Merapikan peci

"Tidak apa-apa, maafkan Aku jika sudah lancang bertanya tentang hal yang bukan urusanku, Aku janji tidak akan melakukannya lagi." Aira berusaha untuk tidak meneteskan air matanya lagi, Ia memang kuat menahan cibiran dari suaminya sendiri, tapi jika sudah dibentak, itu hal yang berbeda.

Martin menghela nafasnya dan Ia pun melakukan kembali mobilnya, Martin memperhatikan Aira yang sedari tadi menengok ke arah jendela mobil. Ia pun memberanikan diri untuk meminta maaf lagi kepada Aira.

"Kamu masih marah? Iya maaf harusnya Aku tidak berkata seperti itu padamu, Aku sedang emosi saat itu, jadi Aku tidak bisa mengendalikan diriku."

Aira terlihat masih diam dan tidak bersuara apapun, Ia takut jika dirinya salah bicara maka Martin akan berkata kasar lagi. Ia hanya menganggukkan kepala sebagai tanda jika Ia mengerti apa yang dimaksud oleh suaminya.

Setelah beberapa menit akhirnya mobil mereka tiba di halaman rumah, jam menunjukkan pukul setengah sembilan malam, Aira dan Martin turun dan segera masuk ke dalam rumah. Martin menatap wajah Aira yang sedikit sedih, mungkin perkataannya tadi benar-benar membuat gadis itu sakit hati.

Sebelum Ia masuk ke dalam rumah, Martin bertanya kembali kepada Aira, "Kamu masih sedih dengan ucapanku tadi?"

Aira menggelengkan kepalanya dan berkata, "Tidak! Hanya saja Aku sangat capek sekali, Mas! Aku mau istirahat!" gadis itu pun segera masuk ke dalam rumah, dimana Asri dan Burhan sudah menunggu kedatangan mereka berdua.

"Apa dia benar-benar sudah tersinggung dengan ucapanku?" batin pria itu sembari melihat istrinya yang sedang berjalan di depannya.

Aira mencium tangan kedua mertuanya, begitu pun dengan Martin. Asri dan Burhan tampak gembira melihat anak dan menantunya pulang.

"Kalian sudah pulang! Bagaimana kabar Bu Fatimah?" tanya Asri kepada sang menantu.

"Alhamdulillah baik, Ma! Bu Fatimah sehat dan beliau kirim salam untuk Mama dan Papa." Aira berkata sembari tersenyum kepada dua orang paru baya itu.

"Waalaikum salam Warahmatullahi wabarokaatuh, Alhamdulillah kalau Bu Fatimah sehat-sehat saja, sudah lama kami tidak berkunjung ke sana, Inshallah nanti kita mengadakan donasi lagi seperti yang dulu pernah mendiang Panji lakukan." ucap Burhan yang membuat Aira tersenyum bahagia.

Setelah mereka cukup lama berbincang, Aira pun pamit untuk ke kamar, perjalanan yang cukup jauh membuatnya capek.

"Kalau begitu, Saya ke kamar dulu Ma, Pa!" Asri dan Burhan mengangguk dan mempersilahkan Aira untuk ke kamar. Melihat Aira masuk ke dalam kamar, Martin pun mengikutinya.

"Oh ya Ma, Pa! Martin juga mau istirahat, capek banget!" pamitnya sembari memegangi lehernya yang terasa kaku. Melihat anaknya yang tak biasa, membuat Burhan berdehem dan menyikut tangan Istrinya.

"Ehem ... rupanya Papa nggak sia-sia nyuruh Martin nganterin istrinya ke panti,"

"Iya, Pa! Semoga saja firasat kita sama, Mama nggak sabar ingin segera punya cucu!" balas Asri yang membuat Martin mengerutkan keningnya. Pria itu tampak menggelengkan kepalanya sembari berjalan menaiki tangga.

"Mama ada-ada saja," batin pria itu sembari menaikkan ujung bibirnya.

Sesampainya di dalam kamar, Aira kemudian segera pergi ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya sekaligus untuk mengambil air wudhu sebelum dirinya pergi tidur. Sedangkan Martin menunggu Aira sembari merebahkan tubuhnya di atas kasur.

Sejenak Ia mengingat kata-kata Lita tadi kepadanya.

"Mas! Aku ingin setelah kepulangan ku nanti, kamu harus sudah siap untuk melamar ku, Aku ingin lamaran yang istimewa, Aku ingin semua orang tahu jika kamu akan mendapatkan istri yang hebat seperti ku, terpelajar dan terhormat, kamu tahu sendiri Aku lulusan luar negeri, dalam beberapa Minggu Aku pulang. Dan Aku tidak mau tahu, kamu harus segera mempersiapkannya!"

Rupanya ucapan Lita saat itu membuat Martin tidak terima, Dirinya memang berjanji pada kekasihnya itu untuk melamarnya saat Lita kembali pulang, tapi nyatanya kekasihnya itu terlalu menuntut dirinya, apalagi sekarang Lita melanjutkan studinya ke luar negeri, membuat gadis itu seolah-olah dirinya lebih baik dari Martin, sikap Lita yang semakin egois dan posesif membuat pria itu kecewa dengan kekasihnya, dan itu membuat Martin memutuskan hubungan sepihak dengan Lita.

"Aku tidak bisa melanjutkan lagi hubungan kita, maafkan Aku Lita, semoga saja kamu bisa menerimanya, sebelum semuanya terlambat, Aku kecewa dengan sikapmu, kamu sudah berubah." gumam Martin sembari menatap langit-langit kamarnya. Hingga akhirnya Aira keluar dari kamar mandi dan melihat suaminya yang sedang berbaring di atas tempat tidur. Aira segera mengambil mukena dan sajadah untuk melaksanakan sholat Isya sebelum dirinya tidur, Martin yang mengetahui itu langsung menahan Aira untuk menunggu dirinya.

"Tunggu!"

Aira berhenti dan menoleh ke arah suaminya.

"Tunggu Aku sebentar! Kita sholat berjamaah!" ucapnya sembari beranjak pergi ke kamar mandi, Aira menatap punggung pria yang sekarang menjadi suaminya itu, yang sedang berjalan masuk ke dalam kamar mandi.

"Mas Martin ingin sholat bersamaku?" Aira membatin sembari tersenyum, Ia pun menyiapkan baju ganti untuk suaminya dan juga menggelar sajadah untuk keduanya, dan tentunya Ia memasang mukenanya sambil menunggu kedatangan Martin.

Setelah beberapa saat, Martin keluar dari kamar mandi, kemudian menghampiri Aira yang sudah menyiapkan baju Koko untuknya, dengan malu-malu Aira memberikan baju itu kepada suaminya.

"Pakailah, Mas!" Aira memberikan baju Koko berwarna putih dan sebuah sarung kepada Martin yang saat itu masih mengenakan handuk piyama. Martin menerimanya dan mengucapkan terima kasih. Setelah itu Martin pergi untuk mengganti piyama dengan baju Koko putih yang diberikan oleh Aira kepadanya.

Setelah Aira menunggu beberapa saat, akhirnya Martin datang menghampiri istrinya yang sudah menunggu kedatangan nya. Aira dibuat pangling dan terkejut melihat penampilan suaminya, terlihat rapi dengan baju Koko dan sarung, sangat mirip sekali dengan almarhum Panji.

"Subhanallah! Seperti aku sedang melihat Mas Panji di hadapan ku!" batin Aira.

Martin kemudian memakai pecinya, karena Martin memakai peci tanpa bercermin, maka peci itu terlihat sedikit miring. Aira yang mengetahui itu maka Ia meminta izin untuk membenarkan posisi peci yang dipakai oleh Martin.

"Maaf, Mas! Peci kamu sedikit miring, biar Aku rapikan!" ucapnya sembari tersenyum. Martin pun membalikkan badannya dan menatap wajah Aira kala itu.

"Oh ya! Aku tidak tahu kalau miring!" jawabnya sembari mendekati Aira dan menundukkan kepalanya agar Aira bisa menggapai peci sang suami, mengingat badan tegap Martin melampaui tinggi Aira. Setelah Aira merapikan peci yang dikenakan oleh Martin, entah kenapa tiba-tiba saja mereka berdua saling memandang dengan tatapan yang berbeda, seolah-olah ada kekaguman yang belum bisa diungkap.

"Kenapa perasaanku jadi seperti ini? Setiap kali Aku menatap kedua bola matanya, hatiku benar-benar tidak bisa menahannya, Martin apa kamu sudah mulai menyukai gadis ini?"

"Allah ya Karim, mungkinkah ini saatnya Aku move on dari Mas Panji, mungkinkah Mas Panji mempunyai maksud tersembunyi agar Aku menikahi adiknya, ya Allah tunjukkan Aku kekuasaan-Mu."

Keduanya saling berbicara pada hatinya masing-masing.

...BERSAMBUNG...

*

*

*

Hayuk mampir dulu ke karya punya kak Thatya 0316 yang berjudul TAWANAN CINTA PLAYBOY ... cus kepoin yuk 🏃🏃

Thalia Rafika Azhari mencintai sahabatnya sendiri dalam diam. Meskipun dia tahu kalau sahabatnya itu merupakan seorang playboy. Namun, kedekatannya dengan Sandiaga Lancanter membuat Thalia tidak bisa berpaling dari rasa cintanya.

Hingga pada saat orang tuanya menjodohkan dia pada seorang lelaki pilihan keluarganya, Sandiaga merasa sangat terpukul sehingga dia mencari cara agar menggagalkan perjodohan itu.

Mungkinkah pernikahan Thalia berjalan sesuai rencana? Atau dia kembali bersama Sandiaga meskipun hanya sebagai sahabat? Ataukah keduanya sama-sama menyadari kalau memiliki cinta yang tersimpan rapi di hati untuk sahabatnya?

Terpopuler

Comments

Rodiah Rodiah

Rodiah Rodiah

lanjuuuuut💪💪💪✍️✍️✍️

2023-10-22

0

ʚHernYuntaɞ

ʚHernYuntaɞ

kemajuan ya,diantara kalian berdua sudah mulai ada benih² cinta🥰

2022-12-22

1

Sasa Al Khansa 💞💞

Sasa Al Khansa 💞💞

kita satu server.. paling gak tahan kalau di bentak..

2022-10-06

1

lihat semua
Episodes
1 Wasiat
2 Qodarullah
3 Pemandangan
4 Minggat ke sofa
5 Dia masih perawan
6 Sabar ini ujian
7 Terserah
8 Berkunjung ke panti
9 Lemparan bola
10 Mulai menyukai
11 Aku minta maaf
12 Merapikan peci
13 Kepala pusing
14 Surga istri ada pada suaminya
15 Kenapa kamu lepas hijabmu
16 Ibadah terbaik
17 Mandi
18 Peraturan baru
19 Baru Nyemplung
20 Menerima Kenyataan
21 Kedatangan Lita
22 Apa kabar kamu, Mas?
23 Sangat istimewa
24 Alesha Zahra
25 Panah cinta
26 Bidadari hatiku
27 Makan malam
28 Kebetulan
29 Hampir tergoda
30 Belum sholat Isya
31 Jangan lupa berdoa
32 Bangun setengah lima
33 Berita buruk
34 Berkunjung ke restoran
35 Mencari bukti
36 Istri idaman
37 Kedatangan Tirta
38 Hadiah dari Tirta
39 Hamil
40 Mendapat keringanan
41 Hamba menyesal
42 Belanja sayur
43 Buah kedondong
44 Penyesalan Hilda
45 Kekecewaan Lita
46 Apakah Aku yang bersalah?
47 Dugaan Martin
48 Golongan darah AB-
49 Astagfirullahal adzim
50 Kedekatan emosional
51 Tes DNA
52 Kebahagiaan yang berlipat ganda
53 Sujud sepertiga malam
54 Tidak ada kata terlambat
55 Aira kakak kandung Lita
56 Sapu tangan Tirta
57 Kesebelasan
58 Jangan nakal
59 Halalkan aku
60 Pertemuan Kakak beradik
61 Pertemuan Aira dan kedua orang tuanya
62 Bertemu kedua bayi ku
63 Sepasang bayi kembar
64 Pernikahan Tirta dan Lita
Episodes

Updated 64 Episodes

1
Wasiat
2
Qodarullah
3
Pemandangan
4
Minggat ke sofa
5
Dia masih perawan
6
Sabar ini ujian
7
Terserah
8
Berkunjung ke panti
9
Lemparan bola
10
Mulai menyukai
11
Aku minta maaf
12
Merapikan peci
13
Kepala pusing
14
Surga istri ada pada suaminya
15
Kenapa kamu lepas hijabmu
16
Ibadah terbaik
17
Mandi
18
Peraturan baru
19
Baru Nyemplung
20
Menerima Kenyataan
21
Kedatangan Lita
22
Apa kabar kamu, Mas?
23
Sangat istimewa
24
Alesha Zahra
25
Panah cinta
26
Bidadari hatiku
27
Makan malam
28
Kebetulan
29
Hampir tergoda
30
Belum sholat Isya
31
Jangan lupa berdoa
32
Bangun setengah lima
33
Berita buruk
34
Berkunjung ke restoran
35
Mencari bukti
36
Istri idaman
37
Kedatangan Tirta
38
Hadiah dari Tirta
39
Hamil
40
Mendapat keringanan
41
Hamba menyesal
42
Belanja sayur
43
Buah kedondong
44
Penyesalan Hilda
45
Kekecewaan Lita
46
Apakah Aku yang bersalah?
47
Dugaan Martin
48
Golongan darah AB-
49
Astagfirullahal adzim
50
Kedekatan emosional
51
Tes DNA
52
Kebahagiaan yang berlipat ganda
53
Sujud sepertiga malam
54
Tidak ada kata terlambat
55
Aira kakak kandung Lita
56
Sapu tangan Tirta
57
Kesebelasan
58
Jangan nakal
59
Halalkan aku
60
Pertemuan Kakak beradik
61
Pertemuan Aira dan kedua orang tuanya
62
Bertemu kedua bayi ku
63
Sepasang bayi kembar
64
Pernikahan Tirta dan Lita

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!