Rania Pingsan

Awalnya Yuda akan mempertemukan anaknya dan Rania selepas Rena pulang sekolah. Sayang, sikap memaksa dan tak terbantahkan sang istri harus turun pada Rena. Hingga saat sang anak ingin sekarang diberikan kejutan yang dimaksud ia tak bisa menolak.

Sedangkan kejutan yang Yuda maksud adalah Rania. Wanita yang begitu mirip dengan mendiang istrinya.

Yuda sengaja ingin mendekatkan anaknya dengan Rania. Supaya Rania merasa terikat dan tidak akan menolak untuk menikah dengan dirinya.

Tadi, Yuda yang memperingati Rania agar tetap fokus kerja. Ini justru dirinya yang tidak bisa fokus. Sebab melihat pemandangan yang sangat langka. Yaitu melihat anaknya begitu tertawa lebar dengan Rania.

Yuda bersyukur jika Rena langsung akrab. Mungkin karena Rania memang mirip mommy-nya membuat Rena langsung sedekat itu karena menyangka Rania Mommy-nya.

Pada dasarnya Rania memang menyukai anak kecil itu sebabnya Rena langsung merasa nyaman. Dan Rania mampu memposisikan dirinya.

Rena duduk di samping Rania seraya terus bercerita sedangkan Rania ia mendengarkan cerita Rena sambil mengetik agenda mingguan sang atasan. Di tengah kegiatannya itu tiba-tiba kepalanya pusing. Keluar keringat dingin serta perutnya terasa perih.

Rania ingat, jika diri nya sama sekali belum mengisi perutnya dengan apa pun. Niatnya untuk sarapan tertahan karena Rena tiba-tiba menghampirinya lalu memeluk dan memanggil dirinya Mommy.

Rania sudah tidak kuat lagi. Matanya mulai berkunang-kunang. Keringat dingin semakin banyak bercucuran. Namun ia berusaha untuk kuat. Pekerjaannya masih banyak , sekilas ia melirik jam yang terpasang di dinding. Masih pukul sembilan masih ada waktu tiga jam menuju istirahat.

Rania berniat untuk meminta izin pada Yuda untuk mengisi perutnya sebentar saja.

"Rena, Kakak ke Daddy-mu dulu."

"Mommy. Bukan kakak." ujar Rena membenarkan sebutan untuk Rania.

Rania berusaha untuk tersenyum meskipun tubuhnya terasa lemas. Ia tidak menyangka anak seusia Rena tidak terlihat seperti anak seusianya.

"Iya, Mommy ke Daddy dulu, ya."

"Iya, Mommy."

Rania tidak mempermasalahkan jika memang Rena memanggilnya Mommy. Bukanlah masalah besar pula justru ia begitu senang dipanggil mommy.

Yuda yang memang sedari tadi memperhatikan dua wanita beda generasi itu. Mulai merasa ada gelagat aneh dari Rania. Sehingga saat Rania beranjak Yuda ikut beranjak. Dugaan Yuda benar saja, baru beberapa langkah Rania tumbang dan Yuda langsung saja menahan tubuh Rania.

"Rania!" teriak Yuda lalu dengan gesit menahan tubuh Rania agar tidak terjatuh ke lantai, Rania pingsan.

Mendengar Daddy-nya berteriak membuat Rena yang tengah fokus pada handphone langsung saja menoleh dan melihat mommy-nya tak sadarkan diri di pangkuan Daddy-nya.

"Mommy!"

Yuda dan Rania Sama-sama panik. Yuda terus saja menepuk-nepuk pipi Rania. Sedangkan Rena terus saja menangis membuat suasana semakin panik.

"Dad, Mom kenapa?" tanya Rena dengan berlinang air mata. "Rena gak mau kehilangan Mommy lagi, Dad."

"Rena sayang jangan nangis, oke? Kalau kamu nangis Dad tambahan panik."

"Hiks...hiks...., Mommy bangun, jangan tinggalin Rena lagi."

Yuda langsung menggendong Rania lalu membaringkan tubuh Rania di sofa. "Rena, sini! jagain Mommy dulu. Dad mau telepon asisten Boy."

Rena nurut ia duduk di samping tubuh Rania dengan tak hentinya menangis.

Sementara itu, Yuda menelepon Boy yang berada di ruangannya.

"Boy panggil dokter Anita ke kantor. Sekarang!"

"Siapa yang sakit? Tuan sakit? Atau nona Rena?"

"Jangan banyak nanya. Cepat panggil dokter Anita."

"Ba-baik."

Setelah menelepon Boy, Yuda kembali ke tempat di mana Rania dibaringkan. Ia begitu khawatir melihat wajahnya begitu pucat, bahkan tubuhnya terasa dingin.

Yuda hanya bisa mengusap-ngusap telapak tangan Rania agar sedikit memberikan kehangatan. Yuda semakin menggerutu saat dokter Anita tak kunjung datang juga.

Tak begitu lama Dokter Anita dan Boy datang ke ruangan Yuda. Yuda yang melihatnya langsung beranjak dan hampir memukul Boy.

"Kenapa begitu lama!" sentak Yuda.

Boy hanya biasa tertunduk. Merasa percuma jika ia membela dirinya sendiri. Ia tetap akan salah. padahal wajar jika lama sebab jarak rumah sakit ke kantor itu jauh.

"Dokter Anita cepat periksa Mommy-nya Rena!"

Dokter Anita yang memang masih syok saat melihat Rania begitu mirip dengan Arini. Dokter Anita sendiri adalah dokter keluarga sekaligus sahabat mendiang istrinya.

"Anita! Cepat periksa!"

Dokter Anita gelagapan sungguh ia benar-benar tidak bisa fokus. Ia serasa bermimpi bisa melihat kembali sahabatnya yang sudah empat tahun meninggal.

Paham akan respons dokter Anita membuat Yuda angkat bicara. "Apa yang kamu pikirkan dan ingin ditanyakan tahan dulu. Sekarang yang terpenting periksa Mommy-nya Rena."

"Ah, i-iya."

Dokter Anita secepatnya memeriksa keadaan Rania dengan segudang pertanyaan dan tanda tanya di benaknya. Kenapa orang yang sudah meninggal bisa hidup kembali dan kini berada di depan matanya. Sungguh ini membuat dokter Anita tidak mengerti.

'Apa dia benar-benar Arini? Tapi... kenapa dia hidup lagi? Bukankah dia sudah meninggal? Lalu dia kenapa jadi berjilbab seperi ini?'

Sejenak dokter Anita memfokuskan dirinya untuk memeriksa keadaan Rania. Ia tidak ingin sampai salah mendiagnosa. Jika salah maka ia akan dapat akibatnya , Yuda marah besar padanya.

"Bagaimana keadaan Mommy, Tante?" ujar Rena yang sudah tidak sabar.

Anita melepas stetoskop yang ia pasang di telinganya.

"Apa Mommy-mu belum makan? Sepertinya mag-nya kambuh. Itu yang menyebabkan Mommy pingsan," terka dokter Anita.

Yuda yang memang tidak tahu jika Rania sudah makan atau belum memilih diam. Ia lebih memilih berjongkok lalu membelai kepala Rania.

"Kamu jangan khawatir Yuda. Semua baik-baik saya, kok."

"Bagaimana gak khawatir lihat keadaanya seperti ini. Sampai pingsan segala."

"Sebentar lagi dia juga bangun. Kamu tinggal siapkan makan untuk dia. Dia punya penyakit mag angkut."

Mendengar saran dari Anita , Yuda langsung menatap Boy. Dan Boy langsung paham arti tatapan sang majikan. Tanpa menunggu lama langsung saja Boy pergi.

"Sekarang aku minta penjelasan. Ada apa sebenernya ini? Apa dia beneran Arini?" tanya Anita ia sudah dibuat penasaran.

Karena Anita sahabat baik Arini dan dirinya, membuat Yuda berpikir jika Anita juga berhak tahu. "Sayang jagain Mommy, ya. Dad mau sama tante Anita dulu."

Rena mengangguk mengerti. Setelah itu Yuda menjauh dari Rena dan Rania. Anita mengikuti Yuda dari belakang hingga mereka berdiri di depan jendela besar dekat kursi kebanggaan dirinya.

Anita masih menunggu penjelasan dari Yuda hingga saat terdengar helaan napas panjang dari Yuda, mengawali pembicaraan mereka.

"Dia bukan Arini. Tapi...."

Yuda menjeda perkataanya seraya menoleh pada Anita yang saat ini begitu sangat penasaran. "Apa?" tanya Anita penasaran.

"Dia adalah Rania, Mommy baru untuk Rena."

"Hah."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!