Kamu Mau Jadi Istri Saya?

Rania sama sekali tidak konsentrasi untuk bekerja, bagaimana dia bisa konsentrasi jika orang yang ada di depannya terus saja memperhatikan dirinya.

Semua gerak-gerik seperti sedang diawasi. Sesekali Rania mengintip saat dirinya berpura-pura sedang sibuk kerja. Benar saja atasnya itu terus memperhatikan dirinya tanpa sedikit ekspresi, hanya datar.

'Ya Allah, kenapa Pak Yuda terus memperhatikan aku. Aku jadi takut,' batin Rania.

Terus diperhatikan seperti itu, Rania mengumpulkan keberanian untuk bertanya kenapa atasannya itu terus memperhatikan dirinya. Bukan kepedean, tapi ia yakin jika atasannya itu sedari tadi terus menatap ke arahnya. Tentu saja hal ini mengundang rasa takut pada Rania.

"Khemm...."

Rania berdehem beberapa kali.

"Tuan?" panggil Rania.

Namun Yuda masih bergeming dengan sorot mata yang terus menatap ke arah Rania. Seketika perasaan terancam hadir di benak Rania. Ia berpikir jangan-jangan atasannya ini memiliki niat jahat?

Tidak!

Rania menggeleng kuat, mana mungkin seorang pemimpin sekelas Yudatama memiliki niat terselubung? Dia pria berkelas yang memiliki pendidikan yang tinggi dan tidak mungkin melakukan hal rendahan, pikir Rania.

"Tuan," Rania kembali memanggil Yuda kali ini Yuda mendengar panggilan Rania.

"Ada apa?"

"Eh, anu... eh,"

"Apa? Kalau bicara yang jelas."

"Kenapa Tuan memperhatikan saya terus? Saya jadi tidak bisa fokus," ucap Rania dengan kepala yang tertunduk, takut atasannya marah.

"Karena saya punya mata, kalau mata saya buta baru saya tidak bisa memperhatikan kamu," sinis Yuda dengan mata yang enggan berpaling.

"Maksudnya bukan seperti itu."

"Lalu seperti apa yang kamu maksud? Lagian kamu jangan banyak protes, kerja, ya, kerja saja. Kenapa mempermasalahkan saya."

Menyesal! Ya, Rania menyesal karena telah berkata seperti tadi. Akhirnya Rania memilih diam, masa bodoh jika Yuda terus memperhatikan dirinya. Keprofesionalan dirinya diuji.

Rania kembali melanjutkan kerjanya, beruntung ia cukup pandai hingga satu kali dapat arahan ia sudah bisa paham. Dan tanpa banyak tanya ini itu sebab jika ia susah tanggap ia tidak tahu nasibnya sudah dipastikan atasan barunya akan mengomel lalu langsung menendang dirinya.

Ketika di ruangan itu hanya terdengar suara ketikan saja. Tiba-tiba dengan tanpa basa-basi Yuda melayangkan satu pertanyaan yang membuat Rania syok bukan main.

"Kamu sudah menikah?" tanya tiba-tiba Yuda.

Rania menghentikan aktivitas mengetiknya, lalu meluruskan pandangan matanya hingga bersitatap dengan Yuda. Dalam benaknya bertanya-tanya ada apa gerangan yang membuat atasnya ini malah menanyakan sesuatu yang menurutnya sangat privasi.

"Kenapa malah diam? Kamu dengarkan apa yang saya ucapkan tadi?"

"Dengar Tuan."

"Lalu kenapa tidak menjawabnya?"

"Kaget, tiba-tiba Anda menanyakan hal seperti itu."

"Jadi jawabannya apa?"

Rania kira Yuda tidak akan menanyakan lagi, ternyata ia kembali menanyakan hal seperti tadi. Semenjak interview sampai sekarang Rania merasa aneh. Atasannya ini selalu saja menanyakan hal yang bersifat masalah pribadinya. Jujur Rania sama sekali tidak tahu maksud dan tujuannya itu. Namun sebisanya ia membuang semua pemikiran buruknya itu.

"Saya belum menikah, Tuan."

"Bagus! Kalau gitu kamu mau menjadi istri saya?"

"Apa?!"

***

Rania sampai di rumah pukul enam petang. Padahal baru setengah hari kerja jadi sekretaris sudah melelahkan seperti ini. Pulang ke rumah tidak ada siapa-siapa, karena tadi saat masih di kantor ibunya menelepon dan bilang ada pengajian di rumah Bu Lurah dan kemungkinan pulang ba'da Isya.

Rania langsung merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Matanya menatap langit-langit kamar pikirannya melayang pada kejadian di kantor.

"Apa, Tuan? Ja-jadi istri Tuan?" Rania tergagap-gagap karena ia begitu syok saat mendengar permintaan tuannya itu.

"Iya, jadi istri saya. Kita menikah."

"Tidak, Tuan. Maaf. Saya tidak bersedia."

"Kenapa kamu menolak saya? Di saat banyak wanita yang ingin jadi istri saya kamu malah menolak."

Rania tidak berani menatap Yuda. Ia sudah pasrah jika seandainya hari ini juga ia ditendang dari perusahaan. Bukan tanpa alasan Rania menolak, jelas saja jika Rania menolak. Mereka baru bertemu beberapa jam lalu saat melakukan interview. Lalu sekarang tiba-tiba mengajaknya untuk menikah.

Yuda memang tampan dan sempurna. Namun Rania juga tidak ingin gegabah dalam urusan pernikahan. Setidaknya mereka harus saling kenal terlebih dahulu baru ke depannya akan jadi pertimbangan untuk Rania meneruskan atau sudah cukup sebagai atasan dan bawahan saja.

"Saya tidak memiliki perasaan apa pun sama Anda. Lagi pula kita baru bertemu beberapa jam lalu," terang Rania dengan hati-hati.

"Cukup saya yang mencintai kamu. Maka saya akan memperlakukan kamu layak seorang putri."

Rania semakin dibuat bingung. Cinta? Apa mungkin cinta akan tumbuh hanya dalam satu kali pertemuaan? Rania membatin.

"Itu terlalu cepat, Tuan. Anda mengatakan mencintai saya."

"Saya sudah dibuat jatuh cinta saat pertama kali melihat kamu, lebih tepatnya saat saya melihat CV lamaranmu. Di sana saya bisa melihat foto kamu dan saya sudah mendapatkan getaran aneh di hati."

Rania tidak berani bilang, iya, meksipun Yuda adalah seorang pria sempurna dalam segala bidang dan hal.

"Oke, Mungkin kamu masih ragu. Namun percayalah saya akan buktikan jika saya sungguh mencintai kamu."

"Ah, tidak!"

Rania terbangun dari tidurannya saat kilas balik kejadian di kantor teringat dan menggangu pikirannya.

Ia serasa mimpi ada seorang pangeran ingin menikah dengannya yang notabene seperti seorang upik abu. Perbedaan mereka sangat jauh terlihat bagaikan bumi dan langit, bulan dan matahari. Tidak akan pernah bisa bersatu karena terhalang oleh jarak.

"Hah. Bagiamana mungkin pria sesempurna itu bilang mencintaiku. Sekali pertemuan langsung bilang cinta. Apa iya aku harus percaya? Baiklah aku akan lihat sampai di mana kesungguhannya itu."

Setelah berbicara sendiri,. Rania beranjak ia akan bergegas mandi dan salat Maghrib.

Sementara itu, di kediaman Yuda. Ia tampak sibuk dengan anaknya. Menemani sang anak meskipun hanya sebentar saja. Jika boleh jujur Yuda jarang sekali bercengkrama dengan anaknya. Alasannya simpel setiap dengan Rena maka ia akan terus mengingat Arini.

Namun karena ia sudah pastikan akan mendapatkan pengganti Arini membuat ia memberanikan diri untuk dekat dengan sang anak. Tidak ada alasan untuk dirinya mengingat Arini karena sebentar lagi Arini-nya akan ada di antara mereka.

Perubahan sikap Daddy-nya membuat Rena senang. Akhirnya ia bisa sedekat ini dengan Daddy-nya dalam waktu yang lama. Yuda juga menyadari jika dirinya memang teramat jauh dengan Rena, ia juga selalu memikirkan perasaan Rena. Pasti anak perempuannya ini akan berpikir yang tidak-tidak. Beranggapan jika dirinya tidaklah menyayanginya Rena.

"Rena, sini. Duduk di pangkuan Daddy." Yuda meminta Rena untuk mendekat dan duduk dipangkuan.

"Ada apa, Dad?" tanya Rena Lalu mendudukkan tubuhnya di paha sang Daddy.

"Daddy mau kasih Rena kejutan. Daddy yakin Rena pasti akan senang."

Bocah empat tahun itu begitu antusias mendengarkan perkataan Yuda. Bahkan Rena langsung membalikkan tubuhnya hingga berhadapan dengan sang Daddy.

"Kejutan apa, Dad? Rena ingin tahu."

"Rahasia, dong. Bukan kejutan kalau Daddy kasih tahu sekarang."

"Yah... padahal Rena penasaran Dad."

Rena memasang wajah cemberut karena Yuda tidak memberi tahu kejutan apa yang Yuda maksud.

Yuda mencolek bibir Rena yang terlihat manyun itu. "Kejutannya akan Daddy kasih besok saat Rena pulang sekolah. Gimana?"

Rena terlihat berpikir. Sungguh melihat Rena dari jarak yang begitu dekat seperti ini baru pertama kali Yuda lakukan. Daddy macam apa dirinya? Hanya karena sebuah ego membuat ia melupakan putrinya yang sangat membutuhkan dirinya.

"Kenapa besok, Dad? Sekarang saja."

"Pokoknya besok. Nanti Rena pulang sekolah ke kantor Daddy karena kejutannya ada di sana."

"Oke, deh, Rena setuju."

Rena lalu memeluk Yuda dan Yuda membalasnya.

'Maafkan Daddy karena telah melupakan kamu, Nak. Sekarang Daddy tidak akan pernah melupakan kamu lagi. Dan sebentar lagi kamu akan memiliki Mommy,'

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!