Tahu Yuda datang, membuat para pegawai butik itu menyambut kedatangan Yuda.
"Selamat siang pak yuda, senang bisa dikunjungi kembali sama pak yuda. Padahal sudah lama sekali tidak pernah ke sini."
Salah satu staf yang dipercayai sebagai kepercayaan mengurus butik itu berbasa-basi terhadap kedatangan yuda. Namun yuda tidak menyukai hal tersebut karena menurut yuda staf itu tidak beda jauh dengan kebanyakan para wanita lainnya yang mendekati dirinya hanya karena harta, ketampanannya. Tapi tidak bersedia menerima kehadiran anaknya.
"tolong pilihkan baju untuk wanita ini," yuda menunjuk ke arah Rania dan Rania langsung tersenyum kikuk merasa malu.
Dengan ragu, Rania tersenyum ke arah staf tadi seraya melambaikan tangannya,
"halo, assalamualaikum, selamat siang,"
Staf itu sama sekali menunjukan ketidaksukaannya.
"oh ya pak yuda baju yang seperti apa yang pak yuda inginkan?"
Staf itu langsung saja mengalihkan perhatiannya, karena malas berhadapan dengan Rania yang mungkin saja tidak suka dengan kedekatan dirinya dengan yuda.
'Huh sombong sekali wanita itu, cantik juga enggak, menor iya,'
Rania kesal sendiri. Andai dia sedang tidak bersama yuda dan andai saja urat malunya mutus sudah dia robek mulut wanita yang berdandan menor itu. Sayangnya ia masih memiliki rasa malu dan meras tidak enak jika harus bersikap kurang ajar dihadapan Yuda.
"Dia mau nikah, jadi berikan dia gaun nikah yang terbaik." tutur Yuda lalu dirinya langsung duduk di sofa yang menghadap langsung ke ruang ganti.
Staf tadi berbisik-bisik bersama dua pegawai lainnya. ini membuat Rania semakin Kesal. Karena sikap tiga pegawai butik itu Seolah-olah sedang mengejek dirinya.
"Baik pak Yuda. Di sini banyak pilihan gaun nikah. Dari yang sederhana sampai yang mewah juga ada."
Saat mengucapkan kata sederhana mata pegawai itu diarahkan pada Rania dan Rania melihat hal tersebut.
'Dasar! cacing kremi!' umpat Rania dalam hati.
"Berikan yang paling mewah dan mahal...."
Rania langsung menyela perkataan Yuda saat ia mengatakan kata gaun mewah.
"Jangan Tuan. Lebih baik yang sederhana saja.''
Yuda Langsung saja mendelik ke arah Rania. Bisa-bisanya ia malah minta bernegosiasi dengan dirinya. Namun entah kenapa melihat tatapan Rania yang begitu teduh membuat Yuda rasanya tidak tega.
"Terserah kamu saja! Yang penting nyaman buat kamu."
Rania melukiskan senyum lebarnya, "Terima kasih, Tuan."
"Ayolah jangan banyak drama. Waktuku terlalu berharga."
Setelah itu Rania dibawa untuk memilih sendiri gaun pernikahan yang akan ia pakai nanti diacara Pernikahan dirinya dengan Yuda besok.
Di sela memilih baju tiba-tiba saja para karyawan wanita tadi terus saja berbisik-bisik tentunya ini membuat Rania merasa terganggu. Hingga ia pun memberanikan diri untuk bertanya kepada tiga karyawan itu.
"Kalau ada yang ingin kalian katakan, katakan saja! Jangan malah berbisik-bisik seperti itu. Karena saya merasa tersinggung." Rania berkata seperti itu tanpa sedikitpun menolehkan kepalanya pada karyawan itu.
"Huh, kamu sombong sekali. Mentang-mentang dapat perhatian lebih dari Pak Yuda. Sudah sok belagu."
Salah satu karyawan ada yang begitu berani berkata seperti itu. Rania akui dia memang terlalu sederhana untuk seorang pria bernama Yuda. Namun harus bagaimana lagi. Jika saja dirinya tidak tidur bersama mungkin ia tidak akan menerima ajakan Yuda untuk menikah.
Rania membalikkan tubuhnya. Saat ketiga karyawan itu ternyata malah semakin menjadi memojokkannya.
"Kita kenal gak sih? Enggak kan? Terus kenapa kalian malah ngurusin hidup aku. Lagi pula siapa yang cari perhatian sama Tuan Yuda. Apa gak kebalik? Justru kalian yang sok kecakepan, ngomong aja dilembut-lembutin."
Ketiga karyawan itu merasa tidak rela dikatai seperti itu. Sontak saja ketiganya langsung mendekat. Tangan kanan dan kiri Rania dipegangi oleh dua karyawan sedangkan satu karyawan lagi berdiri di depan Rania seraya menunjuk-nunjuk wajah Rania dengan telunjuk karyawan itu.
"Hai lepaskan! Kalian sebenarnya ada dendam apa sama aku? Ketemu juga baru hari ini." Rania terus memberontak berusaha untuk melepaskan dirinya.
"Kita memang tidak saling mengenal. Namun aku katakan mulai hari ini kamu sudah jadi musuh kami bertiga."
Rania melongo dibuatnya. "Musuh? Atas dasar apa kalian memusuhiku?"
"Kamu masih nanya apa alasannya? Sudah jelas-jelas kamu salah!"
"Apaan, sih. kalian aneh! Sekarang lepas gak? Sebelum Tuan Yuda ke sini. Kamu mau habis di tangan Tuan Yuda?"
Ketiganya tertawa Sinis dan mengejek. "Mana mungkin Tuan Yuda ke sini. Asal kamu tahu Isti Pak Yuda sering ke sini dan Pak Yuda selalu duduk manis di kursi tunggu."
Namun sayangnya dugaan tiga karyawan itu salah. Sebab Yuda Sudah mulai bosan akhirnya Yuda beranjak masuk ke ruangan ganti. Yuda pikir tidak masalah jika harus masuk meskipun posisi mereka belum suami istri.
Yuda menghentikan langkahnya saat sayup-sayup ia mendengar namanya disebut dan tentu membuat ia meradang. Tanpa aba-aba Yuda Langsung menarik tirai hingga aksi ketiga karyawan itu terlihat jelas.
"Apa yang sedang Kelian lakukan pada istri saya, hah?"
Mendengar suara menggelegar itu ketiga karyawan Langsung menolehkan kepalanya dan melihat dengan jelas sosok Yuda yang tengah berdiri tegak menghadap mereka.
Sontak saja ketiganya Langsung pasang wajah memelas.
"Ampun Pak."
Yuda memberikan isyarat dengan gerakan tangan agar Rania mendekat ke arahnya. Rania pun nurut.
Setelah berada di samping Yuda, Rania langsung ditarik mendekat hingga tubuh mereka menempel.
"Tidakkah kamu lihat jika dia adalah istriku? Kenapa kalian malah berbuat kurang ajar? Kalian mau kehilangan sumber keuangan Kalian, ya!"
"Tidak Pak Yuda. Sungguh kami tidak tahu lebih tepatnya tidak mengenalinya jika Itu istri...."
"Diamlah!" Yuda menyela pembelaan tiga karyawan itu lalu langsung menarik Rania pergi.
Selepas kepergian Yuda ketiga karyawan itu langsung ketakutan. Nasib mereka di ujung tanduk.
"Bagaimana ini? Kenapa kita tidak mengenali Nyonya Arini?"
"Dari awal sebenarnya aku sudah mulai mengenali tapi tidak mungkin itu Nyonya Arini. Dia kan sudah meninggal apalagi penampilan berbeda jauh."
"Kau benar. Lalu sekarang nasib kita gimana? kita sudah berurusan dengan orang yang salah."
Ketiganya menggeleng secara bersamaan. Jujur mereka memang tidak tahu bagaimana nasib mereka kedepannya.
Di dalam mobil, Rania terus saja memperhatikan Yuda yang saat ini sedang menyetir. Tadi, ia terlihat marah sekarang malah terlihat biasa saja. Rania tidak bisa membaca pikirannya.
Namun ada sesuatu hal yang mengusik pikirannya. Dia tidak mengerti dengan perkataan Yuda yang mengatakan jika dia adalah istrinya dan apakah mereka tidak mengenalinya.
Dia sungguh tidak mengerti dengan maksud perkataan Yuda. Yuda yang menyadari Rania terus menatapnya namun matanya terlihat kosong. Membuat Yuda dengan spontans langsung rem mendadak, hingga Rania terhuyung dan dahinya harus terbentur dashboard.
"Aw, astaghfirullah," pekik Rania seraya memegangi dahinya.
"Tuan, apa yang kamu lakukan? Kenapa malah rem mendadak?" Rania mengeluh dengan tangan sibuk mengelus dahinya yang sakit.
Bukan jawaban yang Rania dengar. Tapi ia malah mendapatkan sentuhan lembut di bibirnya. Hingga Rania bergeming seperti patung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments