"Tuan Smith sudah bisa rawat jalan tapi harus tetap rajin kontrol dan datang terapi sesuai yang di jadwalkan. Dan karena anda mendaftarkan diri menjadi walinya maka pastikan jadwal kontrol dan terapinya teratur." Ucap dokter kepada Sammy dan Jack. Disana juga sudah ada Perry Sanders yang ikut mendengarkan penjelasan dokter.
"Baik dokter. Saya akan samakan jadwal shift saya dengan terapi dan kontrol Tuan Smith." Jawab Sammy.
Dokter mengangguk tanda setuju, "Baik, lapokan kepada saya setiap perkembangannya, sekecil apa pun." Perintah dokter.
"Baik, siap dokter." Jawab Sammy tegas.
Setelah dokter keluar ruangan, Perry berpamitan untuk mengurus administrasi perawatan Jack selama di rumah sakit itu.
Dan Sammy masih menolak untuk dibayar, "Kopi setahunmu masih tersisi 352 kopi lagi. Bagaimana aku menghabiskan kopi sebanyak itu? Dan itu bayaran yang cukup mahal untukku." Begitu jawab Sammy.
Sammy membantu Jack untuk mengemas barang-barangnya. Tidak banyak barang yang dibawa oleh Jack karena dia hanya memakai baju rumah sakit selama di rawat.
"Jack, pulanglah dulu bersama Tuan Sanders karena aku masih harus bekerja sampai sore hari nanti." Kata Sammy lembut.
"Bagaimana kalau aku menunggumu saja?" Jawab Jack.
"Apa kamu nanti tidak bosan? Sekarang masih pukul sepuluh pagi, dan aku selesai pukul empat sore. Tungtu saja di rumahku, kamu bisa istirahat disana. Tuan Sanders akan menemanimu sampai aku datang." Bujuk Sammy
Jack menatap Sammy lekat-lekat, "Aku bilang aku akan menunggumu." Sahut Jack bersikeras.
Deg!
Tiba-tiba Sammy merasakan desiran di jantungnya, desiran yang lain saat Jack menatapnya. Namun rasa itu segera dibuangnya, "Suka-sukamu lah. Aku harus menemani dokter Bryan praktek. Jangan nakal dan tetap di tempatmu sampai Tuan Sanders selesai." Titah Sammy.
Jack membuang mukanya dan mengeluh, "Huh!" Tukasnya.
***
Begitu Sammy sampai di rumahnya ia segera menurunkan barang-barang Jack dengan dibantu oleh Perry.
"Oke Jack. Ini rumahmu tapi kuharap kamu tidak akan lama disini." Ucap Sammy membuka kunci pintu rumahnya dan mempersilahkan Jack serta Perry masuk.
"Apa ini rumahku?" Tanya Jack.
"Sementara ini, iya." Jawab Sammy.
Jack duduk di salah satu sofa sambil melihat sekeliling rumah sederhana Sammy yang di dominasi warna baby pink dan pastel.
"Suster Sammy, hanya ada satu kamar lalu bagaimana kalian akan tidur?" Tanya Perry.
Sammy menepuk keningnya, "Aku tidak berpikir sampai sana, Perry. Tapi Jack bisa tidur di kamarku dan aku akan tidur di sofa ini." Jawab Sammy dengan yakin.
"Aku akan membuatkan satu kamar lagi untukmu..."
"Hei...hei! Itu tidak perlu! Berhematlah sedikit." Tukas Sammy.
Perry tertunduk, "Baik, saya hanya mencoba untuk.."
"Membantuku? Tidak ada yang perlu dibantu Tuan Sanders." Jawab Sammy dengan lembut.
Setelah memastikan mereka akan baik-baik saja, Perry berpamitan untuk melanjutkan aktifitasnya yang lain.
"Jack, apa yang akan kita lakukan sekarang?" Tanya Sammy kepada Jack.
Jack mengalihkan padangannya. Sekarang ia menatap Sammy dengan penuh minat, "Aku tidak tau. Setelah kuperhatikan aku pernah melihatmu sebelum ini." Sahut Jack memicingkan matanya, "tapi dimana yah? Hmmm, coba kuingat. Wajahmu cantik sekali saat itu dan pakaianmu...pakaianmu...aaarrgghh! Kepalaku!" Tiba-tiba Jack berteriak sambil memegangi kepalanya.
Sammy memeluk Jack untuk menenangkannya, "Jack, ada aku disini. Pelan-pelan saja aku tidak memaksamu untuk memgingat semuanya dalam waktu cepat. Tenanglah Jack." Ucap Sammy.
Jack menangis tersedu-sedu memegangi lengan Sammy, "Huhu..huhu.."
***
"Ah, kepalaku." Ucap Sammy saat mengantar Jack terapi suatu hari.
"Berat yah Sam?" Tanya Nora sahabatnya.
Sammy mengangguk, "Aku kehilangan waktuku untuk menari padahal waktu pertunjukkan tinggal sebentar lagi. Banyak sekali yang harus kulakukan, Nora. Tolong ciptakan kloningan untukku." Pinta Sammy tertawa.
Nora menepuk pucuk kepalanya Sammy, "Sembarangan!" Tukasnya.
Nora mengeluarkan selembar tiket dari kantung baju seragamnya, "Dokter Bryan memberikanku ini, apakah pada akhirnya dia jatuh cinta kepadaku?" Tanya Nora lebih kepada dirinya sendiri.
Sammy pura-pura tidak mengetahui hal itu, "Oh yah? Benarkan dia memberikan ini kepadamu? Oh, mungkin saja dia menyukaimu Nora." Sahut Sammy.
Nora merebut kembali tiket itu, "Berikan kepadaku! Reaksimu berlebihan, aku yakin kamu sudah mengetahuinya." Kata Nora kesal.
Sammy memeluknya, "Lihatlah pertunjukanku nanti tanpa berkedip dan jangan bersorak Bravo." Sahut Sammy tersenyum.
Tak lama dokter Bryan menghampiri mereka, "Bagaimana progress Jack?" Tanya Bryan.
"Tidak baik tidak buruk juga." Jawab Sammy.
Bryan memberikan Sammy sekeping cokelat, "Untukmu supaya tetap waras." Katanya.
"Thanks." Sammy mengambilnya dan segera melahapnya, "apa kamu tau? Inilah yang kubutuhkan. Serotoninku sedang rendah, coklat dan menari selalu bisa membantuku menurunkannya." Sahut Sammy.
*Serotonin adalah hormon yang mengatur tentang perubahan suasana hati.
Nora merangkul Sammy untuk menghiburnya. Dia tau bahwa Sammy adalah orang yang mempunyai rasa simpati yang cukup tinggi sampai ia merelakan waktunya hanya untuk menjadi wali dari salah seorang pasien yang tidak memiliki siapa pun selain kekayaannya.
***
Malam itu, Sammy sedang memasak makan malamnya untuk dia sendiri dan Jack.
Jack menyeruput sesendok sup asparagus itu, "Enak sekali. Sangat berbeda dengan makanan di rumah sakit." Kata Jack senang.
"Tentu saja, di rumah sakit tidak boleh memakai garam dan penyedap rasa terlalu banyak. Ditambah lagi kondisi badan kita sedang tidak enak dan itu berpengaruh kepada indra perasamu." Kata Sammy menjelaskan.
"Itu berat sekali. Penjelasanmu maksudku. Aku suka masakanmu dan akan kumasukan ke dalam ingatanku jadi aku tidak akan melupakannya sampai kapan pun." Sahut Jack tersenyum lebar kepada Sammy.
Deg!
Sammy kembali merasakan sensasi aneh di dadanya, apakah ini? Apa Sammy menyukainya? Sammy mengibaskan tangannya sendiri sambil tersenyum aneh.
Selesai makan, Sammy mengajarkan Jack untuk mencuci piring,
Prang!
"Ini licin sekali, maafkan aku Sam." Kata Jack pelan.
Sammy melarang Jack untuk memunguti serpihan piring yang pecah, "Biar aku saja. Tolong bantu aku membilas piring di dalam sink." Kata Sammy.
Jack mengangguk, sedangkan Sammy mulai memunguti serpihan piring di lantai kemudian menyapunya.
"Sam, bagaimana rumahku itu?" Tanya Jack setelah mereka selesai bersih-bersih.
"Rumahmu? Rumahmu sangat besar dan megah. Seperti istana dengan beberapa mobil dan motor besar terparkir rapi di dalam garasimu." Jawab Sammy.
"Siapakah Grace?" Jack bertanya lagi, "apa dia sepertimu? Saat sesi terapi tadi, terapis Marcus membahas tentang Grace. Tapi kukatakan kepadanya aku tidak pernah mengenalnya." Kata Jack meneruskan ceritanya.
Sammy menggunakan kesempatan ini sebagai sesi latihan dan home program Jack di rumah, "Graciella Manor atau Grace adalah tunanganmu yang akan segera menjadi istrimu." Jawab Sammy.
Jack mengerutkan keningnya, "Dimana dia sekarang? Kenapa dia tidak ada saat aku membutuhkannya seperti ini?" Tanya Jack.
Sammy memikirkan jawaban yang tidak akan menyakiti hati Jack, "Grace itu salah satu korban kecelakaan selamat sama sepertimu. Kedua orangtuanya membawa Grace ke rumah sakit yang lebih baik." Jawab Sammy berhati-hati.
Jack termenung, "Kalau aku calon suaminya, seharusnya orangtua Grace membawaku juga dan bertanggung jawab atasku. Bukan orang lain." Ucap Jack. Airmata Jack kembali bergulir.
Sammy tau, begitu Jack mulai mengingat satu per satu tentang peristiwa di hidupnya hatinya akan menjadi lebih sensitif dan Jack akan menjadi mudah mengangis.
"Jack, terimakasih karena kamu mau berusaha mengingatnya walau pun mungkin itu tidak nyaman untukmu." Sahut Sammy lembut sambil mengusap airmata Jack.
"Ketika ingatanku kembali nanti, aku ingin kamu ikut bersamaku Sam. Karena kamu satu-satunya orang yang menamaniku saat aku kesulitan." Kata Jack.
Sammy mengangguk dan berkata Iya tanpa bersuara. Malam itu ia berdoa semoga ingatan Jack segera di pulihkan dan satu lagi ia memohon supaya tidak ada rasa cinta yang akan tumbuh antara dirinya dengan Jack di dalam rumah ini
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments