NovelToon NovelToon

ASMARA TURUN RANJANG

Wasiat

Di sudut ruangan terlihat seorang wanita yang sedang duduk dengan memeluk kedua lututnya, Ia terdengar menangis sesenggukan, dengan masih memakai pakaian pengantin, sangat jelas wanita itu baru saja melangsungkan pernikahan.

"Mas Panji, kenapa kamu tinggalin Aku, Mas! Kenapa?" ucapnya dengan suara yang mulai melemah, wanita itu bernama Khaira Arandhita, yang biasa dipanggil Aira, wanita berparas manis yang menjadi menantu keluarga besar Nugroho.

Aira menatap nanar seluruh ruangan, bagaimana dirinya harus melewati malam pengantin sendirian, malam dimana setiap pasangan yang baru menikah menunggu kesempatan paling terindah ini. Namun, bagi Aira malam pengantin ini tak ada bedanya dengan kuburan dimana mendiang suaminya dikebumikan.

FLASHBACK ON

"Saya terima nikah dan kawinnya Khaira Arandhita binti Ahmad Baihaqi dengan seperangkat alat sholat dan emas seberat seratus gram dibayar tunai." ucap Martin Nugroho di saat dirinya mengucapkan ijab Kabul untuk memperistri Aira, wanita yang tidak pernah Ia bayangkan akan menikah dengannya.

Sah sudah pernikahan keduanya, di saksikan oleh seluruh keluarga, tak ada wajah bahagia dalam diri Martin, seolah Ia ingin lari saja dari tempat itu. Apalagi melihat istri yang di nikahi nya, wanita yang tidak pernah Ia cintai, membuat Martin ingin pergi saja dengan segera.

"Martin! Ibu berharap kamu bisa melaksanakan wasiat dari kakakmu, Aira gadis yang baik, Ibu yakin sekali Aira pasti akan membahagiakanmu dan menjadi istri yang baik untukmu. Ibu tahu, kenapa Panji sengaja melakukan ini untukmu, karena Panji tahu jika Aira pasti membantumu menjadi laki-laki yang lebih baik lagi." ucap Bu Asri kepada putra keduanya.

"I-iya, Bu!" jawabnya singkat.

"Aku tidak akan pernah bisa bahagia bersama gadis ini, Aku tidak pernah mencintainya, Aku hanya menganggap nya sebagai gadis panti asuhan, Astaga! Kenapa Aku yang harus mendapatkan wasiat seperti ini!" gumam Martin yang tampak berpura-pura baik-baik saja di depan sang Ibunda.

Demi tidak ingin menyakiti hati orang tuanya, Martin terpaksa menyembunyikan kekecewaannya terhadap keputusan pernikahan ini yang tentu saja membuatnya benar-benar tertekan, apalagi dirinya sudah mempunyai seorang kekasih yang bernama Talita.

Acara resepsi pernikahan Martin dan Aira pun telah usai, kedua mempelai telah beristirahat di dalam kamar pengantin yang sudah dihias sedemikian rupa dengan bunga-bunga segar.

Aira tampak sedang duduk di atas tempat tidurnya, Ia yang biasa memanggil Martin dengan sebutan nama saja, kini Ia memanggil Martin dengan sebutan Mas. Karena mulai hari ini Aira sudah resmi menjadi istri Martin Nugroho, adik Almarhum Panji Nugroho, suami pertama Aira yang meninggal tiga bulan yang lalu. Seusai masa Iddah, Aira langsung dinikahkan dengan Adik kandung Panji Nugroho, dimana pernikahan mereka adalah permintaan dari mendiang Panji sendiri yang menginginkan Adiknya menikah dengan istrinya saat dirinya wafat nanti.

"Martin! Mas punya satu permintaan untukmu!" ucap pria yang sedang terbaring tak berdaya di atas tempat tidur dengan luka yang sangat parah pada area kepalanya.

"Mas harus banyak istirahat, kondisi Mas masih belum stabil," balas sang Adik yang mencoba menenangkan sang Kakak. Di temani Istri dan kedua orang tuanya, Bu Asri dan Pak Burhan. Panji saat itu mengucapkan sebuah kata yang membuat Istri dan Adiknya begitu terkejut.

"Aku tahu, Aku rasa tidak lama lagi Aku akan pergi menghadap sang Pencipta, sebelum Mas menghadap kepada sang Illahi, Mas mohon kepadamu, berjanjilah untuk melakukan satu hal untukku!" ucap Panji sembari menahan rasa sakitnya.

"Mas! Aku mohon jangan bicara seperti itu, Mas Panji harus sembuh, Mas pasti baik-baik saja," Martin terus berusaha meyakinkan sang Kakak. Sementara Aira dan Asri terlihat tidak tega melihat kondisi Panji yang sangat memprihatikan, dokter memvonis tengkorak kepala Panji mengalami cidera yang cukup fatal sehingga Dokter memprediksi Panji tidak akan bisa bertahan hidup lebih lama lagi.

"Tidak Martin! Aku tidak punya banyak waktu lagi, Aku harus mengatakannya kepadamu!" ucapnya dengan nada yang mulai terbata-bata. Karena Martin tidak tega melihat kondisi sang Kakak, Ia pun berusaha mendengarkan permintaan kakaknya.

"Baiklah! Aku akan mendengar permintaan Mas Panji, katakan! Apa yang Mas Panji ingin katakan?" Martin terlihat pasrah dengan apa yang akan dikatakan oleh sang Kakak.

"Martin! Mas ingin Kamu berjanji satu hal, tolong! Nikahi Aira selepas kepergianku, Aku ingin kamu menjaganya, Aku sangat menyayangi Aira, Aku tidak ingin Ia sendirian dalam dunia ini, temani Dia! Mas rela jika Aira menjadi istrimu, berjanjilah Martin!" ucapnya sembari menggenggam tangan sang Adik.

Martin menatap wajah kedua orang tuanya, Asri dan Burhan terlihat mengangguk, Martin pun tidak bisa menolaknya, karena dirinya begitu menyayangi kakaknya itu, akhirnya Martin pun bersedia untuk menikahi Kakak iparnya.

"I-iya Mas, Aku akan mengabulkan permintaan mu, tapi Aku mohon Mas jangan bicara seperti itu lagi, Mas pasti baik-baik saja!"

"Aku tidak akan baik-baik saja, sekarang Aku bisa lega sudah mengatakan hal ini kepadamu, dan kamu Aira, kemarilah!" Panji terlihat memanggil gadis yang baru dua hari menjadi pengantinnya itu. Aira mendekati Panji dengan air mata yang menghiasi wajah cantiknya.

"Mas Panji! Aku mohon jangan katakan itu lagi, Aku hanya milik Mas Panji, kamu pasti sembuh Mas!" Aira berkata sembari mencium tangan suaminya yang terpasang selang infus.

"Kamu jangan bersedih, Mas sangat menyayangimu, kamu tidak akan sendirian, meskipun Mas tidak bisa menemani hari-harimu, Namun percayalah cinta Mas padamu akan tetap abadi selamanya, sekarang Mas hanya minta satu hal kepada mu, menikahlah dengan Adikku, Martin! Mas yakin Martin akan menjagamu, seperti Aku yang selalu menjagamu, berjanjilah padaku, Aira! Setelah itu Aku bisa pergi dengan tenang!"

Air mata Aira tidak bisa terbendung lagi, benar-benar gadis itu mengalami nasib yang sangat buruk, baru dua hari ia melangsungkan pernikahan dengan Panji Nugroho, pengusaha muda yang sukses, pria yang sangat mencintai Aira, gadis dari panti asuhan yang Ia kenal saat acara donasi di panti asuhan asal Aira tinggal.

Aira menatap dalam-dalam bola mata sang suami dan Ia terpaksa mengatakan hal itu dihadapan sang suami dengan menundukkan wajahnya yang berhias butiran air mata.

"Iya, Aku janji sama kamu, Mas! Aku akan menikah dengan Martin!" ucapnya di iringi air mata yang terus keluar dari sumbernya.

Panji tersenyum dan setelah mendengar penuturan istrinya, Ia pun mulai menutup mata sembari terbata-bata mengucapkan "Laailahaillaah ... Muhammadur ... Rosulullah." Ucapan terakhir Panji sebelum Ia menghembuskan nafasnya untuk yang terakhir.

"Mas! Mas Panji! Bangun Mas ...! Jangan tinggalkan aku, Mas!" Aira menangis sejadi-jadinya saat melihat wajah sang suami untuk yang terakhir kalinya.

*

*

Sejenak Martin tersadar dari lamunannya, Pria itu tampak mengganti bajunya dengan baju biasa, Ia pun segera beranjak mengambil jaket warna hitam dan bersiap untuk pergi malam ini juga, sementara Aira terkejut melihat suaminya yang hendak pergi ke luar.

"Kamu mau ke mana, Mas?" tanyanya sembari memperhatikan penampilan Martin yang terlihat rapi. Martin mendekati Aira dan berkata, "Kamu tidak berhak tanya-tanya kemana aku pergi, itu bukan urusanmu!"

"Tapi, Kita sudah menikah, Mas! Aku berhak tahu kemana saja kamu pergi! Apalagi hari ini adalah malam pengantin kita, tidak pantas jika seorang pengantin meninggalkan pasangannya di hari pernikahan mereka." ucapnya kepada pria yang dulu menjadi adik iparnya itu.

"Jangan pernah berharap Aku akan mencintaimu, karena Aku sudah mencintai wanita lain, pernikahan ini ku anggap hanya sebuah wasiat, bukan ikatan. Jadi jangan bermimpi Aku akan menganggap mu sebagai seorang istri, Aku sangat menyayangi Mas Panji, apapun yang Ia minta pasti akan Aku kabulkan, meskipun kini Ia telah tiada, kamu tidak lebih adalah gadis panti yang dipungut oleh Kakakku!" ucap Martin kepada Aira di saat malam pengantin mereka. Martin pergi begitu saja seusai dirinya mengatakan hal itu kepada wanita yang baru saja Ia nikahi.

FLASHBACK OFF

"Mas Panji! Pernikahan apa yang sedang Aku jalani ini, Kamu sudah menyuruhku untuk menikahi Adikmu, tapi apa ini caranya dia memperlakukanku?" Aira berkata sembari membasuh air mata yang sudah membasahi wajah cantiknya.

...*...

...*...

...*...

...Yuk komen untuk bab 1 yang sudah mengandung bawang 😭. Jangan lupa favorit kan untuk mendapatkan notifikasi bab berikutnya, dan tentu saja jangan lupa like, komentar, beri hadiah dan juga Vote-nya ya, supaya othor bisa update setiap hari. Ingat!othor nggak pernah kasih sad ending, pasti berakhir happy ending 🥰🥰...

...Visual sekalian ya! Biar kalian bisa menghalu🤭...

Khaira Arandhita, 21 tahun, gadis yang berasal dari panti asuhan yang dinikahi oleh Panji Nugroho, dan dua hari juga Ia menjanda. Hingga akhirnya ia menikah dengan Adik iparnya atas permintaan mendiang Suaminya.

Martin Nugroho, 25 tahun. Adik kandung Panji Nugroho, yang diminta untuk menikah dengan Aira, atas permintaan dari mendiang Panji Nugroho, Suami Aira.

Qodarullah

Martin berjalan menuju keluar rumah, sementara sang Ibu melihat sang anak yang tampak sedang pergi, "Mau kemana kamu, Martin?" Asri bertanya kepada Martin, pria itu berhenti dan membalikkan badannya. "Aku mau pergi, Ma! Kepalaku pusing bila berada di rumah terus." jawabnya sembari terus berlalu meninggalkan rumah.

"Martin, tunggu!" Asri tampak menghalangi jalan Martin untuk melangkah pergi, wanita paruh baya itu menatap wajah sang putra sembari berkata, "Mama tahu perasaanmu, tapi Mama mohon, jangan pergi dari rumah, hari ini adalah hari pertama kamu menjadi seorang suami, jika kamu pergi, istrimu pasti sendirian, Kakak mu sudah berwasiat agar kamu menjaga Aira, Martin! Mama tahu ini tidak mudah, tapi Mama yakin suatu hari nanti kamu pasti terbiasa." ucap Asri dengan lembut.

Martin sepertinya tetap ingin pergi dari rumah, Ia pun meminta maaf kepada Asri, "Maaf, Ma! Martin harus pergi!" Pria itu terus melangkahkan kakinya menuju keluar rumah, sementara Asri hanya bisa menghela nafasnya, Ia sadar jika Martin tidak pernah mencintai Aira, pernikahan mereka hanyalah sebuah wasiat. Namun, Asri berharap suatu hari nanti, Martin bisa mencintai Aira dengan setulus hati.

Martin pergi dengan mengendarai mobilnya, Ia melajukan mobilnya ke jalan raya, sembari mengusap wajahnya, Martin hari itu benar-benar tidak bisa menolak permintaan sang kakak.

"Maafkan Aku, Mas! Aku memang sudah menikahi Aira, tapi untuk mencintainya, Aku rasa itu tidak akan pernah Aku lakukan, Aku sudah mencintai wanita lain."

Sementara di sisi lain, Asri tampak menemui sang menantu yang sedang berada di dalam kamarnya, Asri mengetuk pintu kamar Aira, Aira yang sedang duduk melamun di atas ranjang, tiba-tiba dirinya dikejutkan dengan suara ketukan pintu dari luar kamarnya. Sejenak Aira mengusap air matanya dan berjalan menuju ke arah pintu.

Aira membuka pintu dan dilihatnya sang mertua yang sedang berdiri tengah tersenyum padanya. "Boleh Mama masuk!"

Aira mengangguk dan berkata, "Silahkan, Ma!" jawabnya sembari membuka pintu lebar-lebar. Aira mempersilahkan sang mertua untuk duduk dan dengan senyum yang tetap terpasang di wajahnya, Aira mencoba menutupi rasa kesedihannya.

"Aira! Mama berharap kamu bisa sabar menghadapi Martin. Mama tahu, Martin pasti tidak menghiraukanmu, tapi Mama yakin, suatu hari nanti kamu pasti bisa membuat hati Martin luluh, kamu adalah gadis yang baik, Panji tidak salah pilih, Ia tahu jika kamu pasti bisa membuat Martin berubah, mereka berdua memang sangat berbeda." ucap Asri yang tahu betul bagaimana sifat dan karakter kedua anaknya.

"Iya, Ma! Inshallah Aira akan berusaha sabar, mungkin ini sudah takdir dari yang maha kuasa, Mas Panji sudah berpesan kepada Aira untuk menikah dengan Adiknya, jujur, Aira masih sangat mencintai Mas Panji, tapi takdir harus memisahkan kami, Qodarullah semua itu sudah Allah gariskan, Aira harus menerimanya dengan lapang dada, meskipun Aira tidak bisa membuat hati suami tergoda, setidaknya Aira akan berusaha menjadi istri yang baik, makmum yang baik bagi Mas Martin! Karena Aira percaya, Allah akan memberikan kebahagiaan bagi hambanya yang bersabar." ucapan gadis itu membuat sang mertua tersenyum bahagia.

"Subhanallah, kamu bukan hanya Cantik, tapi kamu adalah istri yang shalihah, Mama akan selalu mendoakan untuk kebahagiaan kalian berdua." Asri memeluk Aira dengan kasih sayang, Aira tampak menangis bahagia mendapati mertua yang baik seperti Asri.

...BERSAMBUNG ...

*

*

*

Sambil nunggu author update bab berikutnya yuk mampir dulu ke karya Muda Anna yang berjudul APA SALAHKU TUAN?

Ningtiyas Paramitha adalah gadis 18 tahun baru lulus SMK jurusan tata busana. Dia harus menerima takdir dinikahkan siri dengan paksa oleh ayahnya dengan lelaki dewasa berumur 30 tahun dan telah memiliki istri bernama Alfarizi Zulkarnain. Kontrak nikah selama lima bulan, tetapi Neng selalu mengalami kekerasan baik lahir maupun batin. Perlakuan suami sirinya selalu melampiaskan kekesalannya akibat kesalahan istri sahnya.

Setelah empat bulan berlalu Al meninggalkan Neng begitu saja, tanpa disadari Al meninggalakan benih janin di kandungan Neng. Akhirnya Neng meninggalkan desanya yang selama ini menjadi kebanggaannya, pergi ke Jakarta untuk merubah nasib dan menyongsong masa depan yang lebih baik bersama janin yang dalam kandungan.

Sayangnya takdir mempertemukan mereka kembali setelah delapan tahun berlalu. Dengan situasi yang berbeda, apakah mereka akan bersatu kembali setelah Al mengetahui memiliki keturunan. Apakah Neng menerima cinta Al?

Pemandangan

Malam itu Martin datang ke sebuah Cafe dimana biasanya dia nongkrong bersama teman-temannya, Ia datang memesan sebuah minuman cocktail, terlihat beberapa pria mendapati Martin yang sedang duduk sendiri di sebuah kursi, kedua pria itu mendekati Martin sembari menepuk pundak pria yang baru saja melangsungkan pernikahan dengan mantan istri mendiang kakaknya itu.

"Hai Bro! Kok kamu ada di sini?" tanya Gilang sembari duduk di kursi sebelah Martin.

"Iya nih! Pengantin baru harusnya berada di rumah, waktunya first night, kan?" sambung Yudi yang juga ikut duduk bersama. Martin tidak memperdulikan ucapan kedua temannya, Ia justru sibuk meminum cocktail yang sudah disediakan.

"Aku malas di rumah!" jawabnya sembari menyalakan sebatang rokok miliknya.

"Malas? Dapat istri secantik Aira kamu malas? Wow kamu normal, kan?" celetuk Gilang sembari menatap wajah Martin yang tampak menghembuskan asap rokoknya.

Martin menatap balik wajah Gilang dan berkata, "Menurutmu dia cantik, tapi menurutku enggak! Biasa saja, nggak modis sama sekali!" ucapnya sembari menghisap kembali rokok di tangannya.

"Eh kamu jangan gitu, nanti suatu saat kamu bakal terpesona loh, jangan sampai menjilat ludah sendiri, Bro!" ucap Gilang kepada pria bertubuh tinggi tegap itu.

"Terpesona? Pada Aira! Nunggu linggis ngambang dulu!" kedua teman Martin tampak tertawa dan menggelengkan kepalanya.

"Jangan gitu Bro! Biasanya ya cinta itu datang secara perlahan, mungkin sekarang kamu ngomong enggak, tapi nanti suatu saat perlahan Kamu pasti tahu kepribadian mantan istri kakakmu itu, Aku lihat dia gadis yang baik, pantas saja mendiang Mas Panji sangat mencintainya, padahal Mas Panji orangnya pilih-pilih loh!" ungkap Yudi yang tahu betul bagaimana karakter kakak dari Martin itu, karena mereka pernah bekerja sama dalam bisnis.

Martin menghela nafasnya, Ia tetap tidak akan pernah sanggup untuk mencintai gadis itu, karena dirinya sudah terlanjur janji kepada Talita yang sekarang sedang berada di London untuk melanjutkan studinya.

"Dengar kalian berdua! Aku tidak akan pernah bisa mencintai Aira, Aku sudah berjanji kepada Lita untuk menikahinya. Meskipun pernikahan kami sah secara hukum dan agama, Aku melakukan semua ini karena Aku wajib memenuhi wasiat Mas Panji, meskipun sebenarnya Aku sangat keberatan." ungkap Martin.

"Apa kamu masih mengharapkan Talita? Ayolah Bro! Kamu aja belum tahu kapan Lita pulang, udah dua tahun lebih kamu dan dia LDR an, hubungan kalian nggak jelas harus dibawa kemana, terus! Apa dia tahu kalau kamu sudah nikah?" tanya Gilang serius.

"Tentu saja tidak, mana mungkin Aku katakan hal itu kepadanya," jawab Martin sembari memijit pelipisnya.

"Kalau menurutku ya! Mendingan Kamu udahan aja sama Lita, hubungan kalian nggak jelas banget loh, apalagi Lita ada dilingkungan yang ah kamu tahu sendiri bagaimana pergaulan si sana, Aku juga nggak mau Suudzon, tapi emang gitu kenyataannya, apalagi Lita sendirian di sana," sambung Yudi yang mencoba meyakinkan temannya itu.

"Aku tidak bisa, Aku terlalu mencintai Lita, Dia tidak mungkin berbuat macam-macam, Aku sangat percaya padanya!" Martin tetap bersikeras untuk percaya kepada kekasihnya itu.

"Terserah kamu, kita cuma berharap agar kamu tidak salah pilih, dan Aku yakin pilihan Mendiang Mas Panji tidak akan salah, Aira memang berjodoh sama kamu, eh ngomong-ngomong Aira masih ting-ting nggak sih, secara dia masih dua hari jadi istrinya Mas Panji loh," ucap Yudi sembari menatap wajah Martin. Gilang tampak tersenyum melihat raut wajah Martin yang tampak salah tingkah.

"Ya ... mana Aku tahu, Aku nggak nanya sama Dia, peduli amat dia ting-ting apa enggak, apa urusannya!" ucap Martin cuek. Kedua temannya tampak tertawa kecil mendengar ucapan Martin.

"Sungguh beruntung jika kamu mendapatkan gadis yang masih tersegel bro! Jangan di sia-siakan, kalau kamu nggak mau, biar sama Aku aja Aira!" ucapan Gilang rupanya membuat Martin sedikit kesal, Ia menggebrak meja dan sontak apa yang dilakukan Martin membuat kedua temannya kaget.

"Eh Bro! Sorry kita cuma bercanda!" ucap Gilang kepada Martin yang terlihat dengan ekspresi marah. Pria itu langsung berdiri dan pergi meninggalkan kedua temannya begitu saja.

"Loh kok malah pergi, Martin! tunggu!" Gilang tampak mengejar Martin yang tiba-tiba pergi meninggalkan mereka.

"Kamu sih!" Yudi berkata kepada Gilang yang sengaja membuat Martin tersinggung. Gilang menghadang langkah Martin, dan pria itu menatap tajam Gilang yang sudah berbicara tentang Aira kepadanya.

"Sorry Bro! Aku minta maaf jika ucapanku tadi tidak berkenan, Aku tidak bermaksud berkata seperti itu!" ucap Gilang minta maaf kepada Martin.

"Aku paling tidak suka, jika ada orang yang membicarakan Aira seperti itu, dia adalah istri Mas Panji, Aku memang tidak mencintainya, tapi bukan berarti siapa saja bisa merendahkannya, Aku memaafkanmu!" Martin segera pergi meninggalkan tempat itu, Ia pun memutuskan untuk pulang ke rumah.

"Martin memang aneh! Dia nggak sadar sebenarnya dia sudah mulai mengagumi Aira!" ucap Gilang sembari menatap punggung Martin yang meninggalkan tempat itu.

"Kamu benar Bro! Sepertinya cinta itu akan bersemi seiring berjalannya waktu, hanya saja sekarang Martin masih belum menyadarinya, dia masih terikat janji dengan Lita, semoga saja Lita tidak menjadi dinding pemisah diantara mereka." sambung Yudi mengiyakan.

Sementara di rumah, Aira tampak sedang melaksanakan Sholat Isya, setelah dirinya melepaskan semua pakaian pengantin dan segala aksesorisnya. Gadis itu tampak polos dengan wajah yang natural tanpa make up, masih terlihat kecantikannya yang alami.

Tiba-tiba saja terdengar suara pintu dibuka oleh seseorang, Aira tampak sedang sholat di rokaat terakhir, Martin sejenak melihat Aira, gadis berbalut mukena putih yang kini menjadi teman sekamarnya itu. Kemudian Martin langsung merebahkan tubuhnya di atas ranjang, Ia tampak tidak melepaskan sepatunya, pria itu langsung memejamkan matanya karena seharian ini acara resepsi pernikahannya terasa begitu melelahkan.

Setelah Aira mengucapkan salam, seketika dirinya melihat sang suami yang sudah pulang, dirinya segera berdiri dan beranjak untuk melepaskan sepatu Martin yang belum dilepas.

Sontak apa yang dilakukan oleh Aira membuat Martin terkejut, pria itu langsung bangun dan menatap Aira yang sedang melepaskan sepatunya.

"Apa yang kamu lakukan?" tanya pria itu.

"Sepatumu belum dilepas, sebelum beranjak tidur, alangkah baiknya Mas ambil wudhu dan kemudian Sholat Isya, agar Syaitan tidak mengikuti kita sebelum tidur!" ucap Aira sembari meletakkan sepatu Martin.

Aira tidak berani menatap wajah sang suami, Ia hanya menundukkan kepalanya sembari berkata, "Apa Mas mau di ambilkan makan dulu?" tanyanya.

"Tidak! Aku mau ke kamar mandi!"

"Baiklah! Aku akan menyiapkan air hangat untuk Mas!" tawar Aira sembari pergi ke kamar mandi dengan mukena yang masih menempel pada tubuhnya.

"Tidak usah! Aku tidak suka air hangat, pergi sana!" Martin tampak berjalan mendahului Aira yang berhenti melangkah. Pria itu segera menutup pintu kamar mandinya.

Aira menghela nafasnya, sembari menunggu suaminya keluar dari kamar mandi, Ia pun segera melepaskan mukena yang sedari tadi belum Ia lepaskan, karena dirinya masih malu jika Martin melihatnya, meskipun Ia sudah halal jika harus memperlihatkan rambutnya kepada sang suami.

Sembari menengok ke arah kamar mandi, dengan cepat Aira membuka mukenanya. Namun sayang, tiba-tiba saja mukena yang berhias renda itu nyangkut pada anting-anting Aira, alhasil Aira merasa kesusahan melepaskan benang yang tersangkut pada anting-antingnya.

"Aduh ... pakai nyangkut lagi, duh Mas Martin pasti lihat nih, ih mana susah banget lepasnya!" ucapnya sembari mencoba melepaskan benang yang terkait pada anting-antingnya.

Tiba-tiba saja terdengar suara pintu kamar mandi terbuka, Aira yang masih sibuk melepaskan benang yang tersangkut itu, tiba-tiba saja dirinya membalikkan badan ke arah Martin.

"Deg"

Untuk kali pertama Martin melihat Aira tanpa menggunakan penutup kepala sama sekali. Gadis yang biasa berhijab itu kini sedang menampakkan rambut hitam panjangnya.

"Mas Martin!" Aira membelalakkan matanya melihat Martin yang tampak sedang memandangi nya.

" Shiiit ... haruskah Aku melihat pemandangan ini?" Martin tampak mengusap wajahnya kasar.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!