Toni membawa Rania menuju ruangan Yuda, sepanjang langkah kakinya ia terus saja memperhatikan sekeliling perusahaan YT Group. Tidak pernah terbayangkan sebelumnya bisa jadi bagian dari perusahaan mataplace terbesar di Indonesia, mungkin saja terkenal juga di mancanegara.
Langkah Rania terhenti saat Toni mengatakan jika di sinilah ruangan CEO dan Toni juga mengatakan jika dirinya harus bisa kerja profesional dan perfeksionis. Sebab sang CEO itu orang yang sangat menyukai kesempurnaan dalam segala hal termasuk masalah bekerja.
Penjelasan Toni sama sekali tidak membuat Rania takut ataupun gentar. Justru ia merasa tertantang untuk segera bekerja dengan CEO YT Group. Meski memang kesan pertama saat bertemu pemimpi YT Group sangat tidak mengesankan, tapi Rania akan bekerja semaksimal mungkin untuk membungkam mulutnya yang galak itu.
"Sekarang kamu masuk, Tuan Yuda sudah menunggumu. Ingat pesan saya, ya, kerja profesional."
"Baik, Pak. Anda sudah mempercayakan pada orang yang tepat. In sha Allah, saya tidak akan mengecewakan."
"Bagus! Kalau begitu cepatlah masuk, hari ini kamu langsung kerja. Jadwal Tuan Yuda begitu padat."
"Siap, Pak!"
Toni pun beranjak pergi, lalu Rania kini masih berdiri di depan pintu. Gayanya yang sok percaya diri mendadak sirna. Dia akui kerja tidak akan pernah mengecewakan sebab ia selalu totalitas dalam melakukan segala pekerjaan.
Namun ... jika orangnya seperti Yuda mendadak Rania jadi ragu apakah atasan barunya ini bisa menerima cara kerjanya? Atau apakah atasan barunya ini tidak sediktator yang ia pikirkan. Kenapa Rania memiliki pemikiran seperti itu? Sebab kesan pertama saat bertemu di ruang interview sangat tidak mengesankan.
Rupanya ia tampan namun perkataannya begitu pedas. Rania harap ia mampu bertahan. Tentunya demi masa depannya dengan sang ibu bisa jauh lebih baik.
Dengan mengucapkan bismillah, akhirnya Rania memutar handle pintu dengan tak lupa mengucapkan salam.
Clek...
"Assalamualaikum, Tuan."
Yuda yang kala itu tengah berkutik di depan komputer mengangkat kepalanya lalu membalas ucapan salam dari Rania.
"Wa'alaikum salam. Duduk!" Yuda memerintahkan Rania untuk duduk di depannya dengan menggunakan isyarat kepala.
Rania mengerti akan perintah itu, lalu tanpa ragu duduk saling berhadapan dengan Yuda.
"Siang, Tuan." Rania tersenyum kikuk saat mengucapkan sapaan kembali. Sungguh ia teramat tegang.
"Kamu siap kerja sama saya?" tanya to the poin Yuda tanpa menjawab sapaan Rania.
Rania menarik napas dalam setelah itu menjawab dengan lantang akan keseriusannya.
"Saya siap, Tuan!"
"Kalau jadi isti saya."
"Siap, Pak! Eh."
Rania refleks menutup mulutnya saat menyadari pernyataan kesiapannya itu keliru.
"Jadi kamu siap jadi istri saya?"
Rania menggeleng cepat serta tangan yang ia gerak-gerakan tidak membenarkan atas pernyataan kesiapannya itu. Rania hanya terbawa situasi ia kira atasan barunya itu akan kembali menanyakan kesiapannya untuk bekerja dengan dirinya bukan siap menjadi istrinya.
"Bukan seperti itu, Tuan. Anda salah paham, saya ... saya...."
Yuda mengerutkan keningnya lalu sedikit mencondongkan tubuhnya ke depan. "Santai saja, saya bercanda sebatas ingin mengecek konsentrasi kamu saja. Dan...." Yuda menggantung perkataannya seraya kembali menegakkan tubuhnya hingga bersandar pada sandaran kursi kebesarannya. "Dan saya tahu jawabnya, konsentrasi Anda kacau."
Rania menunduk merasa menyangkan sikapnya yang tidak memberikan kesan baik. Dia pun akui dirinya memang sedang tidak konsentrasi.
"Maafkan saya, Tuan. Saya gugup jadinya saya seperti ini."
"Pekerja yang profesional itu tidak memiliki alasan untuk tidak konsentrasi. Saya jadi ragu cara kerja kamu. Jangan-jangan nanti kamu malah sering melakukan kesalahan...."
"Saya janji, Tuan. Tidak akan melakukan kesalahan apa pun. Saya akan fokus bekerja," Rania langsung menyela saja perkataan Yuda.
Dalam hati Yuda ia tertawa senang bisa mengerjai Rania. Ia sudah menduga jika Rania tipe wanita yang sulit untuk diluluhkan, jadi, Yuda akan memakai plan B untuk mendekati dan menjadikan Rania istri sekaligus ibu sambung untuk anaknya.
"Apa saya harus percaya?"
"Anda harus percaya, Tuan. Lihat dan rasakan terlebih dahulu bagaimana saya bekerja dengan Anda."
Yuda mengangguk-angguk dengan kursi yang ia putar-putar ke kiri dan kanan. Ia semakin merasa penasaran dengan sosok wanita di hadapannya ini, wanita yang memiliki 90 persen kemiripan dengan mendiang istrinya.
Ia akan melakukan segala cara untuk bisa mendapatkan Rania. Meksipun sikap dan watak keduanya berbeda, tidak membuat Yuda mengurungkan niatnya. Yang terpenting bagi Yuda adalah wajah yang sangat mirip, itu lebih dari cukup.
"Baiklah saya akan lihat bagaimana cara kamu kerja. Sekarang mulailah bekerja itu tempat kerjamu." Yuda menunjuk ke sudut 1. Dan telunjuk Yuda mengarah pada satu meja kerja di sudut ruangan yang langsung menghadap ke arah Yuda.
Sepemahaman Rania biasanya yang namanya sekretaris memiliki ruangan sendiri atau tempatnya di luar ruangan atasannya. Lalu kenapa meja kerjanya justru berada di dalam? Rasa penasaran pun menghampiri Rania, ia ingin tahu alasan kenapa meja kerjanya justru berada satu ruangan dengan Yuda.
Pandangan Rania kembali mengarah pada Yuda yang saat ini tengah memperhatikannya.
"Kenapa masih di sini? Sana ke meja kerjamu!"
"Mmm, saya mau tanya, Tuan, boleh?" Rania berucap dengan sangat hati-hati ia takut atasan barunya tersinggung. Bisa-bisa belum juga s bekerja langsung dikeluarkan.
"Apa?"
"Saya hanya ingin tanya kenapa meja kerjanya di sana...."
"Oh, kamu gak mau di sana? Baiklah kalau begitu saya akan suruh Boy untuk pindahin meja kerjanya ke sini, sebelah meja saya."
"Tidak, tidak! Bukan itu maksudnya Tuan."
"Lalu?"
Rania tampak menghela napas berat. Dia mengalah. Ia lebih memilih di tempat awal ketimbang duduk di Sebelah Yuda. Yang ada ia tidak akan pernah konsentrasi.
"Gak apa-apa , Tuan. Saya duduk di sana saja.''
Dengan malas-malasan Rania beranjak dan berjalan ke arah meja kerjanya yang ada di sudut tepat menghadap ke meja kerja Yuda.
Dalam hati Yuda bersorak kegirangan. Ia tidak akan melepaskan barang sedikit pun Rania dari genggamannya..
'Dengan begini maka aku akan selalu dekat denganmu dan akan selalu menatap wajah teduhmu itu, Rania.'
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments