Episode 19 Akad

Malam hari menjelang akad, aku tidur di kamar pengantin yang telah selesai kuhias sendiri dengan menggunakan kain tile berwarna putih yang dipasang mengelilingi dinding.

Ini adalah momen terakhirku untuk tidur sekamar dengan mbak Hana, jadi aku tidak mau menyia-nyiakannya.

"Hmm, jadi aku yang tidur di tempat tidur pengantin duluan nih," ucap mbak Hana.

"Iya dong, privilege khusus untuk kakak perempuan the one and only," sahutku.

"Lin, dekorasinya polos banget nggak sih?" tanya mbak Hana.

"Nggak lah, tuh kan sudah ada rangkaiann bunga di meja rias," jawabku.

"Yaa, tambahan lainnya, apa kek?"

"Nggak usahlah, begini juga sudah cukup. Kamarnya kan kecil, udah begini aja, nggak mau ribet," jawabku lagi.

"Hmmm nggak mau ribet, tapi mayetin kebayanya sendiri, itu ribet namanya!"

"Ngirit, bukan ribet," jawabku membela diri.

"Terserah. Eh mong-ngomong, kamu kan ikut Tyo PTT, dimana?" tanya mbak Hana.

"Nama daerahnya ada payung-payungnya gitu, entahlah itu dimana," jawabku.

"Peta!" seru mbak Hana.

Aku pun segera mencarinya di dalam buku peta yang kumiliki.

"Sumatra Utara, kan?" tanya mbak Hana yang kujawab dengan anggukan kepalaku.

Mencari nama daerah yang asing di telinga itu tidak mudah, terlebih jika tidak ingat nama tepatnya. Tetapi setelah beberapa saat, akhirnya aku menemukan sebuah nama yang berada jauh dari ibukota Sumatra Utara.

"Ini Mbak, Langga Payung," tunjukku pada peta.

Kami berdua pun saling lirik, lalu, "Jaaaauuuh niaaaaaan!!"

"Emang, dari Medan lanjut naik kereta, trus lanjut lagi naik mobil," jawabku.

"Berapa jam, Lin?" tanya mbak Hana.

"Nggak tahu, tapi jauh banget lah," jawabku.

Ekspresi wajah mbak Hana tiba-tiba berubah menjadi serius.

"Lin, kamu cinta Tyo? Hmmm atau kamu suka Tyo?" tanya Mbak Hana, yang sudah kuduga, cepat atau lambat, ia akan menanyakannya.

Aku pun merubah posisi tidurku. Mataku menatap langit-langit kamar tamu yang telah disulap menjadi kamar pengantin.

"Hmmm cinta? Cinta itu seperti apa? Yang aku tahu, sampai saat ini aku suka Tyo. Tapi aku gemes sama fashion stylenya, oldies abis, jadi kelihatan tuwir. But overall, aku suka, untuk penampilan bisa dipermak," jawabku.

"Lagian kata orang-orang, love will grow, witing tresno jalaran soko kulino," tambahku.

"Ciyeeee, Inggris sama Jawa," goda mbak Hana.

"Yang artinya, cinta akan tumbuh, seperti waiting tresen jajanan soko kuliner," candaku.

"Lin, nanti Tyo bisa shock loh, kalau kamu bercandanya kek gini."

"Hmm nanti pelan-pelan, akan aku racuni dia dengan jokes ala Halina," jawabku yang membuat mbak Hana memukulku dengan bantalnya.

Kami berdua pun tertawa dan asyik mengobrol hingga larut malam.

Pagi pun tiba, ibuku membangunkan kami berdua dengan nada cukup tinggi yang membuat kami terkejut.

"Astaghfirullah!! Ini calon pengantin masih tidur?!! Ini sudah lewat Subuh, ini sudah hampir setengah 6 !!"

Kami berdua pun loncat dari kasur dan segera ke kamar mandi untuk wudhu. Kalau ada pengantin kesiangan, yaa itulah Halina Ramadhani.

Selesai shalat aku pun segera mandi, karena Teh Yuni yang akan meriasku telah datang.

"Ini gimana katanya pengantin bangunnya kesiangan?" canda Teh Yuni dengan logat Sunda yang kental.

"Hihihi, tadi malam, ngobrolnya kemalaman, jadi gini deh, Teh," jawabku.

"Alhamdulillah mukanya tetep seger. Teteh mulai, yaa."

Teh Yuni pun mulai meriasku, dengan membersihkannya terlebih dahulu menggunakan cairan susu pembersih wajah dan penyegar. Lalu ia menyapukan foundation berwarna light cream pada wajahku.

Teh Yuni adalah seorang perias pengantin tradisional, tanpa menggunakan shading sama sekali pada teknik riasnya. Lapisan make-up ku pun tidak banyak, membuat riasannya sangat ringan, sehingga wajahku tidak terlalu banyak berubah, hanya terlibat lebih segar, sesuai dengan apa yang kuinginkan.

Jika banyak pengantin yang ingin terlihat berbeda atau manglingi kalau dalam bahasa Jawa, aku malah sebaliknya. Aku ingin tetap terlihat seperti aku, yang chubby, bermata bulat, alis yang tidak tebal juga tidak tipis. Tanpa memakai bulu mata palsu ataupun lainnya yang akan membuat wajahku terlihat berbeda.

Tidak sampai 1 jam, Teh Yuni telah selesai mendandani wajahku. Aku pun mulai memakai jilbabku, lalu Teh Yuni membantu memasangkan kerudung panjang yang dihiasi dengan payet-payet mungil yang bertebaran secara acak dan terakhir adalah tiara mungil, sebagai tanda ratu sehari.

"Dah selesai," ucap Teh Yuni yang tampak sangat puas dengan hasil riasannya.

"Well, kalau aslinya cantik, yaa dipakaikan apa saja, juga cantik," ucapku dalam hati.

Tiba-tiba ibu masuk, "Lin, fotografernya mau ambil fotomu. Trus, Ayu sama Nur sudah datang, ibu suruh ke sini aja, yaa?" ucap ibu sambil membawakan cemilan untukku.

"Iya Bu, suruh langsung kesini aja," jawabku.

Begitu ibu keluar, 2 orang pria berpakaian hitam-hitam dari studio 88 pun mulai mengambil gambarku.

Teh Yuni yang telah berpengalaman pun mulai mengarahkan gaya, ia memintaku kembali duduk di depan meja rias, lalu ia bergaya seolah-olah sedang meriasku. Lalu beberapa pose diambil seolah-olah aku sedang memakai kerudung dan bros sebagai pemanis jilbabku.

"Sudah, Mbak. Terimakasih," ucap tim dokumentasi sebelum keluar kamar.

"Teteh keluar dulu, ya."

"Iya, Teh. Makasih. Eh Teteh sarapan dulu," ucapku.

"Gampang itu mah, diluar sebentar juga langsung sodorin makanan," ucapnya sambil tertawa kecil.

Bersamaan dengan Teh Yuni yang keluar kamar, Ayu dan Nur, kedua sahabat SMAku pun masuk.

Ayu dan Nur telah menikah beberapa bulan sebelum aku. Saat ini, Ayu telah mengandung anak pertamanya.

"Waduh bumil, seger banget nih!" ucapku melihat perubahan fisik Ayu yang membulat disemua sisi.

"Seger apa seger, Lin. Bilang aja ndut bulet," jawab Ayu yang tahu maksud kalimatku.

"Ndut bulet nan sexy," sahutku.

"Ternyata Lina, bisa feminin juga yaa?" sindir Nur karena walaupun aku memakai jilbab, tetapi aku termasuk tomboy jika dibandingkan dengan mereka.

Jaga image, tampil cantik, itu hampir tidak pernah terjadi di dunia Halina Ramadhani, sehingga penampilanku dengan riasan lengkap serta kebaya dan jilbab panjang memang membuat kedua sahabatku ini tak percaya dengan penglihatannya.

"Lo bisa cantik juga, Lin," tambah Ayu.

"Alhamdulillah, apa yang terjadi jika aku bisa ganteng," candaku yang membuat Ayu dan Nur menatapku seolah berkata, "Oh please dong, Lin!!"

Kemudian, terdengar suara pintu diketuk dari luar, "Lin, rombongan Tyo sudah datang!" ucap mbak Hana sambil membuka pintunya.

Ayu dan Nur pun segera keluar menuju lantai 1, tempat dilaksanakannya prosesi ijab kabul.

Sayup-sayup terdengar suara penyambutan dari teras rumah. Aku duduk dengan perasaan tidak karuan, entah apa yang kurasakan saat ini. Tiba-tiba jantungku mulai berdetak lebih cepat, aku pun mulai merasa gugup.

Aku mendengar rombongan mulai masuk ke dalam. MC mulai membacakan susunan acara dan satu persatu sambutan dari 2 belah pihak keluarga pun disampaikan oleh masing-masing perwakilan keluarga.

Aku mulai mendengar suara yang kuduga adalah penghulu.

Aku pun mulai kesal, "Kenapa disini nggak dipasang TV yang nyambung sama kameranya sih, kan aku nggak tahu di bawah seperti apa?!" protesku dalam hati.

Lalu aku mendengar ayahku mulai mengucapkan kalimat, "Aku nikahkan dirimu, ananda Tunggul Prasetyo bin Supriadi dengan putriku, Halina Ramadhani binti Santosa Prabowo dengan maskawin cincin emas putih seberat 3,65 gram dibayar tunai."

Episodes
1 Episode 1 Nefrotik Syndrome
2 Episode 2 Aku, Halina Ramadhani
3 Episode 3 Moon face
4 Episode 4 Sembuh
5 Episode 5 Rumor
6 Episode 6 Makan Siang
7 Episode 7 Love Shot
8 Episode 8 Kunjungan
9 Episode 9 Khitbah
10 Episode 10 Pemeriksaan Pertama
11 Episode 11 Persiapan Operasi
12 Episode 12 Operasi dan Pasca Operasi
13 Episode 13 ICU
14 Episode 14 Kapalnya Oleng, Kapten!
15 Episode 15 My Complicated Life
16 Episode 16 Perpisahan Pertama
17 Episode 17 Tunggul Prasetyo
18 Episode 18 Kesempatan Dalam Kesempitan
19 Episode 19 Akad
20 Episode 20 Tanda Tangan Keriting
21 Episode 21 The King and The Queen of The Day
22 Episode 22 Pulang ke Rumah
23 Episode 23 Bagaikan Langit dan Bumi
24 Episode 24 Di Rumah Mertua
25 Episode 25 Medan, I'm Coming!
26 Episode 26 Touchdown in Medan
27 Episode 27 In The Middle of No Where
28 Episode 28 Perkenalan
29 Episode 29 Insiden Jemuran
30 Episode 30 2 Garis Merah
31 Episode 31 First Pregnancy
32 Episode 32 Lost in Translation
33 Episode 33 Kembali Ke Jakarta
34 Episode 34 H2C
35 Episode 35 Impian Hanya Sekedar Impian
36 Episode 36 Di luar Ekspektasi
37 Episode 36 Di luar Ekspektasi
38 Episode 37 Kembali ke Kebun
39 Episode 38 Kembali ke Jakarta
40 Episode 39 Welcome to Batam
41 Episode 40 Second Daughter
42 Episode 41 Life of A Doctor
43 Episode 42 LDR
44 Episode 43 Honeymoon yang Tertunda
45 Episode 44 1st Day in Hongkong
46 Episode 45 Disneyland dan Macau
47 Episode 46 The Venetian
48 Episode 47 Back to Jakarta
49 Episode 48 Back to Reality
50 Episode 49 Ada Apa denganku?
51 Episode 50 Ingatan yang Hilang
52 Episode 51 Berlibur
53 Episode 52 Operasi Ke-lima?
54 Episode 53 Healing but Hurting
55 Episode 54 Pemeriksaan Autoimun
56 Episode 55 Back to Everyday Life
57 Episode 56 Pindah
58 Episode 57 New Drama
59 Episode 58 Mediasi Sidang Pertama
60 Episode 59 Menjadi Author
Episodes

Updated 60 Episodes

1
Episode 1 Nefrotik Syndrome
2
Episode 2 Aku, Halina Ramadhani
3
Episode 3 Moon face
4
Episode 4 Sembuh
5
Episode 5 Rumor
6
Episode 6 Makan Siang
7
Episode 7 Love Shot
8
Episode 8 Kunjungan
9
Episode 9 Khitbah
10
Episode 10 Pemeriksaan Pertama
11
Episode 11 Persiapan Operasi
12
Episode 12 Operasi dan Pasca Operasi
13
Episode 13 ICU
14
Episode 14 Kapalnya Oleng, Kapten!
15
Episode 15 My Complicated Life
16
Episode 16 Perpisahan Pertama
17
Episode 17 Tunggul Prasetyo
18
Episode 18 Kesempatan Dalam Kesempitan
19
Episode 19 Akad
20
Episode 20 Tanda Tangan Keriting
21
Episode 21 The King and The Queen of The Day
22
Episode 22 Pulang ke Rumah
23
Episode 23 Bagaikan Langit dan Bumi
24
Episode 24 Di Rumah Mertua
25
Episode 25 Medan, I'm Coming!
26
Episode 26 Touchdown in Medan
27
Episode 27 In The Middle of No Where
28
Episode 28 Perkenalan
29
Episode 29 Insiden Jemuran
30
Episode 30 2 Garis Merah
31
Episode 31 First Pregnancy
32
Episode 32 Lost in Translation
33
Episode 33 Kembali Ke Jakarta
34
Episode 34 H2C
35
Episode 35 Impian Hanya Sekedar Impian
36
Episode 36 Di luar Ekspektasi
37
Episode 36 Di luar Ekspektasi
38
Episode 37 Kembali ke Kebun
39
Episode 38 Kembali ke Jakarta
40
Episode 39 Welcome to Batam
41
Episode 40 Second Daughter
42
Episode 41 Life of A Doctor
43
Episode 42 LDR
44
Episode 43 Honeymoon yang Tertunda
45
Episode 44 1st Day in Hongkong
46
Episode 45 Disneyland dan Macau
47
Episode 46 The Venetian
48
Episode 47 Back to Jakarta
49
Episode 48 Back to Reality
50
Episode 49 Ada Apa denganku?
51
Episode 50 Ingatan yang Hilang
52
Episode 51 Berlibur
53
Episode 52 Operasi Ke-lima?
54
Episode 53 Healing but Hurting
55
Episode 54 Pemeriksaan Autoimun
56
Episode 55 Back to Everyday Life
57
Episode 56 Pindah
58
Episode 57 New Drama
59
Episode 58 Mediasi Sidang Pertama
60
Episode 59 Menjadi Author

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!