Beberapa hari setelah ungkapan cintanya kepada Sammy, Jack mulai di kenalkan ke lingkungan rumahnya. Akan tetapi, karena sifat Jack yang sulit di tebak maka hanya Sammy yang bisa menaklukannya.
"Selamat siang suster, Tuan Smith dalam kondisi yang kurang baik saat ini dan beliau minta terapi hari ini di postpone." Kata Perry melalui sambungan ponsel.
Sammy yang saat itu baru saja selesai menyelesaikan tugas shiftnya harus segera menemui Jack yang menolak untuk terapi, "Saya segera kesana. Kirimkan saja alamat rumah Tuan Smith." Jawab Sammy.
"Baik suster. Ditunggu dan terimakasih." Balas Perry.
Sammy bergegas ke ruangan dokter Bryan untuk minta di antar karena dia tidak mungkin mengendarai mobil dalam kondisi lelah dan mengantuk.
Tok...tok
"Dokter Bryan?" Sapanya dan dengan perlahan membuka pintu ruangan itu.
"Yes, suster Sammy. Ada apa?" Tanya Bryan.
Setelah memastikan mereka hanya berdua,
"Bry, maukah kamu mengantarku?" Tanya Sammy.
"Yok." Jawab Bryan singkat.
Sammy mengerutkan keningnya, "Memang aku mau kemana?" Tanya Sammy lagi.
Dokter Bryan mengangkat bahunya dan tertawa, "Entahlah. Hahaha, aku ikut saja denganmu." Katanya.
Sammy pun ikut tertawa, "Hahaha... Ya sudahlah. Jalan sekarang yuk." Pinta Sammy.
Bryan menuruti permintaan wanita yang disukainya dalam diam itu.
Mereka melewati Nora yang masih tengah bertugas di pos, "Eh, mau kemana? Memangnya kalian sudah selesai? Sudah tidak ada pasien atau jadwal operasi lagi?" Tanya Nora tak percaya.
Sammy menepuk pundak Nora dengan serius, "Bekerjalah untuk apa yang kamu inginkan, anak muda." Kata Sammy bijak.
Nora menyapukan bekas sentuhan Sammy di pundaknya, "Aku tidak suka di sentuh oleh orang yang tidak setia kawan." Sahut Nora.
Ekspresi wajah Nora membuat Sammy gemas, "Shiftku sudah selesai sayang jadi bukan aku tidak cinta atau tidak sayang, tapi aku harus segera keluar dari tempat ini dan mencari udara yang lebih segar. Bye Nora." Ucap Sammy tertawa.
"Aku tidak akan menemani shift malammu, Sam! Lihat saja! Aku mau kopi yang nikmat dan danish kalau kamu mau merayuku!" Ancam Nora cemberut.
Sammy hanya tersenyum, dan kemudian ia melambaikan tangannya kepada Nora.
"Jadi kamu mau aku antar kemana?" Tanya Bryan.
Sammy memperlihatkan alamat Jack kepada Bryan, "Ke alamat ini Bry." Jawab Sammy.
"Oke, dan itu rumah siapa?" Tanya Bryan lagi.
"Jack." Sammy menjawab pertanyaan itu dengan singkat.
"Oke, off we go." Sahut Bryan.
.***
Kediaman Jack
"Apakah kamu sudah mengubungi Sammy?" Tanya Jack.
Dengan sabar Perry mengangguk, "Ditunggu saja." Jawab Perry.
"Tentang Grace, apa kamu mengenalnya?" Jack bertanya lagi.
"Ya, kalian hampir menikah waktu itu. Saat ini Grace juga sedang dalam pemulihan. Begitu yang kudengar." Jawab Perry.
Jack memainkan bibirnya sambil berpikir, "Kalau Grace adalah calon istriku, kenapa otakku sulit sekali mengingatnya?" Jack bertanya lagi.
"Hubungan kalian baik-baik saja, tidak ada masalah yang berarti yah seperti layaknya pasangan pada umumnya saja." Jawab Perry dengan sabar.
Beruntunglah Jack memiliki seorang asisten yang sabar dan sangat setia. Perry juga yang selalu menghandle masalah pekerjaan Jack selama Jack sakit.
"Andaikan aku menyukai Sammy, itu tidak dilarang kan?" Tanya Jack.
Perry tersenyum sambil menggeleng-gelengkan kepalanya, "Tidak dilarang dan tidak salah. Tapi bagaimana dengan Grace?"
Jack mengetuk-etuk pulpennya di atas meja, "Entahlah. Aku tidak tau. Andai saja Grace paling tidak menghubungiku aku tidak akan merasa kosong seperti ini. Samantha lah yang mengambil hari-hariku dan mengisinya." Sahut Jack.
Perry mendekatkan dirinya ke arah Jack, "Kamu bisa menyukainya Jack, tapi tidak menikahinya. Karena kamu sudah terikat dengan Grace." Bisin Perry.
Belum sempat Jack membalas ucapan Perry, bunyi bel pintu terdengar,
Ting...tong
Ting...tong
Perry bergegas membukakan pintu untuk tamu mereka, "Suster Sammy dan dokter Bryan. Silahkan masuk." Kata Perry menyambut mereka.
Jack berdiri dan bersiap menyambut Sammy, namun begitu ia melihat dokter Bryan bersama Sammy ia mengurungkan niatnya untuk memberikan sambutan.
"Hai Jack." Sapa dokter Bryan.
"Hai dokter." Balas Jack.
Perry mempersilahkan Sammy dan Bryan untuk duduk di dekat Jack.
"Bagaimana terapimu hari ini Jack? Sudah ada yang bersedia visit, Tuan Sanders?" Tanya Sammy.
"Sudah ada 3 orang tapi mereka pada akhirnya gagal karena Tuan Smith sendiri yang menolaknya." Kata Perry menahan geli.
Sammy mengubah pandangannya, "Ada apa Jack?" Tanya Sammy.
"Aku tidak memerlukannya lagi." Tukas Jack.
Sammy menatap Bryan untuk meminta saran dan pertolongan darinya, "Bagaimana perkembangannya?" Tanya Bryan berbisik.
"Marcus bilang oke." Jawab Sammy singkat. Tangannya mencari ponsel dan segera aktif menekan huruf-huruf yang ada disana untuk mengirimkan pesan kepada Marcus.
"Kita akan tunggu laporan dari Marcus, dan aku bertanya apakah boleh terapinya di hentikan?" Tanya Sammy kepada Bryan.
Perry menyuguhkan beberapa snack dan teh hangat untuk Sammy dan Bryan, "Silahkan dimakan dulu. Maaf suster, ini seadanya. Semenjak kecelakaan itu tidak ada yang tinggal disini lagi." Kata Perry.
Sammy dan Bryan melihat ke sekeliling rumah itu dan menganguminya.
Rumah itu tampak kosong karena Jack tidak mengisinya dengan banyak barang. Hanya ada satu buah lukisan abstract yang seperti coretan anak kecil. Piano serta ruang tamu yang diisi dengan sofa dan beberapa kursi berlengan.
"Rumahmu sepuluh kali rumahku Jack." Kata Bryan berdecak.
"Apakah bisnis Tuan Smith sangat menguntungkan?" Bryan bertanya kepada Perry.
Perry mengangguk, "Minuman keras. Gin, Vodka, Tonik. Dokter tau sendiri bagaimana cepatnya minuman itu berputar." Jawab Perry.
Bryan bersiul kagum, "Aku akan menggantungkan stethoscopeku dan bekerja denganmu, Jack." Kata Bryan tertawa.
Jack tiba-tiba berdiri dan menghampiri Sammy, "Giselle Samantha maukah kamu tinggal bersamaku mulai hari ini?" Tanya Jack seakan ingin melamar Sammy.
"Eh?" Sammy menatapnya heran dan terkejut karena pertanyaan Jack yang sangat mendadak itu.
Perry segera menengahi, "Mungkin maksud Tuan Smith supaya suster Sammy bisa mengawasinya 24 jam dan Tuan Smith akan lebih nyaman karena berada si rumahnya sendiri. " Kata Perry.
Bryan tertawa, "Bagaimana kalau aku juga tinggal bersamamu?" Kata Bryan bercanda.
Jack melihat Bryan kesal.
"Aku ingin Perry berhenti berbicara tentang Grace. Karena yang ada di hatiku saat ini hanya Sam. Aku juga tidak mengerti bagaimana aku bisa mengingat namanya dan aku juga tidak paham mengapa aku bisa jatuh cinta kepadanya secepat ini." Sahut Jack menggenggam tangan Sammy.
Sammy menepiskan tangan Jack, "Hahaha, besok kita akan bertemu Marcus dan dokter sarafmu. Kalau begitu kami ijin permisi dulu." Ucap Sammy salah tingkah. Wajahnya sudah semerah tomat.
Sammy menggandeng Bryan untuk segera keluar dari sana.
***
Mobil Bryan
Di dalam mobil Bryan, Sammy memegangi dadanya sambil sesekali mengambil dan membuang nafasnya untuk menghilangkan kegugupan.
"Kamu baik-baik saja?" Tanya Bryan.
Sammy menggeleng, nafasnya tercekat, "Aku rasa aku kena MIA, Bry. Aku butuh oksigen tambahan saat ini." Ucap Sammy.
*MIA : Miocard Infarct Acute atau serangan jantung mendadak.
"Hei...hei! Jangan bicara seram begitu! Dan jangan tanggapi serius ucapan Jack, Sam." Sahut Bry.
Airmata menetes di pipi Sammy, "Aku menyukai Jack, Bry. Jadi begitu dia memintaku untuk tinggal bersamanya aku shock sekaligus senang tapi bingung juga." Kata Sammy menutupi wajahnya dengan tangan.
Bryan memeluknya, "Aku yang menyukaimu lebih dulu Sam." Ucap Bryan dalam hati.
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
Noviyanti
aku mampir olive.. maaf ya masih jarang2.. repot.. kasih bunga untukmu
2022-12-14
0
Wahyu
patah hati deh si bryan
2022-09-15
1