Sabar ini ujian

Tiba-tiba saja Aira tersadar dari lamunannya, Ia tampak salah tingkah dan kemudian beranjak pergi dari hadapan Martin. Namun, pria itu rupanya menahan tangan Aira, gadis itu memperlihatkan tangan Martin dan mencoba menariknya. Tapi, Martin justru semakin kuat menahan tangan Aira untuk lepas darinya.

"Apa maumu, Mas! Biarkan Aku pergi, sudah waktunya adzan, apa kamu tidak sholat subuh?" ucapnya kepada Martin yang sedang memperhatikan Aira berbicara.

"Jawab pertanyaanku? Apa Mas Panji belum menyentuhmu?" pertanyaan Martin sontak membuat Aira salah tingkah, Ia pun tampak memalingkan wajahnya karena malu saat Martin bertanya itu kepadanya.

"Kenapa kamu diam saja? Apa itu benar?" Martin semakin mendesak Aira untuk mengatakan hal itu kepadanya.

"Untuk apa kamu tahu, toh itu tidak penting buat kamu, Aku perawan atau tidak itu tidak akan berpengaruh terhadap perasaanmu, kamu tetap tidak akan pernah suka kepadaku, jadi tidak usah bertanya hal itu lagi." jawabnya sembari menarik tangannya kembali.

"Itu berarti hanya Aku dong yang berhak atas dirimu, bukankah Aku suamimu?" ucap Martin sembari tersenyum smirk kepada Aira. Ucapan Martin memang tidak salah, Ia memang paling berhak untuk mendapatkan Aira. Namun, Aira tidak semudah itu menyerahkan dirinya kepada pria yang hanya menginginkan tubuhnya dengan nafsu, Aira akan menyerahkan mahkota kesuciannya kepada pria sekaligus suami yang benar-benar mencintainya.

"Kamu memang suamiku! Kamu memang berhak atas diriku, apa hanya karena Aku masih perawan, kamu tiba-tiba saja mengatakan hal itu kepadaku? Bagaimana jika Aku tidak perawan, apa kamu masih ingin menyentuhku? Aku rasa kamu pasti memandangku sebelah mata. Ingat, Mas! Seorang istri akan datang dan ikhlas melayani suaminya, jika suaminya telah berbuat baik kepadanya secara ma'ruf. Namun, jika sang suami tidak menghiraukannya, jangan pernah bermimpi untuk mendapatkan pelayanan terbaik." Aira kemudian pergi untuk mengambil air wudhu, sementara Martin terlihat memperhatikan Aira yang sedang melepaskan mukenanya.

Sejenak Aira menghentikan melepaskan mukenanya, karena Martin tampak terus memperhatikan Aira. "Kenapa kamu lihatin aku kayak gitu, Mas?" tanya Aira penasaran.

"Memangnya Aku tidak boleh jika melihatmu! Lagipula kamu juga tidak akan berdosa kan jika Aku yang melihatmu tanpa penutup kepala?" ucapnya sembari duduk di atas sofa tempatnya tidur tadi.

"Ya sudah! Kamu aja yang duluan ambil wudhu, setelah ini kita sholat berjamaah!" ajak Aira kepada Martin yang terlihat pura-pura menguap.

"Hoam! Kamu aja duluan! Aku masih ngantuk banget, lagian ini masih adzan subuh, sepuluh menit lagi Aku pergi wudhu." Martin tampak tidur memeluk bantal nya lagi, Aira terlihat menggelengkan kepalanya dan kemudian Ia pun melepaskan mukenanya karena Martin tampak sedang tidur membelakanginya. Ia pun segera masuk ke dalam kamar mandi untuk mengambil air wudhu.

Setelah itu Aira keluar dan melaksanakan kewajiban muslim untuk sholat lima waktu, Aira terpaksa sholat sendiri karena sang suami rupanya masih enggan untuk menjadi imam shalat untuknya. Setelah itu Aira beranjak untuk membangunkan Martin, karena takut jika Martin ketiduran sampai sang Surya menunjukkan senyumnya.

"Mas! Bangun Mas! Ayo sholat dulu, sudah hampir pagi!" Aira terlihat menggerak-gerakkan pundak Martin, rupanya pria itu tampak sedang terlelap dan tak sengaja Ia menarik tangan Aira hingga gadis itu jatuh memeluk Martin yang sedang tidur terlentang.

"Awwww ...!" sontak Martin sangat terkejut ketika Aira tiba-tiba saja berada di atas dadanya, tatapan mata keduanya saling bertemu, entah kenapa tiba-tiba saja ada desir-desir aneh yang mulai merambat pada aliran darah mereka.

Martin memandang kedua mata Aira yang berwarna hitam, sungguh bola mata gadis itu membuat Martin tak bisa mengedipkan matanya, belum lagi bibir merekah Aira yang tentunya terlihat pink alami, entah dorongan dari mana, tiba-tiba saja tangan Martin bergerak menyentuh bibir indah Aira. Sontak apa yang dilakukan oleh Martin, membuat Aira bangkit dan merapikan bajunya seraya berkata, "Cepat kamu bangun, Mas! Waktu sholat subuh tidak lama, Aku mau ke dapur dulu, Aku akan menyiapkan sarapan untukmu," Aira segera beranjak pergi ke luar kamar, sementara Martin terlihat menghela nafasnya dalam-dalam, sejenak Ia tersenyum tipis mengingat kejadian yang baru saja terjadi.

Aira berjalan di sepanjang koridor sembari tersenyum kecil, entahlah merasa lucu saja saat Ia melihat mimik wajah Martin saat itu, sementara itu Asri, sang mertua tanpa sengaja melihat Aira yang sedang berjalan menuju ruang dapur.

"Aira! Kamu mau kemana?" tanyanya kepada sang menantu.

"Mama! Aira mau menyiapkan sarapan untuk Mas Martin, bukankah itu sudah menjadi tugas Aira, Ma?" Aira tampak tersenyum kepada sang mertua.

"Aira! Kamu tidak perlu repot-repot, lagipula sudah ada pelayan yang masak, jadi kamu nggak perlu masuk ke dapur, kamu adalah menantu keluarga kami."

"Tidak apa-apa, Ma! Lagipula Aira sudah terbiasa masak sendiri, Aira juga ingin memasak untuk suami dengan tangan sendiri, selagi Aira mampu, Aira ikhlas melakukannya."

"Subhanallah! Kamu bukan saja cantik, tapi kamu juga mengerti tugas dan kewajiban sebagai seorang istri, Panji memang tidak salah pilih membawamu menjadi menantu keluarga kami, Mama jadi lega, akhirnya anak laki-laki Mama yang satunya mendapatkan istri yang baik sepertimu, setidaknya hanya kamulah satu-satunya menantu di keluarga Nugroho." ucap Asri sembari mengusap lembut wajah Aira.

"Baiklah, Ma! Aira pergi ke dapur dulu!" pamit gadis itu. Asri tampak menganggukkan kepalanya dan Ia pun pergi ke halaman untuk melihat bunga-bunga kesayangannya yang ada di luar rumah.

Sementara Aira sedang memasak, Martin tampak sedang pergi ke dapur untuk mengambil air minum, Ia melihat istrinya yang sedang sibuk dengan pekerjaannya, Martin tampak menyandarkan bahunya pada pintu dapur, memperhatikan Aira yang sedang meletakkan makanan di atas piring, Aira yang belum menyadari jika Martin berada di sana, sembari menyiapkan sarapan, gadis itu tampak bersenandung kecil, Ia bersholawat dengan suaranya yang merdu, sejenak Martin mendengar suara Aira yang merdu tatkala gadis itu sedang bersholawat.

"Suaranya bagus, rupanya dia pandai bersenandung, rahasia apa lagi yang lama-lama Aku ketahui dari gadis ini?" gumamnya sembari menatap wajah Aira tatkala dirinya begitu menjiwai saat bersholawat.

Tiba-tiba saja Aira tanpa sengaja melihat Martin yang sedang berdiri memperhatikannya, sontak Aira berhenti dan memalingkan wajahnya karena malu. Dengan basa-basi Ia pun bertanya kepada Martin.

"Kamu ngapain di sini, Mas? Sudah selesai sholat nya?" Aira tampak gugup ketika Martin berjalan menghampirinya yang sedang berdiri di depan kulkas.

Aira menatap wajah Martin dengan berkeringat dingin, Ia tak tahu kenapa Martin tiba-tiba mendekatinya hingga gadis itu terlihat melindungi tubuhnya dengan menekuk kedua tangannya didepan. Seolah-olah Martin ingin memeluk dirinya. Namun, saat Martin sudah begitu dekat dengannya, Aira yang sedang menutup kedua matanya rapat-rapat ternyata sang suami sedang membuka pintu kulkas dan mengambil sebotol minuman.

"Huffftt ...!" Aira menghela nafasnya, hampir saja jantungnya berhenti berdetak saat Martin begitu dekat dengannya.

"Kamu kenapa? Membayangkan ku peluk, ya!" ucapnya sembari menenggak minuman dingin itu. Rupanya Aira tidak memperdulikan pertanyaan Martin, gadis itu tampak mengalihkan pembicaraan.

"Ini masih pagi, Mas! Kenapa kamu minum air dingin? Itu kurang bagus untuk kesehatan, Aku akan membuatkan teh hangat untukmu!" ucapnya sembari menyiapkan secangkir teh untuk Martin.

"Nggak usah! Aku takut saja jika kamu meracuniku!" rupanya ucapan Martin membuat Aira tertawa kecil, sungguh baru kali ini Martin melihat lesung pipi menghiasi wajah cantik Aira, selama ini Aira tidak pernah memperlihatkan senyum lepasnya kepada Martin. Senyum itu begitu indah menghiasi wajah Aira sehingga membuat Martin tampak mengerutkan keningnya.

"Shiiit ... Martin! Tenangkan hatimu, sabar ini ujian!"

...BERSAMBUNG...

Terpopuler

Comments

Rodiah Rodiah

Rodiah Rodiah

lanjuuut

2023-10-22

0

Abizar Kharisma

Abizar Kharisma

ma

2023-05-04

1

Enung Samsiah

Enung Samsiah

bikin meleleh kan senyum aira bikin kmu bucin ntar

2023-02-28

0

lihat semua
Episodes
1 Wasiat
2 Qodarullah
3 Pemandangan
4 Minggat ke sofa
5 Dia masih perawan
6 Sabar ini ujian
7 Terserah
8 Berkunjung ke panti
9 Lemparan bola
10 Mulai menyukai
11 Aku minta maaf
12 Merapikan peci
13 Kepala pusing
14 Surga istri ada pada suaminya
15 Kenapa kamu lepas hijabmu
16 Ibadah terbaik
17 Mandi
18 Peraturan baru
19 Baru Nyemplung
20 Menerima Kenyataan
21 Kedatangan Lita
22 Apa kabar kamu, Mas?
23 Sangat istimewa
24 Alesha Zahra
25 Panah cinta
26 Bidadari hatiku
27 Makan malam
28 Kebetulan
29 Hampir tergoda
30 Belum sholat Isya
31 Jangan lupa berdoa
32 Bangun setengah lima
33 Berita buruk
34 Berkunjung ke restoran
35 Mencari bukti
36 Istri idaman
37 Kedatangan Tirta
38 Hadiah dari Tirta
39 Hamil
40 Mendapat keringanan
41 Hamba menyesal
42 Belanja sayur
43 Buah kedondong
44 Penyesalan Hilda
45 Kekecewaan Lita
46 Apakah Aku yang bersalah?
47 Dugaan Martin
48 Golongan darah AB-
49 Astagfirullahal adzim
50 Kedekatan emosional
51 Tes DNA
52 Kebahagiaan yang berlipat ganda
53 Sujud sepertiga malam
54 Tidak ada kata terlambat
55 Aira kakak kandung Lita
56 Sapu tangan Tirta
57 Kesebelasan
58 Jangan nakal
59 Halalkan aku
60 Pertemuan Kakak beradik
61 Pertemuan Aira dan kedua orang tuanya
62 Bertemu kedua bayi ku
63 Sepasang bayi kembar
64 Pernikahan Tirta dan Lita
Episodes

Updated 64 Episodes

1
Wasiat
2
Qodarullah
3
Pemandangan
4
Minggat ke sofa
5
Dia masih perawan
6
Sabar ini ujian
7
Terserah
8
Berkunjung ke panti
9
Lemparan bola
10
Mulai menyukai
11
Aku minta maaf
12
Merapikan peci
13
Kepala pusing
14
Surga istri ada pada suaminya
15
Kenapa kamu lepas hijabmu
16
Ibadah terbaik
17
Mandi
18
Peraturan baru
19
Baru Nyemplung
20
Menerima Kenyataan
21
Kedatangan Lita
22
Apa kabar kamu, Mas?
23
Sangat istimewa
24
Alesha Zahra
25
Panah cinta
26
Bidadari hatiku
27
Makan malam
28
Kebetulan
29
Hampir tergoda
30
Belum sholat Isya
31
Jangan lupa berdoa
32
Bangun setengah lima
33
Berita buruk
34
Berkunjung ke restoran
35
Mencari bukti
36
Istri idaman
37
Kedatangan Tirta
38
Hadiah dari Tirta
39
Hamil
40
Mendapat keringanan
41
Hamba menyesal
42
Belanja sayur
43
Buah kedondong
44
Penyesalan Hilda
45
Kekecewaan Lita
46
Apakah Aku yang bersalah?
47
Dugaan Martin
48
Golongan darah AB-
49
Astagfirullahal adzim
50
Kedekatan emosional
51
Tes DNA
52
Kebahagiaan yang berlipat ganda
53
Sujud sepertiga malam
54
Tidak ada kata terlambat
55
Aira kakak kandung Lita
56
Sapu tangan Tirta
57
Kesebelasan
58
Jangan nakal
59
Halalkan aku
60
Pertemuan Kakak beradik
61
Pertemuan Aira dan kedua orang tuanya
62
Bertemu kedua bayi ku
63
Sepasang bayi kembar
64
Pernikahan Tirta dan Lita

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!