Remember Me

Remember Me

Amnesia

Sirene ambulance bergaung di malam hari, sebuah mobil yang rusak parah dan nyaris terbelah menempel di beton pembatas jalan. Orang-orang berkerumun untuk melihat apa yang terjadi, garis kuning dengan cepat melintang di area lokasi itu.

Kondisi jalanan semakin ramai. Manusia tumpah ruah disana, sebagian dari mereka baru saja selesai menyaksikan pertunjukan Opera di sebuah stadium di pusat kota di tambah lagi dengan adanya kecelakaan yang merenggut korban.

Jackson Smith dan Graciella Manor mengalami kecelakaan tunggal setelah mereka kembali dari pertunjukan Opera di pusat kota. Supir pribadi Jack meninggal dalam kecelakaan itu.

Mereka sempat bertemu dengan Samantha Grey salah satu pameran utama di Opera itu. Ia memerankan Giselle di pertunjukkan itu. Dan ternyata Sammy juga seorang perawat yang setelah mengisi pertunjukan Opera, ia harus bekerja di sebuah rumah sakit.

Setelah kejadian kecelakaan itu, Jack dan Grace segera di larikan ke rumah sakit. Kondisi Jack sangat parah karena ia tidak sadarkan diri dan darah terus mengalir keluar dari hidung maupun pelipisnya. Sedangkan kondisi Grace jauh lebih baik dari Jack.

Sammy yang sedang bertugas segera membantu perawat lainnya untuk membantu mengecek vital sign Jack. Karena jantungnya terus melambat maka diputuskan untuk segera dilakukan tindak operasi untuk menghentikan pendarahan di dalam kepala Jack.

"Namanya Jackson Smith dan itu tunangannya Graciella Manor. Sebentar lagi keluarganya akan datang. Berikan laporan kepadanya untuk persetujuan tindak operasi." Sahut Bryan kepada Sammy.

Sammy mengangguk sambil mencatat hasil obeservasi dan pemerikaaan yang telah dilakukannya terhadap Jack maupun Grace.

"Keluarga mereka sudah dihubungi?" Tanya dokter Bryan. Sammy kembali mengangguk.

Tak lama, orangtua Grace datang. Sesuai instruksi, Sammy bertemu dengan keluarga Grace dan menjelaskan mengenai apa saja yang di alami oleh Grace.

"Jadi hanya terbentur?" Tanya Nyonya Manor.

Sammy mengangguk, "Kami sudah melakukan pemeriksaan..."

"Tidak! Tidak! Saya akan pindahkan anak saya sekarang juga ke rumah sakit yang jauh lebih bagus. Mobilnya nyaris terbelah loh sus. Tapi suster bilang anak saya hanya terbentur! Gila!" Tukas Nyonya Manor menyela penjelasan dari Sammy.

"Apa ibu mau bertemu dengan dokternya?" Tanya Sammy.

"Mana dokternya?" Jawab Nyonya Manor menantang.

Nyonya dan Tuan Manor mengusap-usap kepala anaknya yang terbentur. Hanya ada darah sepanjang lima sentimeter di keningnya selebihnya seperti kata Sammy, Grace dalam batas normal, tidak ada yang perlu di khawatirkan.

***

Dokter Bryan Onnele, dokter yang bertugas pada bagian ortopedi traumatologi dan rekontruksi tulang. Datang menghampiri kedua orangtua Grace,

"Secara garis besar, Grace dalam kondisi normal dan semua baik-baik saja. Tidak ada yang perlu di khawatirkan." Jawab dokter Bryan menjelaskan.

Orangtua Grace tampak tidak terima dengan penjelasan dokter Bryan, "Tidak mungkin! Dokter belum pernah kecelakaan sih jadi tidak tau! Sudah, kami akan membawa je rumah sakit yang mahal dan lebih baik dari ini!" Tukas Tuan Manor.

Tak lama, ia membawa putrinya dengan menggunakan kursi roda. Grace tampak tertunduk sambil memeluk boneka bantal yang dibawanya sejak di selamatkan dari kecelakaan itu.

"Keluarga Smith belum ada kabar?" Tanya dokter Bryan kepada Sammy.

Sammy menggelengkan kepalanya, "Belum. Kalau lima menit tidak datang biar aku yang menjadi walinya. Dia butuh pertolongan secepatnya." Ujar Sammy.

"Yakin?" Tanya Bryan.

"Yakin, seyakin-yakinnya." Jawab Sammy.

"Baiklah kalau begitu. Kita tunggu lima menit lagi." Sahut Bryan.

Lima menit kemudian tidak ada tanda-tanda keluarga Jackson Smith berkunjung, "Mana dokumennya, aku akan tanda tangani ini." Kata Sammy.

Setelah di tanda tangani, dokter Bryan dan beberapa tim dokter lainnya masuk ke dalam ruangan operasi.

Setelah Jack di tindak, seorang pria berbadan kecil dengan memakai kemeja kotak-kotak putih biru serta dasi panjang menanyakan pasien atas nama Jackson Smith.

Sammy menghampirinya, "Anda keluarga Tuan Smith?" Tanya Sammy.

Pria itu mengulurkan tangannya, "Saya asisten Tuan Smith. Perry Sanders." Jawab Perry.

Sammy menjelaskan kondisi terakhir Jack sampai akhirnya ia yang berinisiatif untuk menjadi wali Jack sampai keluarganya datang

"Jack, maksud saya Tuan Smith tidak mempunyai sanak saudara disini. Dan dia hanya punya saya." Kata Perry menjelaskan.

"Benarkah?" Tanya Sammy. Rasa simpati dengan cepat menyebar di hatinya untuk seorang Jackson Smith.

Perry mengangguk, "Saya berterimakasih karena suster mau menjadi wali dari Jack, ah maksud saya Tuan Smith."

"Tidak masalah. Keselamatannyalah yang paling utama aku pikirkan." Jawab Sammy.

Mereka menunggu delapan jam hingga pagi menjelang. Sammy yang saat itu bertugas shift malam sambil melaksanakan tugasnya dengan sesekali datang ke ruang operasi untuk melihat operasi Jack.

Selesai Sammy bertugas Sammy kembali menunggu Jack bersama dengan Perry di depan ruang operasi, kemudian dokter Bryan keluar dari ruangan operasi, "Penggumpalan darah di otaknya. Cedera kepala berat skala 5. Aku sudah memasangkan GCS untuk Jack." Kata Bryan menjelaskan.

"Lalu bagaimana?" Tanya Sammy

"We'll wait Sam." Jawab Bryan mengacak-acak rambut Sammy yang masih tercepol rapi.

*GCS : Glasgow Coma Scale, alat yang di gunakan untuk menilai kesadaran pasien.

****

Tujuh hari setelah operasi, belum nampak tanda-tanda kehidupan dari Jack. Perry terkadang masih menunggui Jack di kamarnya terkadang juga dia tidak datang karena dia harus menggantikan jadwal Jack selama Jack koma.

"Sampai kapan Tuan Smith seperti ini?" Tanya Perry kepada Sammy.

Sammy mengangkat bahunya, "Aku juga tidak tau. Tidak ada yang pernah tau kalau pasien koma kapan mereka akan segera sadar." Jawabnya.

"Aku sudah mengurus segalanya suster. Jadi anda sudah tidak perlu khawatir lagi mengenai biaya perawatan Tuan Smith disini. Dan setelah Tuan Smith sadar, aku akan mentransfer bayaranmu." Kata Perry.

Sammy tertawa pelan, "Kamu tidak perlu melakukan itu, aku hanya ingin pasienku tetap hidup dan sehat. Kamu tidak perlu membayarku." Jawab Sammy.

Tapi Perry menolak, "Tidak. Aku tetap harus membayarmu." Sahut Perry memaksa.

Sammy berpikir, "Baiklah kalau kamu memaksa. Belikan aku kopi setiap hari, tidak perlu yang mahal. Yang dijual di kantin rumah sakit ini saja aku sudah cukup senang." Ujar Sammy tersenyum.

Perry menatap perawat yang ada di depannya itu, "Sederhana sekali kamu." Katanya.

"Panggil aku Sammy saja jangan kamu atau suster." Ucap Sammy tertawa.

Perry tampak gugup, "Ba..baiklah Sammy." Balas Perry tersipu.

***

14 days later

Bip...bip

Bip...bip

"Pasien menunjukkan tanda kesadarannya. Dia menggerakkan jarinya." Tukas seorang perawat yang saat itu sedang bertugas di ruangan Jack.

Sammy, dan dokter Bryan bergegas menghampiri ruangan Jack dan mengecek vital sign Jack.

"Bry, lihat jarinya bergerak-gerak. Dan gerakannya cukup intens." Ucap Sammy.

Jack mengambil senter kecilnya dan menyinari pupil Jack, "Ada respon sedikit." Kata Bryan kemudian mematikan senternya lagi.

"Kita tunggu beberapa jam lagi untuk kita nilai apakah pasien ini terbangun atau tidak." Sahut Bryan.

Sammy dan perawat yang bertugas disana mengangguk, "Baik dokter."

Ketika semua perawat dan dokter keluar, Sammy tetap tinggal. Dia menggenggam tangan Jack, "Hai, kamu cepatlah bangun. Kami menantimu, kamu telah melakukannya dengan baik. Kamu kuat menghadapi segala prosedur operasi yang menyakitkan itu, dan terimakasih kamu telah bertahan untuk tetap hidup." Bisik Sammy.

Jack merespon ucapan Sammy dengan membalas genggaman tangan Sammy lemah.

"Pelan-pelan saja. Tapi kuharap hari ini kamu bangun." Bisik Sammy lagi.

Malam itu Sammy tertidur di ruangan Jack. Bryan yang membangunkannya, "Sam, woi! Mau tidur disini atau kamu ada tugas shift malam?" Tanya Bryan

Sammy meregangkan tubuhnya, "Tidak dua-duanya Bry. Shiftku kan siang tadi, aku ketiduran saat menunggunya." Jawab Sammy.

"Kenapa kamu menunggui dia? Kamu kenal?" Tanya Bryan lagi.

Sammy menggelengkan kepalanya, "Tidak. Kami pernah bertemu beberapa waktu lalu. Dia beserta tunangannya menonton pertunjukkan balletku." Jawab Sammy.

"Giselle?" Bryan bertanya.

Sammy mengangguk, "Ya, di hari dia mengalami kecelakaan tragis ini." Ucap Sammy, "aku tidak pernah mau memerankan Giselle, karena setiap kali aku memerankan Giselle ada saja yang terjadi." Kata Sammy menyambung pertanyaan Bryan.

Bryan mengusap punggung Sammy, "Kebetulan saja." Katanya.

"Kebetulan yang mengerikan." Sahut Sammy sedih.

Seolah ingin membantah ucapan Sammy, Jackson Smith kembali menunjukkan tanda-tanda kehidupannya. Ia mengerjapkan kedua matanya dan menggerakan tangannya.

Bryan segera memeriksa Jack, pemeriksaan respon rangsangan gerak maupun rangsangan visual.

Respon Jack semakin jelas bahkan kini ia sudah sadar sepenuhnya.

"Hai Tuan Smith. Hai Jack. Kamu bisa mendengar kami dengan jelas?" Tanya Bryan sambil menggerakan tangannya sebagai bahasa isyarat supaya Jack paham pertanyaannya.

"Jack, bisa mendengarku?" Tanya Bryan.

Jack mengangguk.

"Bisa melihat kami dengan jelas?" Tanya Bryan lagi.

Jack kembali mengangguk.

"Bagus!" Seru Bryan.

Sammy mendekati Jack, "Halo Jack, senang berjumpa denganmu lagi." Ujar Sammy.

Jack seakan berpikir, "Si...siapa Jack? Dimana aku?" Tanyanya kemudian.

...----------------...

Terpopuler

Comments

Maya●●●

Maya●●●

semangat kak

2022-09-18

0

Hulapao

Hulapao

wahh amnesia

2022-09-16

1

🌻⃟MbaK_KuNt!🌞⃠

🌻⃟MbaK_KuNt!🌞⃠

Hwaiting Kk Olive
Time Travel Lia mampir

2022-09-08

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!