Episode 4 Sembuh

Aku tetap bersekolah biasa selama sakit ini, hanya 2 kali dengan total 10 hari aku tidak masuk sekolah dikarenakan pembengkakan pada wajahku, yang membuatku terlihat aneh. Setelah kupikir-pikir, di saat bengkak itu, wajahku terlihat seperti seseorang yang mengalami komplikasi suntik botox pada wajahnya.

Di saat aku tidak masuk sekolah, teman-teman kelasku datang menjengukku di rumah, sambil membawakan catatan dan tugas-tugas dari sekolah.

"Nih catatannya, ini PR-nya trus ini tugas-tugas di kelas," ucap Tami yang membawakan catatan dan tugas-tugas dari sekolah untukku.

"Makasih Tam. Eh, ada cerita apa di sekolah?" tanyaku.

"Biasa aja, nggak ada Lo jadi sepi, nggak ada yang ngelawak, nggak ada yang jutek, nggak ada yang buat dicontekin," jawab Tami santai.

"Hmmm, ternyata kehadiranku sungguh bermakna, yaa," candaku.

"Iye, sangat bermakna banget dah. Buruan masuk, biar kita bisa contekan PR lagi," ucap Tami.

"Doain biar gue cepet sehat, jadi bisa ngasih Lo semua contekan lagi," jawabku santai.

Setelah bengkak pada wajahku telah berkurang, aku kembali bersekolah seperti biasa, hanya saja aku tidak mengikuti kegiatan olah raga dan mundur dari kegiatan ekstrakurikuler PMR, yang kusukai. Semua itu harus kulakukan, karena salah satu pantangan yang harus kupatuhi adalah menghentikan semua kegiatan fisik yang melelahkan. Hal itu pun sangat disayangkan oleh para senior PMR-ku di sekolah, karena aku dianggap salah satu yang berprestasi dalam kegiatan ekstrakurikuler itu. Aku juga mundur dari kegiatan remaja masjid yang kuikuti bersama dengan mbak Hana.

Setelah setahun lebih, pengobatanku pun kian hari mulai menampakkan hasil yang positif, kandungan protein dalam urinku perlahan berkurang. Begitu juga dengan pembengkakan pada tubuhku pun juga ikut jauh berkurang, bahkan kakiku sudah mulai terlihat normal dan berat badanku pun berangsur-angsur normal kembali.

Aku sudah berteman dengan rasa hambar pada semua makananku. Kuning telur, ayam krispi, semua makanan dengan kandungan lemak tinggi sudah kutinggalkan 100%, selama pengobatan berlangsung. Gorengan dan semua makanan yang menggunakan minyak goreng, praktis kutinggalkan semua. Serba kukus dan rebus, menjadi andalan menu makanan sehari-hariku.

Lalu bagaimana rasanya ketika lebaran tiba? Aku masih boleh menikmati opor, sambal goreng kentang dan hati, tetapi tanpa santan. Bayangkanlah rasa lebaran yang harus kujalani selama hampir 3 tahun.

Jadwal kontrol ke dokter dan cek laboratorium, yang pada awalnya setiap pekan selama 3 bulan, menjadi perdua pekan di 3 bulan berikutnya. Kemudian setelah hampir 2 tahun, berangsur-angsur berkurang hingga sebulan sekali dan 3 bulan sekali.

Sakitnya jarum suntik yang mengambil darahku, sudah tak lagi kutakuti, bahkan aku sangat rileks dan santai setiap darahku diambil. Perawat-perawat laboratorium pun sudah layaknya seperti keluarga yang selalu menyambutku dengan penuh senyuman dan canda tawanya.

"Sepertinya Lina sudah sehat nih, kita bakalan nggak ketemu lagi deh," ucap salah satu perawat yang selalu mengambil darahku.

"Eh harusnya kita ikut senang dong, kalau Lina nggak kesini lagi, artinya sudah sehat, mukanya aja sudah cerah," sahut perawat lainnya.

"Makasih, Mbak. Makasiiih banget sudah sabar ngambil darahku yang susah ini. Makasih juga buat do'anya, ya Mbak," ucapku kepada mereka semua sambil satu persatu kusalami.

Mereka pun memberikan senyuman terhangat yang membuatku bersyukur, aku telah mengenal mereka yang selalu sabar mengambil darahku dengan pembuluh darah yang tipis ini dan juga selalu menyambutku bagaikan keluarga.

Jadwal kontrol ke dokter yang sedari awal pemeriksaan ditemani oleh kedua orang tuaku, kemudian dilanjutkan hanya berdua dengan ibuku sampai akhirnya beberapa kali aku hanya sendiri atau pun ditemani oleh mbak Hana. Hal itu mungkin membuatku menjadi satu-satunya pasien remaja yang sering datang berobat sendirian atau hanya berdua dengan kakakku tanpa didampingi oleh orang tuaku. Hal ini bukan karena mereka tidak menyayangiku, tetapi aku yang memilih untuk berobat sendiri, karena sudah menjadi rutinitas yang menjadi tanggung jawab untuk kesembuhanku.

Lagipula setelah melihat hasil laboratorium, kedua orang tuaku percaya akan kemajuan dari pengobatan yang aku jalani dan nantinya aku akan sembuh total dari penyakit ini.

Hingga 2 tahun kemudian, aku telah menginjakkan kakiku di bangku SMA. Hasil laboratorium terakhirku menunjukkan angka normal pada keseluruhan pemeriksaan, aku pun kembali memeriksakan diriku ke rumah sakit dengan ditemani oleh kedua orang tuaku.

"Sudah selesai, ya Lin. Selamat, kamu sudah sehat, sudah bisa makan normal kembali," ucap dr. Mukidjan pada pemeriksaan terakhirku.

"Jadi aku sudah boleh makan mie instan, roti, rendang, ayam krispi, semua itu, Dok?" tanyaku untuk memastikan.

"Boleh, semua pantangan kamu sudah selesai, kamu sudah bisa makan makanan dengan normal. Tetapi tetap harus dijaga asupan lemaknya, jangan berlebihan. Satu hal lagi, kamu masih belum boleh kecapekan, jadi pilih aktivitas yang tidak banyak mengandalkan fisik, olahraga boleh, tetapi yang ringan-ringan saja, misalnya jalan cepat, lari-lari kecil atau olahraga permainan, seperti bulu tangkis, basket itu masih boleh. Pokoknya jangan yang berat-berat, yaa," jelas dr. Mukidjan.

"Trus, kapan aku periksa lagi ?" tanyaku.

"Kamu sudah sehat, sudah sembuh, sudah tidak perlu datang untuk periksa lagi. Pengobatan kamu sudah selesai, tapi kalau kamu mau, kamu bisa periksa setahun lagi, dengan pemeriksaan rutin di laboratorium seperti biasa, jika hasilnya tetap normal, kamu tidak perlu kesini," jelas dr. Mukidjan.

"Jadi Lina sudah sehat 100%, ya, Dok?" tanya ibuku.

"Iya, Bu. Halina sudah sehat dan jangan khawatir, penyakitnya tidak akan kembali," jawab dr. Mukidjan yang membuatku dan kedua orangtuaku lega.

Akhirnya setelah hampir 3 tahun menjalani perawatan diet ketat, aku pun dinyatakan telah sehat kembali. Bayangan pizza dan burger telah berlarian di kepalaku.

"Lin, alhamdulillah kamu sudah sehat. Semua ini karena Allah, sakitmu dan kesembuhanmu semuanya dari Allah, yang telah berhasil kamu lewati dengan ikhlas. Sekarang tugasmu adalah menjaga agar sakitmu tidak datang kembali, jadi harus tetap jaga kondisi, jangan kecapean dan makan yang teratur," ucap Ayahku dalam perjalanan pulang.

"Lina kok diingetin tentang makan, hambar tanpa rasa aja masih mau makan daripada lapar, apalagi sekarang bisa makan apa saja sepuasnya. Pasti sudah mikir makanan yang mau dibeli, iya kan?" canda ibuku yang memang sangat tepat sekali.

"Ih ibu maa, tahu aja. Aku pingin beli pizza atau burger, boleh?" tanyaku penuh semangat.

"Boleh, pesan sepuasnya saja nanti kalau sudah sampai di rumah," jawab ayahku yang membuatku bersorak dalam hati.

Sesampainya di rumah, tanpa menunggu lagi aku segera memesan makanan kesukaanku untuk merayakan kesembuhanku.

"Congratulations and celebrations, trus lanjutannya apa, aku nggak tahu," dendang mbak Hana.

"Makan ajalah!!'

Terpopuler

Comments

Tufa Hans

Tufa Hans

Alhamdulillah... Akhirnya sembuh

2022-09-28

1

lihat semua
Episodes
1 Episode 1 Nefrotik Syndrome
2 Episode 2 Aku, Halina Ramadhani
3 Episode 3 Moon face
4 Episode 4 Sembuh
5 Episode 5 Rumor
6 Episode 6 Makan Siang
7 Episode 7 Love Shot
8 Episode 8 Kunjungan
9 Episode 9 Khitbah
10 Episode 10 Pemeriksaan Pertama
11 Episode 11 Persiapan Operasi
12 Episode 12 Operasi dan Pasca Operasi
13 Episode 13 ICU
14 Episode 14 Kapalnya Oleng, Kapten!
15 Episode 15 My Complicated Life
16 Episode 16 Perpisahan Pertama
17 Episode 17 Tunggul Prasetyo
18 Episode 18 Kesempatan Dalam Kesempitan
19 Episode 19 Akad
20 Episode 20 Tanda Tangan Keriting
21 Episode 21 The King and The Queen of The Day
22 Episode 22 Pulang ke Rumah
23 Episode 23 Bagaikan Langit dan Bumi
24 Episode 24 Di Rumah Mertua
25 Episode 25 Medan, I'm Coming!
26 Episode 26 Touchdown in Medan
27 Episode 27 In The Middle of No Where
28 Episode 28 Perkenalan
29 Episode 29 Insiden Jemuran
30 Episode 30 2 Garis Merah
31 Episode 31 First Pregnancy
32 Episode 32 Lost in Translation
33 Episode 33 Kembali Ke Jakarta
34 Episode 34 H2C
35 Episode 35 Impian Hanya Sekedar Impian
36 Episode 36 Di luar Ekspektasi
37 Episode 36 Di luar Ekspektasi
38 Episode 37 Kembali ke Kebun
39 Episode 38 Kembali ke Jakarta
40 Episode 39 Welcome to Batam
41 Episode 40 Second Daughter
42 Episode 41 Life of A Doctor
43 Episode 42 LDR
44 Episode 43 Honeymoon yang Tertunda
45 Episode 44 1st Day in Hongkong
46 Episode 45 Disneyland dan Macau
47 Episode 46 The Venetian
48 Episode 47 Back to Jakarta
49 Episode 48 Back to Reality
50 Episode 49 Ada Apa denganku?
51 Episode 50 Ingatan yang Hilang
52 Episode 51 Berlibur
53 Episode 52 Operasi Ke-lima?
54 Episode 53 Healing but Hurting
55 Episode 54 Pemeriksaan Autoimun
56 Episode 55 Back to Everyday Life
57 Episode 56 Pindah
58 Episode 57 New Drama
59 Episode 58 Mediasi Sidang Pertama
60 Episode 59 Menjadi Author
Episodes

Updated 60 Episodes

1
Episode 1 Nefrotik Syndrome
2
Episode 2 Aku, Halina Ramadhani
3
Episode 3 Moon face
4
Episode 4 Sembuh
5
Episode 5 Rumor
6
Episode 6 Makan Siang
7
Episode 7 Love Shot
8
Episode 8 Kunjungan
9
Episode 9 Khitbah
10
Episode 10 Pemeriksaan Pertama
11
Episode 11 Persiapan Operasi
12
Episode 12 Operasi dan Pasca Operasi
13
Episode 13 ICU
14
Episode 14 Kapalnya Oleng, Kapten!
15
Episode 15 My Complicated Life
16
Episode 16 Perpisahan Pertama
17
Episode 17 Tunggul Prasetyo
18
Episode 18 Kesempatan Dalam Kesempitan
19
Episode 19 Akad
20
Episode 20 Tanda Tangan Keriting
21
Episode 21 The King and The Queen of The Day
22
Episode 22 Pulang ke Rumah
23
Episode 23 Bagaikan Langit dan Bumi
24
Episode 24 Di Rumah Mertua
25
Episode 25 Medan, I'm Coming!
26
Episode 26 Touchdown in Medan
27
Episode 27 In The Middle of No Where
28
Episode 28 Perkenalan
29
Episode 29 Insiden Jemuran
30
Episode 30 2 Garis Merah
31
Episode 31 First Pregnancy
32
Episode 32 Lost in Translation
33
Episode 33 Kembali Ke Jakarta
34
Episode 34 H2C
35
Episode 35 Impian Hanya Sekedar Impian
36
Episode 36 Di luar Ekspektasi
37
Episode 36 Di luar Ekspektasi
38
Episode 37 Kembali ke Kebun
39
Episode 38 Kembali ke Jakarta
40
Episode 39 Welcome to Batam
41
Episode 40 Second Daughter
42
Episode 41 Life of A Doctor
43
Episode 42 LDR
44
Episode 43 Honeymoon yang Tertunda
45
Episode 44 1st Day in Hongkong
46
Episode 45 Disneyland dan Macau
47
Episode 46 The Venetian
48
Episode 47 Back to Jakarta
49
Episode 48 Back to Reality
50
Episode 49 Ada Apa denganku?
51
Episode 50 Ingatan yang Hilang
52
Episode 51 Berlibur
53
Episode 52 Operasi Ke-lima?
54
Episode 53 Healing but Hurting
55
Episode 54 Pemeriksaan Autoimun
56
Episode 55 Back to Everyday Life
57
Episode 56 Pindah
58
Episode 57 New Drama
59
Episode 58 Mediasi Sidang Pertama
60
Episode 59 Menjadi Author

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!