Mulai menyukai

Aira pun merapikan bajunya, sungguh kejadian itu membuatnya malu kepada Martin, secara tak sengaja Martin sudah merasakan sesuatu milik istrinya yang tersembunyi di balik gamis panjangnya. Martin sendiri juga tampak salah tingkah. Aira memutuskan segera pergi meninggalkan lapangan untuk mengambil air minum. Namun, tiba-tiba saja Martin menahan tangan Aira dan membisikkan sesuatu kepada istrinya.

"Bagaimana? Aku menang bukan! skor kita dua puluh kosong, itu sudah membuktikan jika kamu kalah. Memasukkan bola ke dalam keranjang itu sangatlah mudah, Aira! Apalagi lawanku tidak ada apa-apa nya, sama sepertimu!" ucapnya dengan nada berbisik seolah-olah ucapan Martin itu adalah sebuah sindiran.

Aira menghela nafasnya dan berkata, "Jangan meremehkan ku, Mas! Mungkin sekarang kamu bisa mengalahkan ku, tapi suatu saat Aku yang akan mengalahkan mu!" Aira segera pergi meninggalkan Martin yang tampak mengusap keringatnya. Tak berselang lama terlihat adik panti Aira yang bernama Fitri itu tiba-tiba datang menghampiri Martin sembari memberikan sebotol minuman untuknya.

"Ini Om minumnya, tadi Kak Aira menyuruhku untuk memberikannya kepada Om!" ucap gadis itu. Martin menerimanya dan mengucapkan terima kasih kepada Fitri. Kemudian Martin membuka tutup botolnya dan Ia segera meminum air mineral yang diberikan oleh Fitri untuknya.

Tiba-tiba saja Fitri mengatakan sesuatu yang membuat Martin tersedak. "Om! Cinta ya sama Kak Aira?"

Spontan Martin yang sedang meminum minuman itu langsung dari botolnya, tiba-tiba dirinya terbatuk-batuk sampai mengeluarkan air mata. Martin mencoba menenangkan dirinya ketika mendengar ucapan Fitri kepadanya.

"Kenapa kamu bisa bilang seperti itu?" tanya Martin sembari duduk di sebuah kursi. Fitri terlihat memandangi wajah Martin yang menurutnya mirip sekali dengan mendiang Panji.

"Om benar-benar mirip sekali sama Om Panji! Tapi sayang, Om cemen!" ucapnya kepada Martin yang tampak membulatkan matanya.

"Kenapa kamu bicara seperti itu? Om cemen? Cemen gimana?" Martin tampak penasaran kenapa Fitri mengatakan hal itu kepadanya.

"Om tahu, dulu almarhum Om Panji getol banget mengejar Kak Aira, Om Panji sayaaang banget sama Kak Aira, padahal Kak Aira terus berusaha menghindar dari Om Panji!" ucap gadis itu.

"Kenapa Kak Aira menghindar?" tanya Martin semakin penasaran. Kemudian Fitri mendekati Martin dan berbisik pada telinga suami Aira itu. "Om janji, ya! Jangan bilang-bilang sama Kakak!"

Martin mengangguk dan mendengarkan secara seksama apa yang dikatakan oleh Fitri kepadanya.

"Kak Aira merasa malu, karena Kak Aira berasal dari panti, sementara Om Panji anak orang kaya, Kak Aira sempat menolak Om Panji. Tapi, Om Panji malah langsung meminang Kak Aira dan memintanya untuk menjadi istri Om Panji, itupun Om Panji langsung ngomong sama Bu Fatimah, Om! Jadi, Kak Aira itu nggak tahu jika dia udah dilamar oleh Om Panji, hingga tiba-tiba saja Om Panji datang dengan kedua orang tuanya untuk bersungguh-sungguh meminang Kak Aira secara resmi, Om Panji memang gentleman ya, Om! Hmm ... masa Om Martin nggak bisa sih!" celoteh Fitri kepada Marcell yang tampak memijit pelipisnya.

"Sialan nih, anak! Ngatain Aku cemen, dia belum tahu saja,"

"Aku lihat, Om Martin suka ya sama Kak Aira! Hayo ngaku deh, Om!" celetuk sang bocah sembari tertawa melihat ekspresi wajah Martin yang tampak salah tingkah.

"Eh nih bocah! Kalau ngomong ngawur banget, nggak mungkinlah Om suka sama Kakak kalian, yang ada bikin kesel tahu, nggak!" ucap Martin sembari memperhatikan Aira yang sedang berbicara dengan Bu Fatimah, sejenak Martin melihat wajah Aira yang akhir-akhir ini mulai mengganggunya, dia memang tidak mencintainya. Namun, tiba-tiba saja pesona gadis itu membuat Martin sedikit terganggu, apalagi Ia telah menyentuh aset tersembunyi yang membuatnya semakin penasaran. Martin tak berkedip saat melihat Aira yang sedang mengobrol dengan Bu Fatimah.

Tiba-tiba saja ia dikejutkan dengan lemparan bola ke arah kepalanya yang tak sengaja dilakukan oleh seorang anak panti, spontan Martin terjatuh dan membuat Aira panik yang saat itu mengetahui jika Martin terkena lemparan bola di kepalanya.

"Mas Martin! Astaghfirullah kamu kenapa, Mas!" Aira berjalan menghampiri Martin yang sedang pingsan.

"Mas! Mas Martin! Bangun Mas, Ya Allah kok bisa pingsan sih!"

Aira meletakkan kepala Martin di atas pangkuannya dan menepuk-nepuk pipinya, tentu saja Martin merasakan harum aroma parfum milik Aira yang lembut, sejatinya Martin hanya berpura-pura pingsan agar dirinya tahu bagaimana reaksi Aira saat melihat dirinya pingsan.

"Harum ini, membuat kepalaku terasa rileks, apalagi ini ... Astaghfirullah, dosa nggak sih! Mas Panji maafkan Adikmu, Mas! Aku tidak bermaksud mengambil posisimu, seharusnya yang berhak tidur di pangkuan Aira adalah Kamu, dosa kah Aku! Eh tapi dia istriku, nggak dosa dong!"

Setelah itu Martin dibawa oleh beberapa orang untuk diletakkan di atas tempat tidur, setelahnya Aira tampak memberikan minyak angin pada dada Martin agar sedikit terasa hangat. Perlahan Aira membuka kancing baju Martin, meskipun sedikit risih. Namun, Aira terpaksa melakukannya agar suaminya lekas sadar.

"Huffftt ... maafkan aku, Mas! Aku tidak bermaksud macam-macam, Aku cuma ingin melaburkan minyak angin ini pada dadamu," ucapnya lirih sembari mengucapkan basmalah.

"Bismillahirrahmanirrahim ... huffftt!" Aira tampak memejamkan mata sembari menghela nafasnya dalam-dalam, ketika telapak tangannya mulai menyentuh dan membelai dada bidang suaminya, dada bidang yang sedikit ditumbuhi bulu-bulu halus itu membuat Aira sedikit memalingkan wajahnya. Martin tampak sedang mengintip wajah istrinya dengan membuka sedikit kedua matanya, memperhatikan ekspresi wajah Aira tatkala istrinya itu sedang menyentuh kulit tubuhnya.

"Hehehe, Aku kerjain Kamu, Eh ... kok Aku suka sih dia belai-belai gini, woi sadar Martin, dia bukan gadis tipe kamu," gumam Martin yang merasa jantungnya berdegup kencang saat sentuhan tangan Aira begitu lembut mengusap dadanya.

Setelah Aira memberi minyak angin pada dada dan leher Martin, Ia pun mencoba menyadarkan suaminya dengan mengoleskan minyak angin tersebut pada area hidung Martin, agar Martin segera siuman. Dengan telaten Aira mengoleskan minyak angin itu pada hidung Martin. Karena pria itu sejatinya tidak pingsan, maka dengan cepat Martin menahan tangan Aira dan membuka kedua matanya saat Aira mulai meletakkan minyak angin pada hidungnya. Sontak apa yang dilakukan oleh Martin membuat Aira sangat terkejut.

"Mas Martin! Kamu sudah bangun!" ucapnya sembari menatap wajah Martin serius.

"Iya ... tapi kepalaku masih pusing! Eh ... apa-apaan ini, kamu sengaja mencari kesempatan, ya! Buka-buka bajuku segala. Kamu pasti mau macam-macam, kan!" Martin tampak menutupi dadanya dengan kedua tangannya, mirip seorang gadis yang terciduk saat seorang pria melihat kemolekan tubuhnya.

Sekali lagi Aira tertawa melihat tingkah konyol Martin yang membuatnya kocak, benar-benar adik Panji itu berhasil membuat Aira tertawa lepas. Tentu saja bukan kali ini Martin melihat lesung pipi itu menghiasi wajah Aira, seolah Martin ingin selalu melihat senyum Aira yang membuatnya semakin suka.

"Sialan kamu, Martin! Tahan pandanganmu, jangan biarkan gadis ini mengambil hatimu."

"Sudahlah, Martin! Akui saja jika kamu mulai menyukai mantan Kakak iparmu ini! Buang gengsi mu, lagipula dia adalah Istri mu, dia sudah halal untukmu."

Dua sisi Martin yang saling bertentangan, membuat pria itu dilema.

...BERSAMBUNG...

Terpopuler

Comments

Dyah Oktina

Dyah Oktina

makan deh dilema...

2023-11-15

0

Rodiah Rodiah

Rodiah Rodiah

lanjuut thoor💪💪💪🥰🥰🥰

2023-10-22

0

Umi Nabila

Umi Nabila

suka y bang

2022-12-03

0

lihat semua
Episodes
1 Wasiat
2 Qodarullah
3 Pemandangan
4 Minggat ke sofa
5 Dia masih perawan
6 Sabar ini ujian
7 Terserah
8 Berkunjung ke panti
9 Lemparan bola
10 Mulai menyukai
11 Aku minta maaf
12 Merapikan peci
13 Kepala pusing
14 Surga istri ada pada suaminya
15 Kenapa kamu lepas hijabmu
16 Ibadah terbaik
17 Mandi
18 Peraturan baru
19 Baru Nyemplung
20 Menerima Kenyataan
21 Kedatangan Lita
22 Apa kabar kamu, Mas?
23 Sangat istimewa
24 Alesha Zahra
25 Panah cinta
26 Bidadari hatiku
27 Makan malam
28 Kebetulan
29 Hampir tergoda
30 Belum sholat Isya
31 Jangan lupa berdoa
32 Bangun setengah lima
33 Berita buruk
34 Berkunjung ke restoran
35 Mencari bukti
36 Istri idaman
37 Kedatangan Tirta
38 Hadiah dari Tirta
39 Hamil
40 Mendapat keringanan
41 Hamba menyesal
42 Belanja sayur
43 Buah kedondong
44 Penyesalan Hilda
45 Kekecewaan Lita
46 Apakah Aku yang bersalah?
47 Dugaan Martin
48 Golongan darah AB-
49 Astagfirullahal adzim
50 Kedekatan emosional
51 Tes DNA
52 Kebahagiaan yang berlipat ganda
53 Sujud sepertiga malam
54 Tidak ada kata terlambat
55 Aira kakak kandung Lita
56 Sapu tangan Tirta
57 Kesebelasan
58 Jangan nakal
59 Halalkan aku
60 Pertemuan Kakak beradik
61 Pertemuan Aira dan kedua orang tuanya
62 Bertemu kedua bayi ku
63 Sepasang bayi kembar
64 Pernikahan Tirta dan Lita
Episodes

Updated 64 Episodes

1
Wasiat
2
Qodarullah
3
Pemandangan
4
Minggat ke sofa
5
Dia masih perawan
6
Sabar ini ujian
7
Terserah
8
Berkunjung ke panti
9
Lemparan bola
10
Mulai menyukai
11
Aku minta maaf
12
Merapikan peci
13
Kepala pusing
14
Surga istri ada pada suaminya
15
Kenapa kamu lepas hijabmu
16
Ibadah terbaik
17
Mandi
18
Peraturan baru
19
Baru Nyemplung
20
Menerima Kenyataan
21
Kedatangan Lita
22
Apa kabar kamu, Mas?
23
Sangat istimewa
24
Alesha Zahra
25
Panah cinta
26
Bidadari hatiku
27
Makan malam
28
Kebetulan
29
Hampir tergoda
30
Belum sholat Isya
31
Jangan lupa berdoa
32
Bangun setengah lima
33
Berita buruk
34
Berkunjung ke restoran
35
Mencari bukti
36
Istri idaman
37
Kedatangan Tirta
38
Hadiah dari Tirta
39
Hamil
40
Mendapat keringanan
41
Hamba menyesal
42
Belanja sayur
43
Buah kedondong
44
Penyesalan Hilda
45
Kekecewaan Lita
46
Apakah Aku yang bersalah?
47
Dugaan Martin
48
Golongan darah AB-
49
Astagfirullahal adzim
50
Kedekatan emosional
51
Tes DNA
52
Kebahagiaan yang berlipat ganda
53
Sujud sepertiga malam
54
Tidak ada kata terlambat
55
Aira kakak kandung Lita
56
Sapu tangan Tirta
57
Kesebelasan
58
Jangan nakal
59
Halalkan aku
60
Pertemuan Kakak beradik
61
Pertemuan Aira dan kedua orang tuanya
62
Bertemu kedua bayi ku
63
Sepasang bayi kembar
64
Pernikahan Tirta dan Lita

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!