Self Healing

Self Healing

Episode 1 Nefrotik Syndrome

2 hari setelah kegiatan hiking yang diselenggarakan oleh organisasi remaja masjid di Jakarta Selatan, aku mendapati kedua kakiku bengkak. Memang kegiatan itu cukup melelahkan, dengan berjalan menanjak di daerah pegunungan Cisarua, Megamendung, Bogor dengan curug Cilember yang indah sebagai destinasi perjalanan.

Melihat keadaan kakiku yang tak kunjung normal, aku pun tidur dengan posisi kaki di atas dengan bersandar di dinding samping tempat tidurku, karena aku mengira bengkak ini akibat dari kegiatan hiking yang cukup melelahkan. Aku pun tertidur dengan durasi yang cukup panjang karena kelelahan, yang membuat wajahku menjadi sembab. Tetapi keesokan harinya, kakiku tetap saja bengkak. Keluargaku tidak ada yang mengetahuinya, karena aku selalu memakai celana panjang walaupun di dalam rumah. Tetapi ibuku mengatakan sesuatu akan wajahku yang sembab.

"Mukamu kok sembab banget ?"

"Hmmm, palingan karena kelamaan tidur, makanya jadi sembab," jawabku, paling tidak menurutku seperti itu.

Tetapi kemudian, aku mengeluhkan keadaan kakiku yang bengkak kepada kedua orang tuaku.

"Bu, kakiku kok, masih bengkak ya? Padahal sudah lewat 5 hari dari acara hiking," ucapku kepada ibu sambil menunjukkan kedua kakiku.

Ibuku adalah seorang mantan bidan, sehingga ia sedikit banyak mengetahui tentang ilmu kesehatan. Ia pun segera memeriksa kedua kakiku dengan cara menekan-nekannya dengan jari tangannya yang kemudian meninggalkan bekas cekungan pada kakiku.

"Lin, sudah berapa lama bengkaknya?" tanya ibu dengan wajah penuh kekhawatiran.

"Dari Ahad, pulang hiking," jawabku.

"Kok kamu nggak bilang ke ibu?! buang air kecilnya gimana? normal atau berbuih?" tanya ibu lagi.

"Hmmm kayaknya ada buihnya sih, tapi aku nggak tahu juga, Bu. Aku nggak merhatiin," jawabku.

Ibu pun segera masuk ke dalam kamarnya dan sesaat kemudian, ayah mendatangiku bersama ibu.

"Lin, kita ke dokter sekarang. Di rumah ujung itukan internis, kita segera periksa ke sana. Ayo, cepat ganti baju !" ucap ayah.

Aku pun segera mengganti pakaianku dan memakai jilbab instanku lalu dengan diantarkan oleh kedua orang tuaku, aku berjalan menuju tempat praktek dr. Tedi, SpPD, yang hanya di terpaut 5 rumah dari tempat tinggalku. Sesampainya disana, aku tidak perlu mengantri, karena aku adalah pasien pertamanya.

Sebelum memasuki ruang praktek, aku menimbang beratku terlebih dahulu, aku cukup terkejut, karena terakhir aku menimbang berat badanku, sekitar sebulan yang lalu, beratku 42 kg, tetapi sekarang beratku menjadi 45 kg. Apakah mungkin beratku bertambah 3 kg hanya dalam jangka waktu 1 bulan? sedangkan tipe badanku adalah tipe yang tidak mudah untuk menaikkan berat badan.

Lalu, aku pun memasuki ruang praktek dr. Tedi bersama kedua orang tuaku.

"Silahkan, atas nama Halina Ramadhani?" sapa dr. Tedi dengan senyuman hangat.

"Iya, Dok," jawabku.

"Ada keluhan apa?" tanyanya lagi.

"Ini Dok, kedua kaki anak saya bengkak dan katanya urinenya berbuih, wajahnya juga sedikit sembab," jelas ibu.

Dokter Tedi pun melihatku dengan seksama, lalu memintaku untuk naik ke atas bed periksa. Setelah aku berasa di atas bed periksa, dr. Tedi mulai melakukan pemeriksaannya, dari tekanan darah, kemudian denyut jantung serta memeriksa seluruh tangan dan kakiku.

Ibuku mendampingiku selama pemeriksaan, ia berdiri di samping bed periksa, untuk memastikan pemeriksaan yang dilakukan dr. Tedi padaku. Sementara itu, dr. Tedi menekan-nekan kuku jari tanganku lalu berpindah pada kakiku yang bengkak. Ia juga menekan-nekan kakiku dengan jarinya, lalu bekas jarinya yang ditekannya pada kakiku meninggalkan bekas cekungan akibat dari tekanannya, hal ini membuatku merasa aneh dan juga kedua orang tuaku. Sedangkan dr. Tedi terlihat berfikir sesaat, kemudian ia menyudahi pemeriksaan fisikku dan kembali ke meja periksanya dan aku pun mengikutinya.

"Ada keluhan lain? seperti kurang nafsu makan, mudah lelah, tidak bersemangat?" tanya dr. Tedi.

"Iya, Dok," jawabku.

"Usianya hampir 14 tahun, ya?" tanya dr. Tedi.

"Iya, Dok," jawab ibuku.

"Begini, saya minta tes darah dan urine untuk memastikan penyakitnya," ucap dr. Tedi sambil menuliskan daftar pemeriksaan laboratorium yang harus aku lakukan.

"Periksa lab-nya pagi-pagi yaa, jam 6-7 pagi. Setelah hasil lab-nya keluar, bisa kembali lagi kesini," lanjutnya.

Keesokan paginya, dengan diantar oleh kedua orang tuaku, pada pukul 06.00 pagi aku melakukan pemeriksaan di laboratorium yang tak jauh dari tempat tinggalku dan searah menuju sekolah.

Salah satu perawat segera mempersiapkan botol-botol untuk sampel darah dan urine kemudian ia menempelkan stiker yang bertuliskan namaku serta keterangan waktu, setelah ibuku memberikan kertas pemeriksaan laboratorium dari dr. Tedi.

"Puasa?" tanyanya.

"Iya," jawabku.

"Silahkan buang air kecil disini, itu kamar mandinya," ucapnya lagi.

Aku hanya mengangguk dan menuruti perintahnya dan menuju toilet yang berada di ujung lorong ruang pemeriksaan.

Setelah itu, aku didudukkan di sebuah sofa untuk pengambilan sampel darah. Aku melihat perawat berjalan ke arahku dengan membawa peralatannya, jarum suntik, tali pengikat lengan dan tabung sampel darah.

Ia lalu duduk di sampingku lalu mengoleskan lenganku dengan kapas yang telah dibasahi alkohol.

"Maaf yaa, nanti sakit sedikit. Sekarang dikepal jarinya yang kuat," ucapnya.

Aku pun mengepalkan jari-jemariku. Lalu ia menepuk-nepuk lenganku agar pembuluh darahnya terlihat. Ia melakukannya berulang-ulang, membuat firasatku tidak enak.

Lalu sepertinya ia sudah menemukan pembuluh darah yang ia cari, "Saya suntik yaa, tarik nafas....., lepas."

Aku pun mengikuti perintahnya, tetapi tidak ada cairan darah yang keluar, sehingga ia memulainya kembali, alhamdulillah darah pun keluar mengisi tabung suntik. Tetapi belum sepenuhnya terisi, aliran darahku terhenti. Perawat itu pun terlihat bingung, lalu ia menggerakkan jarum suntiknya untuk mencari pembuluh darahnya, hal itu dilakukan berulang sehingga membuatku kesakitan dan ibuku pun melayangkan protesnya.

"Mbak, bisa ngambil darahnya nggak sih? Kasihan anak saya, masak lengannya bolak-balik ditusuk-tusuk seperti itu?!"

Perawat itu pun terlihat gugup setelah mendengar protes ibuku. Lalu seorang perawat lain, mungkin yang lebih senior mengambil alih tugasnya.

"Maaf yaa. Hmmm, ini pembuluh darahnya tipis sekali, jadi memang lebih sulit. Coba tangannya naik turun seperti angkat barbel, seperti ini," ucapnya lagi sambil mencontohkannya.

Aku pun mengikuti perintahnya. Setelah beberapa saat, ia pun kembali memulai proses pengambilan sampel darahku. Alhamdulillah, kali ini berhasil. Cairan berwarna merah pekat pun mulai mengalir mengisi tabung-tabung yang telah diberi nama dan keterangan waktu.

Akhirnya proses pengambilan darah pun selesai.

"Nanti hasilnya akan kami kirim ke rumah, sekitar jam 2 siang," ucap si perawat tadi.

Setelah itu, aku pun berangkat menuju sekolah. Aku terlambat sekitar 15 menit, tetapi aku mengantongi surat periksa dokter dan pengambilan darah yang harus dilakukan di pagi hari, sehingga aku tidak mendapatkan sanksi akan keterlambatanku.

Sore harinya, aku kembali memeriksakan diri ke dr. Tedi dengan membawa hasil pemeriksaan laboratorium. Banyak istilah-istilah yang aku tidak pahami, tetapi terdapat angka-angka yang dibintangi karena melebihi batas normal, yang membuatku yakin ada yang tidak normal dengan tubuhku.

"Hmmmm kadar protein dalam urinenya tinggi sekali," gumamnya pelan, tetapi tetap terdengar olehku.

Ia terlihat sangat serius membaca setiap lembar laporan hasil laboratoriumku, sambil sesekali mengerutkan dahinya. Tak lama kemudian, ia mulai menjelaskan kemungkinan yang terjadi.

"Setelah saya baca laporan hasil laboratorium Halina, dapat disimpulkan dengan banyaknya kadar protein yang keluar bersama dengan urine, sepertinya Halina mengidap sindrom nefrotik atau istilah awamnya disebut bocor ginjal," jelasnya.

Aku hanya diam, karena aku tidak mengerti dengah apa yang baru disampaikan oleh dr. Tedi, sedangkan ekspresi kedua orang tuaku tampak sangat khawatir.

"Halina, bisa naik ke bed periksa," pinta dr. Tedi yang segera kuikuti.

Seperti pemeriksaan sebelumnya, ia mengukur tekanan darahku dan pemeriksaan rutin terlebih dahulu, sebelum melakukan USG pada tubuhku. Lalu ia meminta agar aku menaikkan sedikit kaosku, aku sedikit terkejut ketika cairan dingin gel yang dioleskan pada area sekitar ginjalku.

Wajah dr. Tedi terlihat sangat serius, seperti sedang mencari-cari sesuatu pada layar USG.

Tak lama kemudian,

"Sepertinya ini," ucapnya sambil menunjuk pada layar dan sambil satu tangannya masih memegang alat USG.

"Ini letak kebocorannya, sangat kecil sekali mungkin hanya sebesar tusukan jarum," jelas dr. Tedi.

Tak lama, dr. Tedi menyudahi pemeriksaan fisik padaku dan kembali ke mejanya.

"Jadi, dapat dipastikan antara gejala dan hasil laboratorium menunjukkan bahwa Lina terkena penyakit sindrom nefrotik atau bocor ginjal. Apakah penyebabnya? sampai saat ini belum dapat diketahui penyebab pasti dari penyakit ini," jelas dr. Tedi.

"Tetapi penyakit ini bisa disembuhkan dengan pengobatan yang tepat," tambahnya lagi.

Ibuku tampak menahan air matanya, sedangkan ayahku tampak lebih kuat dan menggenggam tangan ibuku, seolah-olah berkata, "She's gonna be fine, she'll be okay, don't you worry."

Sedangkan aku masih belum mengerti apa maksud dari sakitku ini. Yang kupikirkan hanya bagaimana aku bisa menderita penyakit yang namanya saja sulit kusebutkan, bahkan ini adalah pertama kalinya aku mendengar namanya.

Kemudian dr. Tedi, menuliskan resep obat untukku, sementara itu ibuku seperti memikirkan sesuatu.

"Dok, ada pantangan atau diet yang harus dilakukan untuk pengobatan, Lina?" tanya ibu.

"Tidak ada pantangan, semua tetap boleh dimakan, makan seperti biasa saja, bahkan tambahkan proteinnya, karena dia akan kekurangan protein akibat keluarnya protein bersama urine, jadi makan seperti biasa saja. Tinggal minum obat yang teratur," jelas dr. Tedi.

Terpopuler

Comments

Athifa

Athifa

assalamualaikum kk

2024-05-25

1

teti kurniawati

teti kurniawati

aku mampir kak.. mampir juga di novel aku "Cinta berakhir di lampu merah. "

2022-10-16

0

leneva

leneva

perjalanan hidup 30 tahun pokoknya, masih panjang dan lama

2022-10-09

0

lihat semua
Episodes
1 Episode 1 Nefrotik Syndrome
2 Episode 2 Aku, Halina Ramadhani
3 Episode 3 Moon face
4 Episode 4 Sembuh
5 Episode 5 Rumor
6 Episode 6 Makan Siang
7 Episode 7 Love Shot
8 Episode 8 Kunjungan
9 Episode 9 Khitbah
10 Episode 10 Pemeriksaan Pertama
11 Episode 11 Persiapan Operasi
12 Episode 12 Operasi dan Pasca Operasi
13 Episode 13 ICU
14 Episode 14 Kapalnya Oleng, Kapten!
15 Episode 15 My Complicated Life
16 Episode 16 Perpisahan Pertama
17 Episode 17 Tunggul Prasetyo
18 Episode 18 Kesempatan Dalam Kesempitan
19 Episode 19 Akad
20 Episode 20 Tanda Tangan Keriting
21 Episode 21 The King and The Queen of The Day
22 Episode 22 Pulang ke Rumah
23 Episode 23 Bagaikan Langit dan Bumi
24 Episode 24 Di Rumah Mertua
25 Episode 25 Medan, I'm Coming!
26 Episode 26 Touchdown in Medan
27 Episode 27 In The Middle of No Where
28 Episode 28 Perkenalan
29 Episode 29 Insiden Jemuran
30 Episode 30 2 Garis Merah
31 Episode 31 First Pregnancy
32 Episode 32 Lost in Translation
33 Episode 33 Kembali Ke Jakarta
34 Episode 34 H2C
35 Episode 35 Impian Hanya Sekedar Impian
36 Episode 36 Di luar Ekspektasi
37 Episode 36 Di luar Ekspektasi
38 Episode 37 Kembali ke Kebun
39 Episode 38 Kembali ke Jakarta
40 Episode 39 Welcome to Batam
41 Episode 40 Second Daughter
42 Episode 41 Life of A Doctor
43 Episode 42 LDR
44 Episode 43 Honeymoon yang Tertunda
45 Episode 44 1st Day in Hongkong
46 Episode 45 Disneyland dan Macau
47 Episode 46 The Venetian
48 Episode 47 Back to Jakarta
49 Episode 48 Back to Reality
50 Episode 49 Ada Apa denganku?
51 Episode 50 Ingatan yang Hilang
52 Episode 51 Berlibur
53 Episode 52 Operasi Ke-lima?
54 Episode 53 Healing but Hurting
55 Episode 54 Pemeriksaan Autoimun
56 Episode 55 Back to Everyday Life
57 Episode 56 Pindah
58 Episode 57 New Drama
59 Episode 58 Mediasi Sidang Pertama
60 Episode 59 Menjadi Author
Episodes

Updated 60 Episodes

1
Episode 1 Nefrotik Syndrome
2
Episode 2 Aku, Halina Ramadhani
3
Episode 3 Moon face
4
Episode 4 Sembuh
5
Episode 5 Rumor
6
Episode 6 Makan Siang
7
Episode 7 Love Shot
8
Episode 8 Kunjungan
9
Episode 9 Khitbah
10
Episode 10 Pemeriksaan Pertama
11
Episode 11 Persiapan Operasi
12
Episode 12 Operasi dan Pasca Operasi
13
Episode 13 ICU
14
Episode 14 Kapalnya Oleng, Kapten!
15
Episode 15 My Complicated Life
16
Episode 16 Perpisahan Pertama
17
Episode 17 Tunggul Prasetyo
18
Episode 18 Kesempatan Dalam Kesempitan
19
Episode 19 Akad
20
Episode 20 Tanda Tangan Keriting
21
Episode 21 The King and The Queen of The Day
22
Episode 22 Pulang ke Rumah
23
Episode 23 Bagaikan Langit dan Bumi
24
Episode 24 Di Rumah Mertua
25
Episode 25 Medan, I'm Coming!
26
Episode 26 Touchdown in Medan
27
Episode 27 In The Middle of No Where
28
Episode 28 Perkenalan
29
Episode 29 Insiden Jemuran
30
Episode 30 2 Garis Merah
31
Episode 31 First Pregnancy
32
Episode 32 Lost in Translation
33
Episode 33 Kembali Ke Jakarta
34
Episode 34 H2C
35
Episode 35 Impian Hanya Sekedar Impian
36
Episode 36 Di luar Ekspektasi
37
Episode 36 Di luar Ekspektasi
38
Episode 37 Kembali ke Kebun
39
Episode 38 Kembali ke Jakarta
40
Episode 39 Welcome to Batam
41
Episode 40 Second Daughter
42
Episode 41 Life of A Doctor
43
Episode 42 LDR
44
Episode 43 Honeymoon yang Tertunda
45
Episode 44 1st Day in Hongkong
46
Episode 45 Disneyland dan Macau
47
Episode 46 The Venetian
48
Episode 47 Back to Jakarta
49
Episode 48 Back to Reality
50
Episode 49 Ada Apa denganku?
51
Episode 50 Ingatan yang Hilang
52
Episode 51 Berlibur
53
Episode 52 Operasi Ke-lima?
54
Episode 53 Healing but Hurting
55
Episode 54 Pemeriksaan Autoimun
56
Episode 55 Back to Everyday Life
57
Episode 56 Pindah
58
Episode 57 New Drama
59
Episode 58 Mediasi Sidang Pertama
60
Episode 59 Menjadi Author

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!