terus fokus mengemudi.

"Maksud, Mas?" Aira tampak mengerutkan keningnya. Martin hanya menoleh sekilas dan kembali menatap lurus ke depan tanpa berkata apa-apa. Aira terlihat tersenyum sembari memalingkan wajahnya, entahlah kenapa tiba-tiba saja dirinya merasa bahagia saat Martin berkata itu kepadanya.

"Aamiin!" satu kata dari bibir Aira yang tak sengaja terdengar di telinga Martin, sejenak Martin tersenyum setelah mendengar Aira mengucapkan Aamiin.

*

*

*

Setelah beberapa menit, akhirnya mobil Martin tiba di panti asuhan Roudhatul Jannah, panti dimana Aira menghabiskan masa kecilnya di sana.

Bu Fatimah melihat sebuah mobil yang sedang berhenti tepat di depan panti, wanita berjilbab itu tampak mengerutkan keningnya memperhatikan siapa yang datang berkunjung ke pantinya. Hingga akhirnya seorang gadis yang sangat Ia nantikan kehadirannya turun dari mobil tersebut.

"Aira!" Bu Fatimah begitu terharu melihat kedatangan anak asuhnya, begitu pun dengan Aira yang langsung datang mencium tangan dan memeluk Bu Fatimah penuh kerinduan.

"Assalamualaikum Bu! Aira kangen banget sama Ibu, Ibu apa kabar?" tanya gadis itu sembari berkaca-kaca.

"Waalaikum salam, Alhamdulillah Ibu baik-baik saja, kamu tambah cantik saja!" puji Bu Fatimah kepada Aira yang tampak tersenyum malu. Bu Fatimah melihat seorang pria yang sedang berdiri di belakang Aira dengan wajah yang mirip dengan Panji.

"Em ... apa itu suamimu, Nak?" tanya Bu Fatimah saat melihat Martin. Aira menoleh ke arah Martin.

"Iya Bu! Dia suamiku, Mas Martin! Adik Almarhum Mas Panji!" jawabnya dengan malu-malu. Kemudian Martin mengucapkan salam kepada Bu Fatimah.

"Assalamualaikum Bu Fatimah! Senang bisa bertemu dengan Anda!" ucap Martin.

"Waalaikum salam, Subhanallah! Sungguh beruntung Aira menikah dengan Nak Martin! Sepertinya mendiang Nak Panji tidak salah memberikan wasiat kepada kalian, Ibu melihat kalian berdua sangat cocok sekali, Inshallah pernikahan kalian akan bahagia sakinah mawadah warahmah, Nak Martin mirip sekali dengan Nak Panji, mudah-mudahan Nak Martin juga bisa menyayangi Aira seperti Nak Panji menyayanginya!" ucapan Bu Fatimah membuat Martin terpaksa menunjukkan senyum terbaiknya.

"Hehehe iya, Bu!" Martin cengar-cengir sembari menatap Aira yang tampak memperhatikannya sembari menutupi senyumnya.

...BERSAMBUNG...

...BTW OTHOR MAU SURVEI, YANG KURANG SUKA DENGAN POLIGAMI UNJUK GIGI DONG, EH TUNJUK JARI MAKSUDNYA 🤭. PADAHAL OTHOR MAU BIKIN CERITA YANG BEDA DARI POLIGAMI YANG KEBANYAKAN MENYAKITKAN BAGI KAUM HAWA, HMM ... KALAU ADA YANG NGGAK SETUJU , OKE LAH FINE, OTHOR BISA RUBAH KERANGKA CERITA NYA DEMI KALIAN, TAPI BALIK LAGI, TUNJUKKAN DUKUNGAN KALIAN DONG, VOTE DAN KEMBANG SEKEBONNYA JANGAN LUPA 🤭...

*

*

*

YUHUU OTHOR BAWA NOVEL BAGUS LAGI NIH, YUK KEPOIN 🏃🏃

Pernikahan adalah sebuah impian setiap orang, tetapi bagaimana rasanya kalau kita menikah dengan orang yang salah? Perkenalan yang begitu singkat membuat Anindya tak mengenal jelas sosok Argantara suaminya. Niat hati ingin mendapatkan kebahagiaan, dia justru mendapatkan goresan luka yang dibuat oleh sang suami. Lantas, siapakah yang disalahkan dalam hal ini? Mungkinkah takdir tak berpihak kepadanya?

Anindya Saputri, wanita berusia 24 tahun yang harus merasakan luka dan penderitaan yang mendalam dalam pernikahannya. Pernikahan tak seperti dalam bayangannya. Dia telah salah dalam memilih suami. Argantara bukanlah suami yang baik untuknya. Banyak rahasia yang belum terungkap.

"Aku cape, harus terus terlihat bahagia di depan semua orang. Menutupi kelakuan kamu!"

-Anindya Saputri-

"Aku yakin kamu akan selalu mempertahankan aku dan tak akan pernah pergi meninggalkan aku."

-Argantara Wijaksono-

Rahasia apa yang dimiliki Argantara? Akankah Anindya tetap mempertahankan pernikahannya?

Terpopuler

Comments

efvi ulyaniek

efvi ulyaniek

jgn poligami donkkkkkk...nyesek mesti

2024-06-18

0

Rodiah Rodiah

Rodiah Rodiah

no no poligami

2023-10-22

0

Nia Marlyana

Nia Marlyana

ngga suka poligami.

2022-11-24

1

lihat semua
Episodes
1 Wasiat
2 Qodarullah
3 Pemandangan
4 Minggat ke sofa
5 Dia masih perawan
6 Sabar ini ujian
7 Terserah
8 Berkunjung ke panti
9 Lemparan bola
10 Mulai menyukai
11 Aku minta maaf
12 Merapikan peci
13 Kepala pusing
14 Surga istri ada pada suaminya
15 Kenapa kamu lepas hijabmu
16 Ibadah terbaik
17 Mandi
18 Peraturan baru
19 Baru Nyemplung
20 Menerima Kenyataan
21 Kedatangan Lita
22 Apa kabar kamu, Mas?
23 Sangat istimewa
24 Alesha Zahra
25 Panah cinta
26 Bidadari hatiku
27 Makan malam
28 Kebetulan
29 Hampir tergoda
30 Belum sholat Isya
31 Jangan lupa berdoa
32 Bangun setengah lima
33 Berita buruk
34 Berkunjung ke restoran
35 Mencari bukti
36 Istri idaman
37 Kedatangan Tirta
38 Hadiah dari Tirta
39 Hamil
40 Mendapat keringanan
41 Hamba menyesal
42 Belanja sayur
43 Buah kedondong
44 Penyesalan Hilda
45 Kekecewaan Lita
46 Apakah Aku yang bersalah?
47 Dugaan Martin
48 Golongan darah AB-
49 Astagfirullahal adzim
50 Kedekatan emosional
51 Tes DNA
52 Kebahagiaan yang berlipat ganda
53 Sujud sepertiga malam
54 Tidak ada kata terlambat
55 Aira kakak kandung Lita
56 Sapu tangan Tirta
57 Kesebelasan
58 Jangan nakal
59 Halalkan aku
60 Pertemuan Kakak beradik
61 Pertemuan Aira dan kedua orang tuanya
62 Bertemu kedua bayi ku
63 Sepasang bayi kembar
64 Pernikahan Tirta dan Lita
Episodes

Updated 64 Episodes

1
Wasiat
2
Qodarullah
3
Pemandangan
4
Minggat ke sofa
5
Dia masih perawan
6
Sabar ini ujian
7
Terserah
8
Berkunjung ke panti
9
Lemparan bola
10
Mulai menyukai
11
Aku minta maaf
12
Merapikan peci
13
Kepala pusing
14
Surga istri ada pada suaminya
15
Kenapa kamu lepas hijabmu
16
Ibadah terbaik
17
Mandi
18
Peraturan baru
19
Baru Nyemplung
20
Menerima Kenyataan
21
Kedatangan Lita
22
Apa kabar kamu, Mas?
23
Sangat istimewa
24
Alesha Zahra
25
Panah cinta
26
Bidadari hatiku
27
Makan malam
28
Kebetulan
29
Hampir tergoda
30
Belum sholat Isya
31
Jangan lupa berdoa
32
Bangun setengah lima
33
Berita buruk
34
Berkunjung ke restoran
35
Mencari bukti
36
Istri idaman
37
Kedatangan Tirta
38
Hadiah dari Tirta
39
Hamil
40
Mendapat keringanan
41
Hamba menyesal
42
Belanja sayur
43
Buah kedondong
44
Penyesalan Hilda
45
Kekecewaan Lita
46
Apakah Aku yang bersalah?
47
Dugaan Martin
48
Golongan darah AB-
49
Astagfirullahal adzim
50
Kedekatan emosional
51
Tes DNA
52
Kebahagiaan yang berlipat ganda
53
Sujud sepertiga malam
54
Tidak ada kata terlambat
55
Aira kakak kandung Lita
56
Sapu tangan Tirta
57
Kesebelasan
58
Jangan nakal
59
Halalkan aku
60
Pertemuan Kakak beradik
61
Pertemuan Aira dan kedua orang tuanya
62
Bertemu kedua bayi ku
63
Sepasang bayi kembar
64
Pernikahan Tirta dan Lita

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!