NovelToon NovelToon

Remember Me

Amnesia

Sirene ambulance bergaung di malam hari, sebuah mobil yang rusak parah dan nyaris terbelah menempel di beton pembatas jalan. Orang-orang berkerumun untuk melihat apa yang terjadi, garis kuning dengan cepat melintang di area lokasi itu.

Kondisi jalanan semakin ramai. Manusia tumpah ruah disana, sebagian dari mereka baru saja selesai menyaksikan pertunjukan Opera di sebuah stadium di pusat kota di tambah lagi dengan adanya kecelakaan yang merenggut korban.

Jackson Smith dan Graciella Manor mengalami kecelakaan tunggal setelah mereka kembali dari pertunjukan Opera di pusat kota. Supir pribadi Jack meninggal dalam kecelakaan itu.

Mereka sempat bertemu dengan Samantha Grey salah satu pameran utama di Opera itu. Ia memerankan Giselle di pertunjukkan itu. Dan ternyata Sammy juga seorang perawat yang setelah mengisi pertunjukan Opera, ia harus bekerja di sebuah rumah sakit.

Setelah kejadian kecelakaan itu, Jack dan Grace segera di larikan ke rumah sakit. Kondisi Jack sangat parah karena ia tidak sadarkan diri dan darah terus mengalir keluar dari hidung maupun pelipisnya. Sedangkan kondisi Grace jauh lebih baik dari Jack.

Sammy yang sedang bertugas segera membantu perawat lainnya untuk membantu mengecek vital sign Jack. Karena jantungnya terus melambat maka diputuskan untuk segera dilakukan tindak operasi untuk menghentikan pendarahan di dalam kepala Jack.

"Namanya Jackson Smith dan itu tunangannya Graciella Manor. Sebentar lagi keluarganya akan datang. Berikan laporan kepadanya untuk persetujuan tindak operasi." Sahut Bryan kepada Sammy.

Sammy mengangguk sambil mencatat hasil obeservasi dan pemerikaaan yang telah dilakukannya terhadap Jack maupun Grace.

"Keluarga mereka sudah dihubungi?" Tanya dokter Bryan. Sammy kembali mengangguk.

Tak lama, orangtua Grace datang. Sesuai instruksi, Sammy bertemu dengan keluarga Grace dan menjelaskan mengenai apa saja yang di alami oleh Grace.

"Jadi hanya terbentur?" Tanya Nyonya Manor.

Sammy mengangguk, "Kami sudah melakukan pemeriksaan..."

"Tidak! Tidak! Saya akan pindahkan anak saya sekarang juga ke rumah sakit yang jauh lebih bagus. Mobilnya nyaris terbelah loh sus. Tapi suster bilang anak saya hanya terbentur! Gila!" Tukas Nyonya Manor menyela penjelasan dari Sammy.

"Apa ibu mau bertemu dengan dokternya?" Tanya Sammy.

"Mana dokternya?" Jawab Nyonya Manor menantang.

Nyonya dan Tuan Manor mengusap-usap kepala anaknya yang terbentur. Hanya ada darah sepanjang lima sentimeter di keningnya selebihnya seperti kata Sammy, Grace dalam batas normal, tidak ada yang perlu di khawatirkan.

***

Dokter Bryan Onnele, dokter yang bertugas pada bagian ortopedi traumatologi dan rekontruksi tulang. Datang menghampiri kedua orangtua Grace,

"Secara garis besar, Grace dalam kondisi normal dan semua baik-baik saja. Tidak ada yang perlu di khawatirkan." Jawab dokter Bryan menjelaskan.

Orangtua Grace tampak tidak terima dengan penjelasan dokter Bryan, "Tidak mungkin! Dokter belum pernah kecelakaan sih jadi tidak tau! Sudah, kami akan membawa je rumah sakit yang mahal dan lebih baik dari ini!" Tukas Tuan Manor.

Tak lama, ia membawa putrinya dengan menggunakan kursi roda. Grace tampak tertunduk sambil memeluk boneka bantal yang dibawanya sejak di selamatkan dari kecelakaan itu.

"Keluarga Smith belum ada kabar?" Tanya dokter Bryan kepada Sammy.

Sammy menggelengkan kepalanya, "Belum. Kalau lima menit tidak datang biar aku yang menjadi walinya. Dia butuh pertolongan secepatnya." Ujar Sammy.

"Yakin?" Tanya Bryan.

"Yakin, seyakin-yakinnya." Jawab Sammy.

"Baiklah kalau begitu. Kita tunggu lima menit lagi." Sahut Bryan.

Lima menit kemudian tidak ada tanda-tanda keluarga Jackson Smith berkunjung, "Mana dokumennya, aku akan tanda tangani ini." Kata Sammy.

Setelah di tanda tangani, dokter Bryan dan beberapa tim dokter lainnya masuk ke dalam ruangan operasi.

Setelah Jack di tindak, seorang pria berbadan kecil dengan memakai kemeja kotak-kotak putih biru serta dasi panjang menanyakan pasien atas nama Jackson Smith.

Sammy menghampirinya, "Anda keluarga Tuan Smith?" Tanya Sammy.

Pria itu mengulurkan tangannya, "Saya asisten Tuan Smith. Perry Sanders." Jawab Perry.

Sammy menjelaskan kondisi terakhir Jack sampai akhirnya ia yang berinisiatif untuk menjadi wali Jack sampai keluarganya datang

"Jack, maksud saya Tuan Smith tidak mempunyai sanak saudara disini. Dan dia hanya punya saya." Kata Perry menjelaskan.

"Benarkah?" Tanya Sammy. Rasa simpati dengan cepat menyebar di hatinya untuk seorang Jackson Smith.

Perry mengangguk, "Saya berterimakasih karena suster mau menjadi wali dari Jack, ah maksud saya Tuan Smith."

"Tidak masalah. Keselamatannyalah yang paling utama aku pikirkan." Jawab Sammy.

Mereka menunggu delapan jam hingga pagi menjelang. Sammy yang saat itu bertugas shift malam sambil melaksanakan tugasnya dengan sesekali datang ke ruang operasi untuk melihat operasi Jack.

Selesai Sammy bertugas Sammy kembali menunggu Jack bersama dengan Perry di depan ruang operasi, kemudian dokter Bryan keluar dari ruangan operasi, "Penggumpalan darah di otaknya. Cedera kepala berat skala 5. Aku sudah memasangkan GCS untuk Jack." Kata Bryan menjelaskan.

"Lalu bagaimana?" Tanya Sammy

"We'll wait Sam." Jawab Bryan mengacak-acak rambut Sammy yang masih tercepol rapi.

*GCS : Glasgow Coma Scale, alat yang di gunakan untuk menilai kesadaran pasien.

****

Tujuh hari setelah operasi, belum nampak tanda-tanda kehidupan dari Jack. Perry terkadang masih menunggui Jack di kamarnya terkadang juga dia tidak datang karena dia harus menggantikan jadwal Jack selama Jack koma.

"Sampai kapan Tuan Smith seperti ini?" Tanya Perry kepada Sammy.

Sammy mengangkat bahunya, "Aku juga tidak tau. Tidak ada yang pernah tau kalau pasien koma kapan mereka akan segera sadar." Jawabnya.

"Aku sudah mengurus segalanya suster. Jadi anda sudah tidak perlu khawatir lagi mengenai biaya perawatan Tuan Smith disini. Dan setelah Tuan Smith sadar, aku akan mentransfer bayaranmu." Kata Perry.

Sammy tertawa pelan, "Kamu tidak perlu melakukan itu, aku hanya ingin pasienku tetap hidup dan sehat. Kamu tidak perlu membayarku." Jawab Sammy.

Tapi Perry menolak, "Tidak. Aku tetap harus membayarmu." Sahut Perry memaksa.

Sammy berpikir, "Baiklah kalau kamu memaksa. Belikan aku kopi setiap hari, tidak perlu yang mahal. Yang dijual di kantin rumah sakit ini saja aku sudah cukup senang." Ujar Sammy tersenyum.

Perry menatap perawat yang ada di depannya itu, "Sederhana sekali kamu." Katanya.

"Panggil aku Sammy saja jangan kamu atau suster." Ucap Sammy tertawa.

Perry tampak gugup, "Ba..baiklah Sammy." Balas Perry tersipu.

***

14 days later

Bip...bip

Bip...bip

"Pasien menunjukkan tanda kesadarannya. Dia menggerakkan jarinya." Tukas seorang perawat yang saat itu sedang bertugas di ruangan Jack.

Sammy, dan dokter Bryan bergegas menghampiri ruangan Jack dan mengecek vital sign Jack.

"Bry, lihat jarinya bergerak-gerak. Dan gerakannya cukup intens." Ucap Sammy.

Jack mengambil senter kecilnya dan menyinari pupil Jack, "Ada respon sedikit." Kata Bryan kemudian mematikan senternya lagi.

"Kita tunggu beberapa jam lagi untuk kita nilai apakah pasien ini terbangun atau tidak." Sahut Bryan.

Sammy dan perawat yang bertugas disana mengangguk, "Baik dokter."

Ketika semua perawat dan dokter keluar, Sammy tetap tinggal. Dia menggenggam tangan Jack, "Hai, kamu cepatlah bangun. Kami menantimu, kamu telah melakukannya dengan baik. Kamu kuat menghadapi segala prosedur operasi yang menyakitkan itu, dan terimakasih kamu telah bertahan untuk tetap hidup." Bisik Sammy.

Jack merespon ucapan Sammy dengan membalas genggaman tangan Sammy lemah.

"Pelan-pelan saja. Tapi kuharap hari ini kamu bangun." Bisik Sammy lagi.

Malam itu Sammy tertidur di ruangan Jack. Bryan yang membangunkannya, "Sam, woi! Mau tidur disini atau kamu ada tugas shift malam?" Tanya Bryan

Sammy meregangkan tubuhnya, "Tidak dua-duanya Bry. Shiftku kan siang tadi, aku ketiduran saat menunggunya." Jawab Sammy.

"Kenapa kamu menunggui dia? Kamu kenal?" Tanya Bryan lagi.

Sammy menggelengkan kepalanya, "Tidak. Kami pernah bertemu beberapa waktu lalu. Dia beserta tunangannya menonton pertunjukkan balletku." Jawab Sammy.

"Giselle?" Bryan bertanya.

Sammy mengangguk, "Ya, di hari dia mengalami kecelakaan tragis ini." Ucap Sammy, "aku tidak pernah mau memerankan Giselle, karena setiap kali aku memerankan Giselle ada saja yang terjadi." Kata Sammy menyambung pertanyaan Bryan.

Bryan mengusap punggung Sammy, "Kebetulan saja." Katanya.

"Kebetulan yang mengerikan." Sahut Sammy sedih.

Seolah ingin membantah ucapan Sammy, Jackson Smith kembali menunjukkan tanda-tanda kehidupannya. Ia mengerjapkan kedua matanya dan menggerakan tangannya.

Bryan segera memeriksa Jack, pemeriksaan respon rangsangan gerak maupun rangsangan visual.

Respon Jack semakin jelas bahkan kini ia sudah sadar sepenuhnya.

"Hai Tuan Smith. Hai Jack. Kamu bisa mendengar kami dengan jelas?" Tanya Bryan sambil menggerakan tangannya sebagai bahasa isyarat supaya Jack paham pertanyaannya.

"Jack, bisa mendengarku?" Tanya Bryan.

Jack mengangguk.

"Bisa melihat kami dengan jelas?" Tanya Bryan lagi.

Jack kembali mengangguk.

"Bagus!" Seru Bryan.

Sammy mendekati Jack, "Halo Jack, senang berjumpa denganmu lagi." Ujar Sammy.

Jack seakan berpikir, "Si...siapa Jack? Dimana aku?" Tanyanya kemudian.

...----------------...

Stay With Me

"Amnesia Anterograde. Ini bisa sementara bisa juga permanen." Kata dokter saraf menjelaskan setelah memeriksa kondisi Jack.

Jack mengalami hilang ingatan hingga dia tidak mengingat dirinya sendiri dan kejadian terakhir yang ia alami.

"Bagaimana dokter?" Tanya Sammy setelah dokter memeriksa Jack.

"Bantu dia untuk menggali informasi dan maksimalkan ingatan yang tersisa, latih kognitifnya. Aku akan memberikan obat dan vitamin untuk Jack." Ucap dokter.

"Baik dokter, terimakasih." Sahut Sammy.

Sekarang Sammy mendekati Jack yang tampak bingung dan cemas, "Aku tidak akan menjahilimu. Jujur saja Jack, kamu tampan sekali. Aku suka bulu matamu yang lentik itu." Kata Sammy menggoda Jack. Dengan harapan Jack bisa menganggapnya sebagai seorang teman dengan begitu Sammy bisa melakukan terapi terhadap Jack.

Jack tersipu malu, "Terimakasih." Katanya.

Sammy mengulurkan tangannya kepada Jack, "Hai Jack, namaku Sammy. Kita pernah bertemu sebelumnya tapi aku akan memperkenalkan diriku sekali lagi." Ujar Sammy.

Jack membalas uluran tangan Sammy, "Halo, aku tidak yakin apakah namaku Jack atau bukan." Kata Jack.

Sammy tersenyum, "Apa yang kamu yakini Jack?" Tanya Sammy dengan santai sambil mengelap tubuh Jack, dan membantunya untuk duduk.

"Aku yakin ada seseorang yang mencintaiku tapi hatiku terasa kosong. Aku punya seorang teman..." Jack memejamkan matanya, ia berusaha keras untuk mengingat siapa temannya itu dan kenapa hatinya terasa kosong.

Sammy mengusap lembut punggung Jack, "Kalau berat untuk mengingatnya, lupakan saja dulu. Terkadang melupakan lebih menyenangkan daripada mengingat." Ujar Sammy.

"Bukankah kamu dan dokter itu memintaku untuk mengingat segalanya?" Tanya Jack.

"Yup. Tapi tidak harus selesai dalam satu hari, kita akan mengembalikan ingatanmu secara perlahan." Kata Sammy.

Setelah selesai di lap, Sammy meminumkan obat dan vitamin untuk Jack dan membiarkannya tertidur.

***

"Bagaimana pasienmu Sam?" Tanya Nora di jam istirahat sore.

Sammy menerima kopi yang tidak di pesannya, "Aku tidak memesan ini bu." Kata Sammy mengembalikan kopi itu kepada ibu kantin.

Ibu kantin memaksanya, "Aku sudah dibayar selama setahun penuh untuk memberikan kopi kepadamu setiap pagi dan sore atau malam, pokoknya setiap kali kamu bertugas." Jawab ibu kantin.

"Setahun!" Sahut Nora, "bolehkah aku minta jatah kopimu satu shift?" Tanya Nora.

"Aku minta dua yah bu, kurangi dari jatah kopiku dan ambillah beberapa juga untukmu." Kata Sammy.

Ibu kantin tersenyum senang, "Benarkah? Aku ambil yah. Kamu harus berterimakasih kepada Tuan Sanders." Ucap ibu kantin.

"Tuan Sanders? Perry Sanders?" Tanya Sammy.

Ibu kantin mengangguk, "Iya." Jawabnya.

"Baiklah, nanti aku tidak lupa berterimakasih kepadanya jika bertemu. Terimakasih juga bu." Sahut Sammy.

Sammy dan Nora mencari tempat duduk untuk mereka istirahat disana.

"Beruntungnya mempunyai pasien dari keluarga kaya raya, jujur saja aku iri padamu Sam." Ujar Nora.

"Kuakui Jack tampan, dan ia seorang CEO dengan assisten yang sangat setia kepadanya. Tapi sayang sekali dia tidak punya siapa-siapa." Kata Sammy bersimpati.

Mereka terdiam beberapa saat, tenggelam dalam pikirannya masing-masing. Tak lama Bryan Onelle menghampiri mereka.

"Sam, aku bebas tugas nanti malam. Aku akan mengantarmu, aku akan menyaksikan pertunjukkanmu, dan..."

"Jangan! Aku melarang siapa pun yang mengenalku datang ke pertunjukkanku!" Tukas Sammy memotong pembicaraan Bryan.

Nora dan Bryan tertawa, "Aneh sekali kamu Sam. Kenapa kamu membuat aturan seperti itu?" Tanya Bryan.

Wajah Sammy memerah, "Aku tidak suka mereka menyorakiku dengan suara paling kencang, seperti Bravo Sam, Bravo Sammy! Tidak!" Tukasnya tersipu.

Bryan menyilangkan tangannya sambil tertawa, "Tidak! Aku tidak akan bersorak bravo Sammy! Aku akan diam bahkan tepuk tangan pun tidak." Kata Bryan berjanji.

Sammy menggelengkan kepalanya, "No! No! Tetap tidak!" Tukasnya lagi.

Nora tertawa, "Hahaha, suatu hari aku akan menyamar jika ingin datang ke pertunjukkanmu Sam." Kata Nora.

"Tidak! Pokoknya jangan datang Bry! Aku akan marah kepadamu nanti." Ucap Sammy.

"Baiklah." Jawab Bryan tersenyum sambil mengedipkan sebelah matanya.

"Kalau begitu lanjutkan programmu untuk Jack." Pinta Nora.

"Kamu sudah memulai terapi dan pengobatannya? Apakah kondisi fisiknya sudah cukup bagus?" Tanya Bryan.

Sammy mengangguk,"Sudah. Obat dan vitamin baru kuberikan siang tadi. Dosisnya 2x1 sebelum atau sesudah makan. Kamu bisa melanjutkannya nanti malam. Untuk terapinya aku baru menggali ingatannya sedikit. Tidak banyak yang dia ingat dan dia merasa kosong. Baru itu saja yang kulakukan." Kata Sammy menjelaskan.

Nora mencatat segala yang dikatakan oleh Sammy, "Besok pagi baru masuk program Terapi Okupasi?" Tanya Nora lagi.

*Terapi Okupasi adalah jenis terapi yang diberikan kepada pasien yang mengalami keterbatasan fisik atau mental dengan menggunakan aktifitas. Goal dari terapi Okupasi ini adalah pasien mampu mandiri dengan keterbatasan yang mereka miliki.

"Seharusnya iya. Aku sudah menjadwalkannya setiap pagi setelah sarapan jam 9. Selesai terapi obat pertama masuk." Jawab Sammy detail.

Nora mengangguk dan sibuk mencatat, "Aku harus cari cara supaya Jack mau mengobrol denganku." Ucap Nora.

"Dia ramah dan tidak sulit melakukan pendekatan dengannya." Jawab Sammy.

Bryan yang sedari tadi mendengarkan, sekarang ikut berbicara, "Bagaimana kondisi kesadarannya?"

"Sadar normal. Untuk afek kadang datar dan tampak kosong. Itu kuanggap normal karena dia mengalami trauma dan kehilangan supir serta tunangannya kan." Sammy menjelaskan lagi.

Mereka mengangguk, "Berapa lama program ini?" Tanya Bryan.

Baik Sammy maupun Nora menggelengkan kepala mereka, "Kita tidak tau seberapa cepat kemampuan kognitif Jack untuk menyerap semuanya." Jawab Sammy.

*Kemampuan Kognitif adalah kemampuan berpikir.

Bryan mengetuk meja, "Oke! Aku ada visit pasien lima menit lagi. Ah, Sam tunggu aku nanti di lobi." Ujar Bryan.

Sammy mengangkat ibu jarinya, "Thanks Bry."

***

Tok...tok

"Selamat malam Jack." Sapa Sammy ramah saat menemui Jack.

Di ruangan itu sudah ada Perry yang ternyata sedang mengunjungi Jack.

Baik Nora maupun Sammy membungkukkan badan mereka untuk berterimakasih kepada Perry, "Terimakasih untuk kopi setahunnya, Tuan Sanders." Ucap mereka bersamaan.

Perry tampak tersipu, "Ah, bukan apa-apa." Jawabnya malu-malu.

Sammy memerika kondisi Jack malam itu sebelum pergantian shift, dan mengajak Jack berbincang-bincang serta mengenalkan Jack kepada Nora.

"Malam ini Nora yang akan menggantikanku. Dia teman baikku, Jack. Kamu bisa bercerita apa saja kepada Nora." Kata Sammy.

Jack tampak tidak senang, "Kamu mau kemana?" Tanya Jack.

"Aku akan menari. Kamu pernah melihatku menari Jack, saat itu aku memerankan Giselle." Jawab Sammy sambil memeragakan beberapa gerakan Giselle.

Jack dan Perry terpukau melihat Sammy yang hanya menggunakan pantofel namun dapat melakukan pointe sempurna seolah memakai pointe shoes.

Mereka bertepuk tangan untuk Sammy,

"Wuah, Bravo Sammy." Tukas Nora tersenyum lebar.

Sammy melirik malas kepadanya seolah berkata, "Kan.."

"Baiklah. Jadi seperti itu yah Jack. Malam ini Nora akan menemanimu dan dia akan membawakanmu kacang serta kopi jika kamu ingin mengobrol panjang dengannya." Kata Sammy melanjutkan.

Nora berdeham, "Ehem! Baiklah kita akan makan kacang dan minum kopi bersama-sama. Apa kamu menyukainya, Jack?" Tanya Nora.

Jack mengangguk pelan, "Aku suka. Tapi aku lebih suka bersama Sammy. Aku sudah mengenalnya dengan baik dan dia orang pertama yang diingat oleh otakku dari semua orang yang sering disebut." Kata Jack.

Sammy menarik nafas panjang, "Kalau kondisi fisikmu sudah bagus dan diijinkan untuk meninggalkan rumah sakit, aku akan mengajakmu tinggal bersamaku." Ucap Sammy tanpa berpikir.

"Heh!" Tukas Nora terkejut.

"Aku walinya. Biarkan dia tinggal denganku sampai ingatannya pulih, oke Jack?" Ujar Sammy lagi.

Jack tersenyum senang, "Thank you Sam." Jawabnya.

Setelah mereka berpamitan dan keluar dari ruangan Jack, Nora menarik tangannya, "Wah kamu melakukan suatu penipuan besar Sam. Kamu tau itu dilarang kan?" Tanya Nora.

"Aku tau tapi secara tidak langsung aku walinya. Jadi secara hukum itu legal dilakukan." Jawab Sammy berkilah.

Sammy sudah memikirkan segalanya, dia akan membawa Jack pulang ke rumahnya. Entah itu atas dasar rasa kemanusiaan atau rasa yang lain, ia sendiri tidak begitu paham.

"Nora, jaga dia malam ini. Sampai besok." Ucap Sammy dan bergegas menemui Bryan yang menunggunya di lobi.

...----------------...

Get And Lost

"Berpeganglah pada palang ini Jack, kita akan jalan sampai ujung palang disana." Kata seorang terapis yang membantu Jack untuk berjalan. Karena kondisi Jack yang telah beristirahat lama maka fungsional tubuhnya harus di maksimalkan kembali.

"Kemana suster Sammy?" Tanya Jack.

Fisioterapis itu tersenyum, "Suster Sammy sedang visit, nanti setelah jadwalmu dengan Okupasi Terapis selesai suster Sammy akan berkunjung." Jawab terapis itu dengan sabar.

Jack harus menjalani serangkaian terapi dan pengobatan demi memulihkan ingatan dan kondisi fisiknya. Hanya sedikit yang mampu diingatnya sementara ini.

"Suster Sammy, berapa lama Tuan Smith menjalani ini semua?" Tanya Perry suatu hari.

"Paling cepat tiga sampai enam bulan, paling lambat hingga dua belas bulan. Kita berharap kognitif Jack mampu menyerap semua informasi yang kami berikan dengan cepat." Jawab Sammy.

Perry berjalan di sebelah Sammy yang hari itu masih harus mendampingi salah satu dokter praktek juga.

"Bagaimana data yang waktu itu kuminta?" Tanya Sammy.

"Sudah kukirimkan melalui email. Data tentang Jack, perusahaannya dan tentang Nona Grace." Jawab Perry.

Sammy mengangguk, "Baiklah, begitu aku ada waktu kosong akan segera kulihat. Terimakasih bantuannya." Sahut Sammy.

Namun Perry belum beranjak, Sammy melihat ke arah jam tangannya, "Ada apa lagi?" Tanyanya.

"Apa benar suster akan membawa Jack ke rumah suster?" Tanya Perry.

Sammy berpikir sejenak, "Untuk sementara iya. Kami harus menempatkan dia di tempat dimana dia merasa aman dan bersama orang yang dikenalnya nanti begitu ingatannya pulih paling tidak dia sudah mampu menjalankan perannya disitulah kita perlahan-lahan akan mengembalikan dia ke tempatnya semula." Jawab Sammy.

Perry mengangguk, "Baik suster Sammy." Kata Perry, sebelum berpamitan Perry diminta datang saat kunjungan dokter besok pagi.

Sementara itu, Jack sedang berusaha mengingat segala sesuatu yang telah ia lupakan karena kecelakaan itu.

"Jackson Smith, usia 26 tahun bekerja sebagai CEO di sebuah perusahaan...perusahaan... Aku tidak bisa mengingatnya." Katanya pelan.

"Tidak apa-apa Jack. Kita pelan-pelan saja. Apa kesukaanmu Jack? Apa kamu menyukai lagu ini?" Tanya terapis okupasi yang saat itu sedang melatih ingatan Jack. Ia memutar lagu Figaro dari Luciano Pavarotti.

"Figaro..."

Jack merespon mendengar lagu itu, jari telunjuknya ia ketuk-ketukan di atas meja mengikuti irama dan hentakan lagu itu.

Terapis itu membiarkan Jack menikmati lagu Figaro sampai lagu itu selesai.

"Kamu suka lagu itu?" Tanya terapis saat lagu itu selesai mengalun.

Jack menggeleng, "Tidak, tapi aku pernah mendengarnya di suatu tempat dan menurutku lagu itu tidak buruk." Jawab Jack.

Terapis itu tersenyum, "Kamu tau siapa yang menyanyikan lagu itu?" Tanyanya.

"Pavarotti." Jawab Jack tanpa berpikir.

Terapis itu mencatat sesuatu di catatannya, kemudian ia memutar sebuah lagu opera klasik lagi.

"Quando sono sola, sogno all'orizonte,"

"Time To Say Goodbye, Andrea Bocelli. Dan apakah ini termasuk kuis untukku?" Jack dengan cepat menebak lagu itu hanya dari penggalan bait pertama lagu itu.

"Apa kita mau membuat kegiatan kita seperti itu, Jack?" Tanya terapis.

Jack tampak senang namun ia menggeleng, "Tidak perlu. Kepalaku agak sakit bisa kita sudahi ini?" Tanya Jack memegangi bagian tengah kepalanya.

"Apa kamu mual juga?" Tanya terapis itu.

Jack mengangguk, "Ya, sedikit." Jawab Jack.

"Oke, kita sudahi disini. Aku akan memanggil suster Sammy untuk mengantarmu kembali ke ruanganmu. Terimakasih untuk kerjasamamu hari ini Jack, kamu telah melakukan sesuatu yang hebat dan luar biasa sekali hari ini." Kata terapis itu dan memberikan Jack permainan memori yang terbuat dari kayu semacam puzzle.

Sammy meminta Jack untuk menunggu hingga dua puluh menit, "Masih ada yang harus aku kerjakan disini, tolong jaga dia. Dua puluh menit lagi aku akan kesana." Kata Sammy melalui intercom rumah sakit.

"Oke suster." Jawab terapis okupasi itu.

***

Bryan Onelle seorang dokter ortopedi dan rekontruksi tulang yang diam-diam menyukai Sammy.

"Suster Samantha." Panggil Bryan suatu hari ketika shift mereka selesai.

"Halah! Biasanya juga Sam Sem Sam Sem sekarang pakai Samantha." Tukas Sammy tersenyum.

Bryan tertawa saja mendengar protes temannya itu, "Kan masih di tempat kerja jadi aku harus memanggilmu suster kan?" Tanya Bryan memamerkan senyumannya.

"Jam kerjaku sudah selesai. Ada apa anyway?" Tanya Sammy sambil berjalan.

Bryan berjalan di samping Sammy dan menyamakan langkahnya, "Ini untukmu, maukah kamu melihatnya bersamaku?" Tanya Bryan memberikan tiket pertunjukkan opera yang akan segera digelar di kota mereka.

Sammy melihatnya sekilas, "Kamu sudah membaca ini? Apa kamu sudah melihat siapa pengisi acaranya? Datang saja bersama Nora." Sahut Sammy menahan tawa.

Bryan membaca cepat tiket itu dan menepuk keningnya, "Astaga aku tidak membacanya! Jadi bolehkah aku jalan bersamamu dan melihat pertunjukkanmu?" Tanya Bryan

Sammy tertawa, "Aku tidak mungkin merobek tiketmu kan? Kamu harus datang dan ajaklah Nora. Dia ingin sekali melihat pertunjukkanku." Jawab Sammy.

Bryan merayakan kemenangannya, "Yes!" Seru Bryan.

Malam itu Bryan mengajak Sammy makan malam di dekat tempat mereka bekerja, "Bagaimana kondisi anakmu?" Tanya Bryan.

"Anakku?" Sammy mengerutkan keningnya.

"Smith." Jawab Bryan.

Sammy meletakkan sendok dan garpunya kemudian ia menghela nafas, "Jack sulit. Dia sulit membuka diri kepada perawat lain atau terapis. Kognitifnya berkembang cukup baik, dan dia menyukai musik klasik. Tadi anak OT yang memberitahuku." Jawab Sammy.

"Dia tergantung padamu, Sam. Bagaimana nanti kalau kamu membawanya pulang? Apakah progressnya akan membaik?" Tanya Bryan.

Sebenarnya dia cemburu, hal ini pernah diungkapkannya kepada Nora suatu hari.

"Kenapa Sammy harus membawanya pulang? Smith bukan orang tidak mampu, aku mengunjungi rumahnya dan parkiran mobilnya seluas rumah sakit ini." Kata Bryan saat itu.

Nora mengibaskan tangannya, "Jangan berlebihan! Sammy berperan sebagai walinya dan itu tugasnya memang untuk bertanggung jawab atas Smith." Jawab Nora.

"Entahlah kurasa itu ide buruk. Ayolah, dukung aku!" Pinta Bryan.

"Ungkapkan perasaanmu secepatnya sebelum Smith jatuh cinta kepadanya. Aku visit dulu. Sampai jumpa dokter." Kata Nora.

Jadi, malam ini Bryan berniat mengungkapkan perasaannya kepada Sammy.

"Aku harap progressnya akan membaik karena dia kooperatif saat bersamaku." Jawab Sammy.

Bryan tampak kesal, "Bagaimana kalau pada akhirnya dia menyukaimu? Itu akan menjadi sebuah hubungan yang tidak professional." Tukas Bryan lagi.

"Tidak masalah kan aku walinya. Toh dia juga tampan jadi kalau dia menyukaiku aku akan berterimakasih sekali, hahaha." Jawab Sammu bercanda.

Bryan hanya bisa menelan kegundahan hatinya saat ini, "Sam, bagaimana kalau aku yang menyukaimu?" Tanya Bryan.

Sammy yang sedang minum tiba-tiba tersedak, "Uhuk..uhuk! Jangan bercanda! Kamu membuatku nyaris mati karena tersedak." Sahut Sammy.

"Aku serius. Aku menyukaimu." Kata Bryan lagi berusaha meyakinkan Sammy.

"Baiklah, aku juga menyukaimu..."

"Benarkah?" Tanya Bryan berharap.

"Sebagai teman, hahaha." Kata Sammy menggoda Bryan.

"Baiklah, lupakan saja! Aku bercanda." Gusar Bryan.

Sammy beranggapan ucapan Bryan yang terakhirlah yang akan ia percayai. Dan dengan lembut, ia mengusap bibir Bryan yang terkena sisa makanan.

Bryan menahan tangan Sammy dan menjauhkannya, "Jangan begitu nanti aku jadi suka padamu." Ucap Bryan dengan wajah memerah.

***

Malam yang sama di lain tempat, Perry Sanders sedang mengikuti Rapat Umum Pemegang Saham di perusahaan minuman keras SipSmith.

"Sanders, bagaimana kondisi Smith?" Tanya salah seorang petinggi perusahaan.

"Kurang lebih setahun untuk Tuan Smith bisa normal kembali." Jawab Perry.

"Lalu? Perusahaan ini akan terluntang lantung? Amnesia bukan sakit kepala Sanders. Kita harus segera memutuskan pengganti Smith secepatnya." Kata salah seorang petinggi lagi.

"Keputusan yang sudah ada yaitu Jackson Smith akan dibekukan sementara dan posisinya akan di gantikan oleh orang lain. Itu keputusanku." Ucap pimpinan perusahaan. Palu sudah di ketuk dan malam itu juga seluruh aset atas nama Jackson Smith di non aktifkan sampai waktu yang tidak di tentukan.

...----------------...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!